Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Energi Dan Manufaktur

Mesin Pengasah Batu Permata M. Yusuf; Made Anom Santiana
Jurnal Energi Dan Manufaktur Vol 7 No 1 (2014): April 2014
Publisher : Department of Mechanical Engineering, University of Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (326.502 KB)

Abstract

Proses akhir pengerjaan batu permata pada industri kecil kerajinan permata adalahpenghalusan. Biasanya proses ini dilakukan secara manual dengan sikap kerja duduk bersila dilantai sehingga menimbulkan banyak keluhan terutama keluhan pada otot lengan danpinggang. Di samping itu hasil produksinya juga kurang optimal. Mengatasi permasalahan inidan untukmeningkatkan produktivitas kerja perajin, dilakukan perbaikan dengan cara membuatmesin pengasah batu permata yang murah dan ergonomis. Penelitian awal dilakukan pada 16perajin permata dengan rancangan "treatment by subject design" dengan dua kelompok yaitukelompok Kontrol (mengasah permata secara manual menggunakan tangan dengan sikapkerja duduk bersila di lantai), dan kelompok Perlakuan (subjek diberikan perlakuan mengasahbatu permata menggunakan alat pengasah dengan sikap kerja duduk di kursi). Beban kerjadiprediksi dari denyut nadi kerja yang dihitung dengan metode 10 denyut. Sedangkanproduktivitas kerja dinilai dari jumlah produk yang dihasilkan per denyut nadi kerja rata-ratadalam satu jam. Data dianalisis dengan menggunakan uji independen t test pada tarafkemaknaan 5%. Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi perbedaan yang signifikan (p < 0,05)pada beban kerja dan produktivitas kerja antara kelompok Kontrol dan Perlakuan. Beban kerjapada kelompok Kontrol diperoleh sebesar 104,29 ± 4,65, dan pada kelompok Perlakuandiperoleh 88,64 ± 2,33 atau mengalami penurunan sebesar 15%. Sedangkan produktivitaskerja pada kelompok kontrol diperoleh 0,01002 ± 0,00042, dan pada kelompok Perlakuandiperoleh 0,05801 ± 0,00207 atau mengalami peningkatan sebesar 478,8%. Dari hasil analisisdapat disimpulkan bahwa mesin pengasah batu permata memberikan peningkatanproduktivitas kerja perajin permata. Oleh karena itu penggunaan mesin ini disarankan untukdipergunakan pada para perajin permata yang disetai perubahan sikap kerja dari duduk bersiladi lantai menjadi sikap kerja duduk secara alamiyah di kursi.Kata Kunci : Mesin pengasah batu permata, beban kerja, produktivitas kerjaPolishing is final processing of gemstones in small scale gems industries. Usually this processis done manually with the work attitude sitting cross-legged on the floor, causing a lot ofcomplaints, especially complaints on arm muscles and waist. In addition, production is also lessthan optimal results. To overcoming these problems and to increase labor productivity ofcraftsmen, then improvements is made to the way of making gemstone polishing machineinexpensive and ergonomic. Preliminary research conducted on 16 crafters gem with thedesign of "treatment by the subject design" with two groups: control (hone gem manually usinga hand with the work attitude sitting cross-legged on the floor), and the treatment group(subjects were given treatment using a gem stone sharpening tool sharpener with the workattitude sitting in a chair). Working pulse 10 beats calculated by the method prediction ofworkload of . While labor productivity assessed on the amount of product produced per pulseaverage working within one hour. Data were analyzed using independent t test test atsignificance level of 5%. The analysis showed that there was significant difference (p <0.05) onthe workload and productivity of labor between control and treatment groups. The workload onthe control group was obtained by 104.29 ± 4.65, and in the treatment group obtained 88.64 ±2.33 or decreased by 15%. Meanwhile, labor productivity in the control group gained 0.01002 ±0.00042, and the treatment group gained 0.05801 ± 0.00207, or an increase of 478.8%. Fromthe analysis it can be concluded that the gemstone sharpening machine providing increasedwork productivity jewel crafters. Therefore the use of this machine is recommended for use inthe jewel crafters accompanied by changes in working attitude of sitting cross-legged on thefloor into a work attitude around the globe sits on a chair.Keywords: Sharpener machine gemstones, work load, work productivity
Analisis Beban Kerja Mahasiswa Praktek di Bengkel Teknologi Mekanik Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bali M. Yusuf; Anom Santiana
Jurnal Energi Dan Manufaktur Vol 7 No 2 (2014): Oktober 2014
Publisher : Department of Mechanical Engineering, University of Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.709 KB)

Abstract

Bengkel teknologi mekanik adalah salah satu tempat praktikum mahasiswa di Jurusan TeknikMesin Politeknik Negeri Bali. Praktikum yang dilakukan antara lain adalah praktek pembubutan,praktek pemotongan plat, dan praktek pengelasan. Aktivitas praktikum dilakukan biasanyaberlangsung 4 sampai 6 jam dengan sekali istirahat. Di akhir praktek para mahasiswamenunjukkan gejala-gejala yang mengharuskan perlu adanya evaluasitentang aktivitas yangdilakukan, khususnya dilihat dari beban kerja. Gejala-gejela terrsebut tergambar darikeluhansubyektif seperti merasa lelah, haus, pegal di beberapa bagian tubuh, dan terkadang ketelitianhasil praktikum yang kurang memuaskan. Untuk itu dilakukan suatu penelitian secaraobservasional terhadap mahasiswa yang melakukan praktek di bengkel teknologi mekaniksebanyak 28 mahasiswa. Praktikum yang dilakukan adalah praktikum pembubutan, pemotonganplat, dan pengelasan. Untuk mengevaluasi beban kerja dilakukan pengukuran terhadap denyutnadi kerja, ECPT (extra calorie due to peripheral temperature), ECPM (extra calorie due toperipheral metabolism), mikroklimat ruangan, keluhan subjektif, dan keluhan otot skeletal.Mikroklimat yang diukur adalah intensitas cahaya, kebissingan, suhu kering, suhu basah, dankelembaban lingkungan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa beban kerja mahasiswa tergolongsedang, ECPM>ECPT, terjadi peningkatan keluhan otot dan kelelahan secara umum padamahasiswa. Untuk itu perlu diupayakan adanya intervensi ergonomi pada sistem praktikum.Karena ECPM>ECPT maka upaya-upaya intervensi diarahkan kepada pelaksanaan tugaspraktikum seperti sikap kerja, jam praktikum, pengaturan istirahat, kesesuaian antropometri alatkerja dan semacamnya.Kata Kunci : Analisis beban kerja, mahasiwa praktek, bengkel teknologi mekanikThe workshop of mechanical technology is one of the place for practicum for a student in theDepartment of Mechanical Engineering State Polytechnic of Bali. The Practicum that areconducted among others are the practice of turning, cutting plate, and welding practices.Practicum activities usually lasts 4 to 6 hours with one time for break. At the end of the practice,the students showed symptoms that require the need for an evaluation of the activitiesundertaken, in terms of workload. The symptoms is drawn from subjective complaints such asfeeling of tired, thirsty, sore in some parts of the body, and sometimes accuracy unsatisfactory labresults. Observational study was carried out on students who practice in the workshop ofmechanic technology as many as 28 students. Lab practicum done is turning, cutting plate, andwelding. To evaluate the work load on the pulse measurement work, ECPT (extra calorie due toperipheral temperature), ECPM (extra calorie due to peripheral metabolism), microclimates room,subjective complaints, and skeletal muscle complaints. Microclimates were measured lightintensity, noise, dry temperature, wet temperature, and humidity of the environment. The resultshowed that the workload of students classified as moderate, ECPM> ECPT, an increase inmuscle complaints and fatigue in general to students. Therefore it is necessary for ergonomicsintervention on lab system. Because ECPM> ECPT the intervention efforts directed towards theimplementation of practical tasks such as work attitude, practicum hours, setting a break,anthropometric suitability of working tools and the like.Keywords: Workload analysis, student practice, mechanical technology workshop
Aspek Keselamatan Kerja Pada Proses Pembentukan Batu Permata Menggunakan Mesin Gerinda Anom Santiana; M. Yusuf
Jurnal Energi Dan Manufaktur Vol 8 No 1 (2015): April 2015
Publisher : Department of Mechanical Engineering, University of Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Proses pengerjaan batu permata ini ada tiga tahapan yaitu proses pemotongan, prosespembentukan dan proses penghalusan. Pada proses pemotongan, bahan baku yang semulamasih berbentuk bongkahan batu baik batu pirus, batu akik, batu kecubung, dan semacamnyadipotong-potong menjadi bagian kecil dengan teknik tertentu dengan menggunakan gerindapotong. Selanjutnya adalah proses pembentukan, potongan batu yang sudah kecil dibentukdengan menggunakan gerinda asah. Bentuk batu permata disesuaikan dengan pesanankonsumen atau sesuai keinginan perajin sendiri. Sedangkan proses akhir pada pengerjaan batupermata ini adalah menggosok atau mengasah batu permata tersebut biar licin dan menggkilap.Dalam setiap proses ini tentunya mempunyai resiko terhadap kecelakaan kerja. Bahaya-Bahayadari Mesin gerinda ini antara antara lain adalah putaran grinda yang sangat cepat, terbentur olehbarang-barang yang terlempar keluar dari mata asah mesin gerinda, Percikan api yang keluar, jaritangan terpotong, debu yang keluar, dan sebagainya. Untuk itu dilakukan observasi terhadap 12orang pekerja perajin batu permata di Karangasem Bali. Gerinda yang digunakan adalah gerindatangan, beban kerja dihitung berdasarkan denyut nadi, keluhan otot diprediksi denganmenggunakan nordic body map. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek keselamatan yangharus diperhatikan oleh perajin adalah penggunaan APD (alat pelindung diri) seperti sarung tangan,masker, dan kaca mata), perubahan Sikap Kerja agar lebih alamiah, dan pengaturan waktu kerja.Untuk itu diperlukan pemahaman prosedur kerja sebelum menggunakan gerinda tangan dalampembentukan batu permata pada perajin sebelum menggunakan mesin gerinda.Kata Kunci : Aspek Keselamatan, Mesin Gerinda, perajin batu permataThere are three stages in gemstones processing namely the cutting , forming and polishingprocesses. In the cutting process, the raw materials are initially still a good chunk of stone ofturquoise, agate, amethyst, and the like is cut into small pieces with a particular technique by usinga grinding cut. Next process is shaping. Small pieces of rock that has been formed by using agrindstone shapes adapted to suit customer orders or crafters own. While the end of theconstruction process of this gemstone is rubbed or hone gemstone so that smooth and shine. Ineach of these processes would have a risk of occupational accidents. The dangers of this grindingmachine include, among others, is a very fast grinding rounds, hit by items thrown out of the eyesharpening grinding machine, sparks coming out, fingers cut off, the dust out, and so on. For thatreasons was conducted observation of 12 workers gemstone craftsmen in Karangasem Bali.Grinding burrs used are the hands, the workload is calculated based on the pulse, musclecomplaints nordic predicted using body map. The results showed that the safety aspect that mustbe considered by the craftsmen is the use of PPE (personal protective equipment) such as gloves,masks, and goggles), change in work attitude to be more natural, and working time arrangements.It is necessary for understanding the work procedures in the formation of gemstones before usingthe grinding machine.Keywords: safety, grinding machines, gemstone craftsmen