Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search
Journal : Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut

STRATEGI DAN REKOMENDASI PENGELOLAAN PERIKANAN KARANG BERDASARKAN STATUS KELEMBAGAAN (Strategies and Reef Fisheries Management Recommendations Based on Institutional Status) Irfan Yulianto; Budy Wiryawan; Am Azbas Taurusman
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 2 No. 2 (2011): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.614 KB) | DOI: 10.29244/jmf.2.2.121-127

Abstract

Dengan adanya Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah daerah dalam hal ini pemerintah kabupaten atau pemerintah kota memiliki peranan penting dalam pengelolaan perikanan karang. Disisi lain kapasitas sebagian pemerintah kabupaten dan kota dalam pengelolaan perikanan masih relatif lemah. Sehingga banyak pemerintah kabupaten dan kota tidak melakukan kegiatan pengelolaan perikanan karang. Kota Sabang, merupakan kota terletak di ujung barat laut Pulau Sumatera, termasuk wilayah Provinsi Aceh. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Sabang, bidang perikanan merupakan salah satu bidang prioritas dalam rencana tersebut. Salah satu masalah utamanya adalah kapasitas pemerintah Kota Sabang masih terbatas dalam melakukan pengelolaan perikanan khususnya perikanan karang sehingga memiliki kelemahan dalam menyusun strategi pengelolaan perikanan. Tujuan penelitian ini adalah: adanya kajian status kelembagaan pemerintah kota sabang dalam melakukan pengelolaan perikanan karang; dan adanya strategi dan rekomendasi pengelolaan perikanan karang berdasarkan status kelembagaan. Metode yang dipakai dalam studi ini adalah Institutional Development Framework (IDF) yang dikembangkan oleh Renzi (1996) dan Manulang (1999). Hasil penelitian menunjukkan secara kelembangaan, Dinas Kelautan, Perikanan dan Pertanian (DKPP), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Kebersihan dan Pertamanan (BAPEDALKEP) berada dalam tahap pemantapan dalam melakukan pengelolaan perikanan karang.Kata kunci: kapasitas pemerintah, pengelolaan perikanan, perikanan karang
DINAMIKA PERIKANAN KERAPU DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA (Grouper Fishery Dynamics in Karimunjawa National Park) Irfan Yulianto; Budy Wiryawan; Am Azbas Taurusman; Prihatin I. Wahyuningrum; Vita R. Kurniawati
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 4 No. 2 (2013): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (513.465 KB) | DOI: 10.29244/jmf.4.2.175-181

Abstract

ABSTRACTKarimunjawa National Park is one of the national parks that have the objective to maintain fish populations in the Java Sea, where one of them is grouper. Grouper is one of the target fish in the national park. The objective of this study is to assess the conditions and dynamics of the grouper fishery in Karimunjawa National Park. Fish landing surveys were conducted to collect the data. Fishing gear types, grouper species, and weight of each species were collected. Calculation of Catch per Unit Effort (CPUE) per month and two-way ANOVA statistical tests were used for data analysis. Results of this study indicated that catches of grouper using speargun was significantly higher than the catch using handline. There was a seasonal cycle of the grouper catch, where the value of the highest CPUE occurred in transitional season between the west and east monsoon season, from March to May.Key words: CPUE, grouper fishery, Karimunjawa National Park-------ABSTRAKTaman Nasional Karimunjawa merupakan salah satu taman nasional yang salah satu tujuannya untuk mempertahankan populasi ikan di Laut Jawa, dimana salah satunya adalah perikanan kerapu. Ikan kerapu merupakan salah satu target penangkapan di perairan Taman Nasional Karimunjawa. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kondisi dan dinamika perikanan kerapu di Taman Nasional Karimunjawa. Survei pendaratan ikan dilakukan untuk pengumpulan data. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan kerapu, jenis hasil tangkapan, dan berat masing-masing jenis hasil tangkapan setiap trip. Perhitungan nilai Catch per Unit Effort (CPUE) setiap bulan dan uji statistik two ways ANOVA digunakan untuk analisis data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil tangkapan ikan kerapu dengan menggunakan speargun lebih tinggi dan berbeda nyata secara statistik dibandingkan hasil tangkapan dengan menggunakan pancing. Terdapat siklus musiman hasil tangkapan, dimana nilai CPUE tertinggi terjadi pada musim peralihan antara musim barat dan musim timur yakni dari bulan Maret hingga Mei.Kata kunci: CPUE, perikanan kerapu, Taman Nasional Karimunjawa
ANALISIS OPTIMASI ARMADA PENANGKAPAN MADIDIHANG SKALA KECIL DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT (Fishing Fleet Optimization Analysis of Small Scale Yellowfin Tuna in West Seram Regency) Ruslan H.S. Tawari; Domu Simbolon; Ari Purbayanto; Am Azbas Taurusman
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 5 No. 2 (2014): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.406 KB) | DOI: 10.29244/jmf.5.2.129-137

Abstract

ABSTRACTOptimum allocation of catching fleet must be determined optimally so that the level of utilization of fish resources is not excessive and prevent horizontal conflicts among fishermen in getting the same fishing area in the future. This study aims to determine the optimum allocation of catching yellowfin small-scale units in the district of West Seram. Research using the linear goal programming (LGP). To optimize the number of fishing unit, this study suggested that increasing number of the 40 HP fishing boat size from 25 to 38 units, while for the boat of 18 and 15 HP sizes should be maintained on the actual number of 55 and 45 units, respectively. The allocation does not reduce unit allocation of certain existing arrest, thus avoiding conflict and socially friendly.Keywords: allocation, optimum, fishing fleet, small-scale-------ABSTRAKAlokasi optimum armada penangkapan harus ditentukan secara optimal agar tingkat pemanfaatan potensi sumber daya ikan tidak berlebihan dan mencegah timbulnya konflik horizontal antar nelayan dalam memperebutkan daerah penangkapan yang sama di kemudian hari. Penelitian ini bertujuan menentukan alokasi optimum unit penangkapan madidihang skala kecil di Kabupaten Seram Bagian Barat. Penelitian menggunakan metode Linier Goal Programming (LGP). Optimasi unit penangkapan madidihang, menunjukkan terjadi peningkatan pada alokasi unit penangkapan armada 40 PK dari 25 unit menjadi 38 unit, sedangkan armada 18 PK dan armada 15 PK dipertahankan sesuai kondisi aktualnya masing-masing 55 unit dan 45 unit. Pengaturan alokasi ini tidak mengurangi alokasi unit penangkapan tertentu yang sudah ada, sehingga menghindari konflik dan ramah secara sosial.Kata kunci: alokasi, optimum, armada penangkapan, skala kecil
KEBIASAAN MAKAN HIU KEJEN (Carcharinus falciformis): STUDI KASUS PENDARATAN HIU DI PPP MUNCAR JAWA TIMUR (Feeding habit of Silky Shark (Carcharinus falciformis): Case Study of Landing Shark in Muncar Coastal Fishing Port East Java) Benaya M. Simeon; Mulyono S. Baskoro; Am Azbas Taurusman; Dwi A. Gautama
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 6 No. 2 (2015): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.872 KB) | DOI: 10.29244/jmf.6.2.203-209

Abstract

ABSTRACTIndonesia is the biggest country which produced shark in the world. Muncar Coastal Fishing Port, Banyuwangi, is a shark fishing center in East Java. Caught sharks were dominated by silky shark (Carcharinus falciformis). Primary data collected by in situ sampling and stomach content analysis. Stomach content was collected by sectio. It preserved by 10% formaline in coolbox. Silky shark had caught by shark long line and gillnet. Shark is the fish target of longline and by-catch of gillnet. Silky shark preys were grouper fish (Epinephelus sp.) as main prey and squid (Loligo sp.), beltfish (Trichiurus lepturus), sardine (Sardinella lemuru) as complementary preys. Based on stomach content analysis, silky shark was identified on 4.7 trophic level. Silky shark preys were grouper on trophic level 4.1, squid, beltfish on trophic level 4.4, sardine on trophic level 2.1. Silky shark as apex predator could be found in Bali Strait and Makassar Strait, which it classified as fertility water. The existence of silky sharks whicht prey fish in several trophic level layers made silky shark as one of the key species in Bali Strait and Makassar Strait. Catching sharks will have implications for trophic level is high or low.Keywords: feeding habit, silky shark, trophic level-------ABSTRAKIndonesia merupakan negara penghasil hiu terbesar di dunia. PPP Muncar, Banyuwangi merupakan salah satu pusat penangkapan hiu di Jawa Timur. Hiu yang tertangkap oleh nelayan didominasi oleh hiu kejen (Carcharinus falciformis). Data primer didapatkan dari pengambilan sampel dan analisis isi lambung. Isi lambung didapatkan dari proses pembedahan. Isi lambung diawetkan dalam formalin 10% dalam coolbox. Hiu kejen tertangkap menggunakan rawai dan gillnet. Hiu menjadi ikan target pada alat tangkap rawai dan by-catch pada gillnet. Mangsa hiu kejen adalah kerapu sebagai makanan utama dan lemuru, cumi-cumi, layur merupakan makanan pelengkap. Hiu kejen (C.falciformis) yang tertangkap di Selat Bali berada pada trofik level 4,7. Mangsa utama hiu kejen adalah kerapu (trofik level 4,1) dan mangsa pelengkap lemuru (trofik level 2,1), layur (trofik level 4,4) dan cumi-cumi. Hiu kejen sebagai salah satu apex predator dapat ditemukan di Selat Bali maupun Selat Makassar yang memiliki kesuburan tinggi. Keberadaan hiu kejen yang memangsa beberapa ikan di beberapa lapisan trofik level menjadikan hiu kejen sebagai salah satu spesies kunci di perairan Selat Bali dan Selat Makassar. Penangkapan hiu akan memberi implikasi terhadap trofik level yang tinggi maupun rendah.Kata kunci: kebiasaan makan, hiu kejen, trofik level
ESTIMASI TANGKAPAN PER UNIT UPAYA BAKU DAN PROPORSI YUWANA PADA PERIKANAN TUNA DI SULAWESI TENGGARA (Estimation of Standard Catch Per Unit Effort and Juvenile Proportion of Tuna Fishery in Southeast Sulawesi) Naslina Alimina; Budy Wiryawan; Daniel R. Monintja; Tri Wiji Nurani; Am Azbas Taurusman
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 7 No. 1 (2016): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (480.961 KB) | DOI: 10.29244/jmf.7.1.57-68

Abstract

ABSTRACTTuna is an important fish commodity in Southeast Sulawesi. It valued as an export and interisland trade product as well as an important component of local fish consumption for coastal community around Southeast Sulawesi Waters (PSST). Indonesian fisheries management is currently adopting the concept of ecosystem approach to fisheries management (EAFM). EAFM implementation in Indonesia has continued by indicators establishment to assess the sustainability performance of fisheries. Catch per unit effort standard (Standard CPUE) and juvenile composition were implemented as indicators to assess resource sustainability. Data limitations are one of the issues in fisheries management at this time, however, management efforts remain to be implemented by utilizing the best available data. This study aimed to derived recent ten years coverage of standard CPUE and it trends as well as juvenile proportion in tuna fishery based on statistical data and field observation. Assessment results show that Standard CPUE in 2014 was 0,31 tons per trip and tends to increase in year coverage, while juvenile composition was 48,6%. Based on these results, the tuna fishery in Southeast Sulawesi is still sustainable. However, there is a need to have further control and monitoring, especially on a fishery that caught tuna under Lm. Management measure has to be selected carefully in line with social economic aspects of tuna fishery in this area.Keywords: EAFM, juvenile proportion, Standard CPUE, tuna-------ABSTRAKTuna merupakan komoditas perikanan penting di Sulawesi Tenggara baik sebagai produk ekspor, perdagangan antar pulau maupun pemenuhan kebutuhan lokal bagi masyarakat pesisir di perairan bagian selatan Sulawesi Tenggara (PSST). Untuk mempertahankan keberlanjutan perikanan tuna di daerah ini maka perlu adanya suatu upaya pengelolaan komprehensif yaitu pengelolaan perikanan dengan pendekatan ekosistem atau Ecosystem approach to Fisheries Management (EAFM). Implementasi EAFM di Indonesia terus dikembangkan dengan tersusunnya indikator penilaian kinerja pengelolaan. Tangkapan per Unit Upaya atau Catch per Unit Effort (CPUE) dan komposisi yuwana merupakan bagian dari indikator EAFM Indonesia khususnya dalam domain sumberdaya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh nilai CPUE baku dan kecenderungannya selama sepuluh tahun terakhir, dan proporsi yuwana berdasarkan data statistik perikanan yang diintegrasikan dengan data yang diperoleh melalui pengamatan, wawancara dan pengisian kuesioner dengan pemangku kepentingan terkait. Hasil penilaian menunjukkan bahwa CPUE baku tahun 2014 adalah 0,31 ton/trip dengan kecenderungan meningkat, sedangkan komposisi yuwana adalah 48,6%. Berdasarkan nilai CPUE baku dan proporsi yuwana, maka kinerja perikanan tuna Sulawesi Tenggara masih dinilai baik. Perlu adanya upaya pengendalian dan pemantauan lebih lanjut terutama pada perikanan yang menangkap yuwana tuna. Namun demikian, pemilihan tindakan pengelolaan harus dilakukan secara hati-hati dengan memperhatikan pemenuhan kebutuhan sosial ekonomi lainnya dari perikanan tuna di daerah ini.Kata kunci: EAFM, proporsi yuwana, CPUE baku, tuna
RUMPON HIDUP DAN HUBUNGANNYA DENGAN STRUKTUR KOMUNITAS IKAN SECARA SPASIAL-TEMPORAL DI PESISIR KABUPATEN LUWU (BIO-FADs and Its Association with Spatio-Temporal Fish Community Stucture of Cach in Luwu District Coastal Water) . Suardi; Budy Wiryawan; Am Azbas Taurusman; Joko Santoso; M. Riyanto
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 7 No. 1 (2016): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (599.68 KB) | DOI: 10.29244/jmf.7.1.83-95

Abstract

ABSTRACTBiological-Fish Aggregation Devices (Bio FADs) is FADs wich used seaweed or water plants as attractor. FADs live in this study is made using two species of seaweed i.e Eucheuma cottonii and Gracillaria sp. as attractor, so called cottonii FADs or RC and gracillaria FADs or RG. The purpose of this study was to analyze the catches based on its community structures such as the species, abundance, and ecological characteristics spatially and temporally. The research was conducted in Luwu district waters from October 2014-August 2015. RC and RG were installed in three different habitats as an observation station, i.e. river mouth habitat (MS), seagrass habitat (PL), and coral reef habitat (TK). Fish sampling on two types of FADs were collected using a scoop net. Shannon-Wienner diversity index (H') of the three habitats is relatively high. ANOSIM statistical test showed that there is a significance difference of catches abundance between habitats (R = 0.235; p = 0.001). Coral reef habitats have the highest abundance of the catch. Furthermore, there are also highly significant between the months of (R = 0.271; p = 0.001). The highest abundance of fish catches in December. The main species which contribute substantially in the two FADs are Siganus canaliculatus as well as in MS and PL habitat, while in TK habitat the main species is Caranx sp. SIMPER analysis showed that Siganus canaliculatus contribute about 66.42% of the PL habitat.Keywords: Bio- FADs, diversity index, Siganus canaliculatus-------ABSTRAKRumpon hidup atau Biological-Fish Aggregation Devices adalah rumpon yang dibuat dengan menggunakan rumput laut atau tanaman air sebagai atraktor. Rumpon hidup pada penelitian ini dibuat dengan menggunakan rumput laut jenis Eucheuma cottonii (RC) dan Gracillaria sp.(RG). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hasil tangkapan ikan berdasarkan jenis, kelimpahan, dan karakteristik ekologis secara spasial dan temporal. Penelitian ini dilaksanakan di perairan Kabupaten Luwu dari bulan Oktober 2014 hingga Agustus 2015. Sampel ikan dikumpulkan dengan menggunakan serok pada kedua jenis rumpon yang dipasang di tiga habitat yang berbeda sebagai stasiun pengamatan. Indeks diversitas Shannon-Wienner (H') secara spasial dan temporal relatif tinggi. Uji statistik ANOSIM menunjukkan bahwa kelimpahan hasil tangkapan ikan antar habitat berbeda sangat nyata, (R = 0,235; p = 0,001). Habitat terumbu karang memiliki kelimpahan hasil tangkapan tertinggi. Selanjutnya secara temporal antar bulan (musim) berbeda sangat nyata (R = 0,271; p = 0,001). Kelimpahan hasil tangkapan ikan tertinggi pada bulan Desember. Analisis SIMPER menunjukkan bahwa Siganus canaliculatus sebagai spesies utama (penciri) pada kedua rumpon, begitu pula dengan dua habitat MS dan PL. Adapun habitat TK, spesies utamanya adalah jenis Caranx sp. Kontsribusi Siganus canaliculatus cukup tinggi pada habitat padang lamun yaitu sebesar 66,42% .Kata kunci: rumpon hidup, indeks diversitas, Siganus canaliculatus
PEMULIHAN STOK TANGKAPAN PERIKANAN TERIPANG DI KEPULAUAN SERIBU: SUATU PENDEKATAN EKOSISTEM Am Azbas Taurusman; Dadang Shafrudin; Tri Wiji Nurani; Didin Komarudin
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 9 No. 2 (2018): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (417.484 KB) | DOI: 10.29244/jmf.9.2.235-244

Abstract

ABSTRACT Kepulauan Seribu known as Thousand Islands is one of the sea cucumbers producing centers in Indonesia. Sea cucumber has been considered as one of the fishery export commodities with high selling prices. In the last two decades, the catch has been indicating a serious declining. The high intensity of catching and habitat degradation are two main factors that threaten the sustainability of sea cucumber fisheries. In order to recovery the stock, a restocking program in frame of ecosystem approach to fishery has been piloted in Thousand Islands, Jakarta. This research covers the bio-technical aspects of sea cucumber fisheries in an integrated manner with the ecosystem approach. There were several steps in conducting the restocking study, namely the study of habitat status and feasibility, preparation of maintenance sites for biota, seed spreading, monitoring and evaluation. A well coordination and collaboration with local institutions (Kepulauan Seribu National Park) was needed to build previously. The results of the study indicated that efforts to restore sea cucumber fisheries should be integrated with conservation of seagrass ecosystems which as sea cucumbers habitat and a proper maintenance system. Eight species of sea cucumbers, consist of 4 species of Holothuridae (Bohadschia bivittata, Actinopyga lecanora, Holothuria leucospilota, H. scabra), and 4 species Stichopodidae (Stichopus herrmanni, S. ocellatus, S. horren, S. monotuberculatus) have been identified and restocking in this area. The released biota can live and grow well and breed at the research site. The construction of seagrass-based sea cucumber ecosystem restocking system has become one of the new tourist attractions integrated with the Thousand Islands National Park tourist facilities, which are very attractive to visitors. Keywords: ecosystem approach fishery managemen (EAFM), restocking, sea cucumbers fishery, seagrass ecosystem ABSTRAK Kepulauan Seribu merupakan salah satu sentra penghasil teripang di Indonesia. Teripang merupakan salah satu komoditi ekspor perikanan dengan harga jual yang tinggi. Dalam dua dekade terakhir, tangkapan teripang telah menunjukkan penurunan tajam. Tingginya intensitas penangkapan dan degradasi habitat merupakan dua faktor utama yang mengancam keberlanjutan perikanan teripang. Salah satu upaya untuk pemulihan stok teripang melalui pendekatan ekosistem telah diujicobakan di wilayah Kepulauan Seribu, Jakarta. Tulisan ini mencakup aspek bio-teknis upaya pemulihan perikanan teripang secara terintegrasi dengan pendekatan ekosistem. Upaya pemulihan dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu studi status dan kelayakan habitat, penyiapan wadah pemeliharaan biota, penebaran benih, monitoring dan evaluasi. Sebelum kegiatan dilakukan, terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan institusi lokal (Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu). Hasil kajian menunjukkan bahwa upaya pemulihan perikanan teripang harus diselaraskan dengan upaya konservasi ekosistem lamun sebagai habitat teripang dan sistem pemeliharaan yang layak secara teknis. Delapan spesies teripang, terdiri dari 4 spesies Holothuridae (Bohadschia bivittata, Actinopyga lecanora, Holothuria leucospilota, H. scabra), dan 4 species Stichopodidae (Stichopus herrmanni, S. ocellatus, S. horren, S. monotuberculatus) telah terindentifikasi dan di-restocking di lokasi ini. Biota yang dilepas dapat hidup dan tumbuh dengan baik dan berkembangbiak di lokasi penelitian. Konstruksi sistem restocking teripang berbasis ekosistem lamun telah menjadi salah satu obyek wisata baru terintegrasi dengan fasilitas wisata Taman Nasional Kepulauan Seribu, yang sangat menarik bagi pengunjung. Kata kunci: pendekatan ekosistem (EAFM), restocking, perikanan teripang, ekosistem lamun
DINAMIKA HASIL TANGKAPAN BARONANG (Siganus sp.) PADA RUMPON HIDUP SECARA SPASIAL-TEMPORAL DI PESISIR ULOULO KABUPATEN LUWU . Suardi; Budy Wiryawan; Am Azbas Taurusman; Joko Santoso; Mochammad Riyanto
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 10 No. 1 (2019): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1129.952 KB) | DOI: 10.29244/jmf.10.1.45-57

Abstract

ABSTRACTBiological-Fish Aggregation Devices (Bio FADs) is FADs which designed used seaweed as an attractor.  Bio FADs in this study were made using two species of seaweed i.e Eucheuma cottonii, called cottonii FADs (FC) and Gracilaria sp. called gracilaria FADs (FG).  The purpose of this study was to analyze the dynamics of Siganus sp catch around Bio FADs based on species, abundance, and ecological characteristics spatially and temporally. The research was conducted in Uloulo coastal waters of Luwu district from October 2014 to August 2015.  Fish samples were collected by using scoop net on both types of FADs which were installed in three different habitats as observation stations. The Shannon-Wienner (H') diversity index is relatively moderate in spatially and temporally. ANOSIM  shows that the abundance of fish catches between habitats is significantly different (R = 0,268; p = 0,001).  River estuary habitat has the highest abundance of catches which is about 14.77 ind/m2.  Furthermore, the abundance of catches between monsoon was significantly different (R = 0,110; p = 0,001).  The highest abundance of fish catches in the west monsoon (WM) is about  20,67 ind/m2. SIMPER analysis shows that Siganus canaliculatus is the main species based on habitat and season. The contribution of Siganus canaliculatus is quite high in seagrass habitat which is about 96.38%. Keywords: Bio-FADs, dynamics of catch, Siganus sp.ABSTRAKRumpon hidup atau Biological-Fish Aggregation Devices adalah rumpon yang didesain menggunakan rumput laut  sebagai atraktor. Rumpon hidup pada penelitian ini  dibuat dengan menggunakan rumput laut jenis  Eucheuma cottonii sehingga disebut rumpon cottonii(RC) dan Gracillaria sp  atau rumpon gracillaria (RG). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dinamika hasil tangkapan ikan baronang (Siganus sp.) di sekitar rumpon hidup berdasarkan jenis, kelimpahan, dan karakteristik ekologis secara   spasial  dan temporal.  Penelitian  ini dilaksanakan di perairan pesisir Uloulo Kabupaten Luwu dari bulan Oktober 2014  sampai  Agustus 2015. Sampel ikan  dikumpulkan dengan menggunakan serok  pada kedua jenis rumpon   yang dipasang di tiga habitat yang berbeda sebagai stasiun  pengamatan.  Indeks diversitas Shannon-Wienner (H') secara  spasial dan temporal relatif moderat.  Hasil ANOSIM  menunjukkan  bahwa  kelimpahan hasil tangkapan ikan antar habitat berbeda  sangat nyata,   (R = 0,268; p = 0,001).  Habitat muara sungai memiliki kelimpahan hasil tangkapan tertinggi yaitu 14,77 ind/m2. Selanjutnya kelimpahan hasil tangkapan  berdasarkan musim berbeda  nyata (R = 0,110; p = 0,001).  Kelimpahan hasil tangkapan ikan  tertinggi  pada musim barat (MB) yaitu 20,67 ind/m2 .Analisis SIMPER  menunjukkan  bahwa Siganus canaliculatus sebagai spesies utama   berdasarkan habitat dan musim. Kontsribusi Siganus canaliculatus  cukup tinggi  pada habitat padang lamun yaitu  sebesar  96,34% .Kata kunci:  rumpon hidup, dinamika hasil tangkapan, Siganus sp.
KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN SIDAT (Anguilla spp) DI SUNGAI LUAS DAN SUNGAI KINAL, PROVINSI BENGKULU Gillang Fernando; Ronny Irawan Wahju; Am Azbas Taurusman
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 12 No. 2 (2021): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jmf.v12i2.40273

Abstract

The fishing activity of eel fish for daily consumption has been carried out by the local people in the Kaur Regency. However, the data related to the species of the eel fish, catch structure, and the eel fishing ground in Kaur Regency is still very limited, especially in the Luas River and Kinal River. Data and information on the eel fisheries in Kaur Regency are expected to be used as basic information in sustainable use of the eel fisheries. This study aims to analyze the catch composition of the eel caught and to determine the eel fishing ground for both rivers. Experimental fishing using eel hand line was carried out from June to August 2021 in Luas River and Kinal River, Kaur Regency, Bengkulu. The composition of catch eel only one species of eel, namely Anguilla marmorata with ano-dorsal ratio of 14.05-18.23%. The A. marmorata eel was caught at every station in both rivers. The Shannon – Wiener (H') diversity index of the catches at all stations in both rivers was relatively similar, ranging from 1.14 to 1.69. The eel fishing grounds in the Luas river and Kinal river are divided into 3 areas: estuary, mid- part of the rivers, and upstream area. Keywords: Anguilla marmorata, catch composition, eel, Kinal river, Luas river.