Claim Missing Document
Check
Articles

KAJIAN HIDROLISA STARCH SAGU OLEH ENZIM GLUCOAMYLASE DAN PULLULANASE UNTUK PRODUKSI ASAM ORGANIK I. Hartati; M. E. Yulianto; L. Kurniasari; I. Riwayati
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 4, No 1 (2008)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v4i1.627

Abstract

Sagu merupakan sumber pati dan karbohidrat yang bisa dikembangkan menjadi aneka produk bernilai ekonomi tinggi. Meskipun Indonesia merupakan negara penghasil sagu terbesar di dunia, namun teknologi pemanfaatan sagu di Indonesia masih sangat sederhana. Salah satu potensi pengembangan starch sagu adalah sebagai bahan baku produksi asam-asam organik seperti asam sitrat maupun asam glukonat. Starch sagu memiliki kadar starch (pati) yang cukup tinggi yaitu mencapai 98.2%. Proses konversi glukosa starch sagu menjadi asam-asam organik didahului proses hidrolisa. Hidrolisa starch secara enzymatic dengan menggunakan enzyme Glucoamylase dan Pullulanase dapat mengatasi permasalahan yang timbul pada proses hidrolisa starch asam. Kelebihan dari hidrolisa enzimatis antara lain konversi glukosa menjadi D glukosa lebih tinggi, biaya produksi yang lebih rendah, tidak mempengaruhi warna produk dan tidak dihasilkan endapan garam. Proses konversi starch menjadi glukosa dibagi menjadi tiga tahapan yakni gelatinisasi, liquefaction dan saccharification. Terdapat beberapa jenis enzyme yang digunakan dalam proses hidrolisa enzimatis, diantarana adalah enzyme glucoamylase dan pullulanase. Sumber dari enzim glucoamylase adalah Aspergillus niger sedangkan sumber dari enzim pullulanase adalah Basillus acidopullulyticus. Glucoamylase bekerja memecah ikatan α -1,4 α -1,6- untuk menghasilkan α –glucose dan enzim pullulanase bekerja memecah ikatan α-1,6-links untuk menghasilkan maltodextrins rantai lurus. Key words : glucoamylase, hidrolisa, pullulanase, starch sagu
PENGEMBANGAN MICROWAVE ASSISTED EXTRACTOR (MAE) PADA PRODUKSI MINYAK JAHE DENGAN KADAR ZINGIBERENE TINGGI H. Purwanto; I. Hartati; L. Kurniasari
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 6, No 2 (2010)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v6i2.114

Abstract

Minyak jahe diketahui memiliki berbagai fungsi dan mempunyai nilai jual yang cukup tinggi. Permasalahan utama yang dihadapi industri minyak jahe di Indonesia adalah bahwa minyak jahe dari Indonesia tidak dapat memenuhi persyaratan karakteristik mutu yang ditentukan pada standar internasional yakni putar optik yang bernilai negatif akibat dari rendahnya kadar zingiberene minyak jahe. Kecilnya komposisi zingiberene pada minyak jahe Indonesia dikarenakan pada proses destilasi konvensional, zingiberene mengalami degradasi thermal. Alternatif proses produksi minyak jahe yang ditawarkan adalah proses produksi minyak jahe menggunakan teknologi Microwave Assisted Extraction (MAE). Penelitian ini bertujuan menentukan kondisi optimum proses ekstraksi minyak jahe menggunakan teknologi MAE. Penelitian dilakukan melalui tahapan yang meliputi perancangan dan pabrikasi ekstraktor berbasis gelombang mikro, studi produktivitas, penentuan variabel berpengaruh dan optimasi parameter proses. Variabel pada penelitian ini meliputi daya, rasio pelarut bahan baku dan waktu ekstraksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelarut yang sesuai bagi ekstraksi minyak jahe adalah etanol. Variabel berpengaruh pada proses ekstraksi minyak jahe menggunakan proses MAE adalah daya dan rasio pelarut-bahan baku. Hasil terbaik diperoleh pada ekstraksi menggunakan etanol pada daya 100W dan rasio pelarut-bahan baku 8:1 selama 1 jam. Minyak jahe hasil ekstraksi menggunakan proses MAE memiliki kadar zingiberene yang lebih besar dari kadar zingiberene yang dihasilkan dari proses ekstraksi dengan pemanasan konvesional. Namun demikian kadar zingiberene masih lebih rendah dari minyak jahe komersial. Nilai putar optik minyak jahe hasil ekstraksi menggunakan proses MAE masih bernilai positif. Kata kunci : ekstraksi, MAE, minyak jahe, zingiberene
PENENTUAN DOSIS OPTIMUM KHLORIN UNTUK MENURUNKAN KANDUNGAN BESI PADA AIR SUNGAI GARANG, SUNGAI KREO DAN SUNGAI DI TUGU SOEHARTO Lukman Eka Prasaja; Rudi Firyanto; Laeli Kurniasari
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 11, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v11i2.1386

Abstract

Abstrak Air merupakan kebutuhan utama bagi kelangsungan hidup manusia. Air yang aman dikonsumsi adalah air yang memenuhi standar kualitas sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 Tahun 2002 tentang syarat – syarat dan pengawasan kualitas air minum. Fe merupakan unsur yang banyak terkandung dalam air. Oleh karenanya diperlukan pengolahan air agar menjadi layak untuk dikonsumsi, diantaranya dengan menurunkan kandungan Fe menggunakan khlorin yang biasa disebut khlorinasi.Penelitian ini bertujuan menentukan dosis optimum khlorin untuk menurunkan kadar zat besi dalam air permukaan di Sungai Garang, Sungai Kreo dan Sungai di Tugu Soeharto. Selain itu akan dihitung juga  efisiensi penurunan kadar besi pada tiap – tiap penambahan khlorin.Pada penelitian ini digunakan natrium hipokhlorit 10 %. Penelitian diawali dengan menyiapkan sampel air permukaan di Sungai Garang, Sungai Kreo dan Sungai di Tugu Soeharto. Kemudian menambahkan Natrium Hipokhlorit dengan dosis 5 mg/L, 10 mg/L, 15 mg/L, 20 mg/L, 25 mg/L, 30 mg/L, 35 mg/L dan 40 mg/L. Setelah itu dilakukan pengadukan dengan kecepatan 50 rpm selama 30 menit. Kandungan sisa Fe total dan free khlorin diukur dengan menggunakan Spektrofotometer seri Hach DR 2500. Dari hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan bahwa khlorin dapat digunakan untuk menurunkan kandungan Fe dalam air. Semakin besar penambahan dosis khlorin maka kandungan Fe total semakin menurun sehingga efektivitas penghilangan Fe semakin tinggi. Dosis optimum khlorin untuk sampel air Sungai Garang sebesar 25 mg /L, sampel air Sungai Kreo sebesar 35 mg/L, dan sampel air Sungai di Tugu Soehartosebesar 30 mg/L. Kata Kunci :besi, dosis, khlorin
PEMANFAATAN ECENG GONDOK (EICHORNIA CRASSIPES) UNTUK MENURUNKAN KANDUNGAN COD(CHEMICAL OXYGEN DEMOND), pH, BAU, DAN WARNA PADA LIMBAH CAIR TAHU R. D. Ratnani; I. Hartati; L. Kurniasari
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 7, No 1 (2011)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v7i1.296

Abstract

Di Indonesia banyak terdapat industri tahu mulai dari industri kecil sampai ke industri besar. Dari kegiatan industri tersebut, timbul limbah yang mengandung zat organik sangat tinggi. Kandungan zat organik dalam limbah cair tahu berpotensi mencemari lingkungan, sehingga perlu adanya pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk melakukan penanganan terhadap limbah yang timbul tersebut. Salah satu upaya awal untuk menangani hal tersebut adalah melakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan eceng gondok untuk menurunkan kandungan COD, meningkatkan/ menormalkan pH, menjernihkan limbah, dan mengurangi bau yang timbul. Penelitian ini dilakukan di pabrik pengolahan tahu Desa Cangkiran Kota Semarang. Penelitian ini memanfaatkan eceng gondok untuk menyerap limbah organik yang menyebabkan limbah cair menjadi COD tinggi, pH rendah, warna keruh dan berbau sangat menyengat. Proses penanaman dilakukan dalam bak beton dengan ukuran panjang 150 cm, lebar 145 cm, dan tinggi 120 cm. Dalam penelitian ini diamati penurunan kandungan COD, peningkatan pH, perubahan warna, dan perubahan bau yang timbul setiap hari selama 8 hari dengan menggunakan media eceng gondok. Hasil percobaan Terjadi penurunan COD sampai ambang batas yang diperbolehkan yaitu terjadi penurunan dari 768 ppm menjadi 208 ppm dan pada ulangan yang dilakukan dari 672 ppm menjadi 160 ppm dimana sudah di bawah baku mutu bedasakan Perda Jateng No. 10 tahu 2004. Terjadi peningkatan nilai pH. Diawal proses, pH dari limbah cair tahu adalah 4.2 dan naik sampai 7.4 demikian juga setelah diulang mulai 4.6 naik menjadi 7.3. Perubahan warna pada penelitian ini kurang memuaskan karena tidak terjadi perubahan warna tetapi hanya berubah tingkat kejernihan di awal, warna limbah cair tahu adalah kuning keruh bahkan ada busanya dan setelah diolah berwarna kuning jenih. Dalam pengamatan perubahan bau, pada hari ke 4 bau sudah berkurang. Akan beda kalau tidak diolah semakin lama maka akan semakin bau Kata kunci : penyerapan, limbah cair tahu, eceng gondok .
PRODUKSI BIOETANOL DARI BONGGOL JAGUNG MELALUI PROSES HIDROLISA SELULOSA SECARA ENZYMATIS MENGGUNAKAN TRICHORDEMA REESEI I. Riwayati I. Riwayati; I. Hartati; L. Kurniasari; R. D. Ratnani
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 5, No 2 (2009)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v5i2.125

Abstract

Penggunaan bahan bakar dari fosil meningkatkan jumlah karbondioksida diudara yang pada akhirnya dapat meningkatkan suhu dipermukaan bumi . Disamping itu ketersediaan bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui menyebabkan dicarinya alternative bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dan dapat diperbaharui . Salah satu bahan bakar tersebut adalah bioetanol . Bioetanol dapat dibuat dari berbagai sumber bahan baku . Secara garis besar bahan baku bioetanol dapat diperoleh dari bagian-bagian tumbuhan ,salah satunya adalah biomasa bersellulosa seperti bonggol jagung . Bonggol jagung sampai saat ini menjadi limbah pertanian dan dipergunakan hanya sebagai bahan bakar untuk pemanfaatannya. Bonggol jagung ini mengandung selulosa yang merupakan suatu bentuk karbohidrat komplek . Untuk dapat difermentasikan menjadi etanol, maka selulosa ini harus dipecah terlebih dulu menjadi karbohidrat sederhana yang disebut glukosa . Proses pemecahan ini disebut sebagai hidrolisa . Hidrolisa dapat dilakukan dengan cara kimia ataupun enzimatis. Pada percobaan ini dilakukan pemecahan selulosa yang ada pada bonggol jagung dengan enzim selulase yang dihasilkan dari Trichordema reseei. Tahap pertama dari percobaan adalah menentukan variabel yang berpengaruh dalam proses dan tahap selanjutnya adalah melakukan optimasi terhadap variabel berpengaruh yang diperoleh dari tahap pertama percobaan. Dari hasil percobaan tahap pertama diperoleh variabel yang berpengaruh adalah pH dan rasio substrat-enzim . Sedangkan hasil optimasi pada percobaan selanjutnya diperoleh kondisi optimum dari percobaan adalah pada pH = 4 dan rasio substrat-enzim = 1 : 1,5 dengan kadar glukosa sebesar 18,001 %. Kata Kunci : Bonggol jagung , hidrolisa enzimatis , Trichordema resei
INAKTIVASI ENZIMATIS PADA PRODUKSI LINAMARIN DARI DAUN SINGKONG SEBAGAI SENYAWA ANTI NEOPLASTIK I. Hartati; L. Kurniasari; M. E. Yulianto
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 4, No 2 (2008)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v4i2.607

Abstract

Singkong juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu merupakan salah satu sumber bahan pangan terpenting di negara-negara tropis dan negara berkembang. Saat ini Indonesia termasuk sebagai negara penghasil singkong terbesar ketiga di dunia. Singkong merupakan tanaman yang memiliki kandungan senyawa cyanogen. Senyawa cyanogen pada tanaman singkong berupa senyawa glukosida cyanogen yang terdiri dari linamarin dan lotaustralin. Senyawa glukosida cyanogenik pada tanaman singkong sebagian besar terakumulasi pada daun, batang dan kulit umbinya. Senyawa glukosida cyanogenik, dengan adanya enzim linamarase (β glukosidase), akan terhidrolisa menjadi acetocyanohidrin. Selanjutnya cyanohidrin akan terurai menjadi hidrogen cyanida. Linamarin memiliki sifat-sifat yang dapat menjadikannya sebagai kandidat yang baik sebagai senyawa antineoplastik (antikanker). Linamarin disebut juga sebagai nitrilosida yang memiliki kandungan vitamin B17 yang diharapkan pada proses hidrolisis dapat menghasilkan senyawa cytotoksik yakni HCN. Sel neoplastik (sel kanker) yang kekurangan akan enzim detoksifikasi tetapi kaya akan enzim hidrolase akan terpapar terhadap efek lethal dari cyanida yang dilepaskan oleh linamarin. Seiring dengan meningkatnya peran senyawa fitokimia dalam industri farmasi, dan mengingat ketersediaan bahan baku yang melimpah serta potensi linamarin sebagai senyawa antineoplastik, perlu dikembangkan proses produksi linamarin dari daun singkong sebagai salah satu upaya diversifikasi produk tanaman singkong dan pengadaan senyawa aktif bagi industri farmasi. Linamarin dapat diproduksi melalui proses inaktivasi enzim linamarase dan proses ekstraksi menggunakan ekstraktor inaktivasi enzim dengan solvent asam. Solven berupa larutan asam akan berfungsi ganda, menginaktivasi enzim sekaligus mengekstrak linamarin. Proses inaktivasi enzim menggunakan solvent asam diketahui memiliki beberapa keuntungan, yaitu: proses ini meringkas proses inaktivasi dan ekstraksi sekaligus serta yield yang dihasilkan lebih tinggi karena linamarin diharapkan tidak terkonversi menjadi acetocyanohid enzimatis. Kata Kunci: anti neoplastik; daun singkong; inaktivasi; linamarin
PEMANFAATAN MIKROORGANISME DAN LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI BAHAN BAKU BIOSORBEN LOGAM BERAT L. Kurniasari
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 6, No 2 (2010)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v6i2.115

Abstract

Logam berat merupakan zat yang beracun serta umumnya bersifat karsinogenik. Beberapa proses pengambilan logam berat yang telah ada masih memiliki banyak kendala, diantaranya adalah produksi lumpur limbah beracun yang tinggi, memerlukan biaya tinggi serta kurang efektif bila diaplikasikan pada konsentrasi limbah yang rendah. Salah satu alternatif pengolahan limbah yang mengandung logam berat adalah dengan proses adsorpsi menggunakan bahan-bahan biologis sebagai adsorben. Prosesnya kemudian disebut sebagai biosorption dan adsorbennya dikenal sebagai biosorben. Beberapa keuntungan pemakaian biosorben adalah bahan baku yang melimpah, murah, proses pengolahan limbah yang efisien, minimalisasi lumpur yang terbentuk, serta tidak adanya nutrisi tambahan dan proses regenerasi. Ada tiga mekanisme yang mungkin terjadi ketika mikroorganisme mengambil logam-logam yang ada di larutan. Ketiga mekanisme itu adalah (i) akumulasi/pengendapan ekstraselular; (ii) penjerapan atau pembentukan kompleks pada permukaan sel serta (iii) akumulasi intraseluler. Mikroorganisme yang banyak digunakan sebagai biosorben diantaranya adalah kelompok bakteri, jamur, yeast dan alga. Sedangkan biosorben dari limbah pertanian diantaranya adalah kulit buah jeruk, kulit dan batang buah asam, serbuk kayu, sekam padi, tongkol jagung, cangkang telur dan kulit kentang. Kata kunci : adsorpsi, biosorben, logam berat
PENGARUH PENAMBAHAN IMIDAZOLINE TERHADAP TINGKAT KOROSI PIPA GAS LEPAS PANTAI Imam Sujarwo; Rita Dwi Ratnani; Laeli Kurniasari
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 14, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v14i2.2507

Abstract

Korosi menjadi masalah yang terpenting dalam industri dan perminyakan. Proses pencegahan dan kontrol korosi sangat penting dilakukan untuk mengurangi efek korosi yang besar yaitu kebocoran instalasi pipa. Kandungan ion maupun senyawa terlarut seperti chloride yang tinggi, sufida terlarut, carbonat maupun bi-carbonat merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya korosi. Hal lain yang juga dapat menimbulkan terjadinya korosi pada logam adalah aktifitas mikroba Sulfur Reduction Bacteria (SRB). Untuk mengendalikan korosi dalam pipa umumnya ditambahkan senyawa penghambat korosi (inhibitor). Penambahan anti korosi imidazoline dengan kombinasi surfaktan dilakukan untuk mencegah adanya proses korosi pada logam pipa produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktifitas mikroba dan potensi korosi yang di timbulkan dari aktifitasnya, serta untuk mengetahui efektifitas dari penghambat korosi (imidazoline) yang di tambahkan pada konsentrasi 50 ppm-150-ppm kedalam aliran gas hidrokarbon dengan kandungan CO2 dalam gas 0.715 % mol, chloride 700mg/lt. Pengukuran dan evaluasi dilapangan dilakukan dengan menggunakan metoda ER (Electical Resistant). Efektifitas terbaik imidazoline derivate pada gas terseparasi minimum 16.33 % dan maksimum efisensi mencapai 76.67 %.Kata kunci: efisiensi inhibitor, imidazoline, inhibitor korosi, korosi
PENGUATAN USAHA PENGOLAH KOLANG KALING DI DESA NGESREPBALONG KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL Indah Hartati; Nugroho Widiasmadi; Renan Subantoro; Laeli Kurniasari; Darmanto Darmanto
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 12, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v12i2.1629

Abstract

Salah satu usaha yang berkembang di Desa Ngesrepbalong, Limbangan, Kendal adalah usaha pengolaha kolang kaling. Beberapa permasalahan yang dihadapi pelaku usaha pengolah  kolang kaling adalah diperlukannya alat TTG guna proses pemecahan kulit biji kolang kaling, belum adanya wawasan dan usaha ke arah diversifikasi produk serta diperlukannya pelatihan-pelatihan penguatan usaha. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan solusi bagi permasalahan mitra pengolah kolang kaling yakni: (i) memperbaiki proses produksi berupa aplikasi alat pemipih kolang kaling dan pemecah kulit buah kolang kaling, (ii) memberikan pelatihan produksi diversifikasi produk kolang kaling yakni berupa manisan kolang kaling dan permen jely kolang kaling serta alat sealer, (iii) memberikan pelatihan penguatan usaha berupa pelatihan desain kemasan, pelatihan cara produksi pangan yang baik dan pelatihan perijinan PIRT, dan (iv) memberikan pelatihan manajemen usaha kecil. Adapun target kegiatan adalah perbaikan proses produksi melalui aplikasi mesin pemecah kulit buah kolang kaling dan pemipih kolang kaling, pelatihan proses produksi manisan dan permen jelly kolang kaling, pelatihan desain kemasan manisan dan permen jelly kolang kaling, pelatihan CPPB, pelatihan perijinan dan  pelatihan manajemen usaha. Perbaikan proses produksi telah dilakukan melalui perancangan, pabrikasi dan penggunaan alat pemecah dan pemipih kolang kaling. Diversifikasi produk kolang kaling telah diberikan sehingga mitra memiliki wawasan dan ketrampilan mengenai proses pembuatan permen  jelly kolang kaling dan manisan kolang kaling. Pelatihan CPPB  telah memberikan wawasan mengenai cara produksi pangan yang baik. Pelatihan pengemasan  telah berhasil memberikan wawan mitra mengenai pengemasan produk pangan dan pelabelan. Pelatihan perijinan memberikan wawasan mitra mengenai prosedur perijinan yang harus ditempuh bila mitra mengajukan permohonan pengajuan perijinan bagi usaha mereka. Pelatihan manajemen  usaha telah dapat memberikan wawasan mitra mengenai pengelolaan usaha kecil. Kata kunci: kolang kaling, manisan, pemecah, pemipih, permen jelly
ADSORPSI PEWARNA TEKSTIL RODHAMIN B MENGGUNAKAN SENYAWA XANTHAT PULPA KOPI Setiyanto Setiyanto; Indah Riwayati; Laeli Kurniasari
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 11, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v11i1.1078

Abstract

Rodhamin B merupakan zat warna sintetis yang digunakan pada industri tekstil dan kertas, bila terpapar Rodhamin B dalam jumlah besar maka dalam waktu singkat akan terjadi gejala akut keracunan Rodhamin B. Pemisahan pewarna rodhamin B dapat dilakukan dengan proses adsorpsi menggunakan biosorben kulit kopi. Kulit kopi memiliki kandungan gugus hidroksil dan selulosa yang cukup tinggi. Namun demikian permukaan biosorbenperlu dimodifikasi untuk meningkatkan performa dari adsorben. Salah satu alternatif adsorben adalah melalui proses xanthasi. Proses pembuatannya yaitu dengan cara mereaksikan biomassa dengan gugus pembawa sulfur (carbon disulfide) dalam suasana basa. Proses adsorpsi dilakukan dengan mengontakkan biosorben dengan larutan pewarna rodhamin B yang diaduk dengan magnetik stirer dengan variasi pH 2,4,6,8; variasi rasio 0,5:100; 0,5:80; 0,5:60; 0,5:40 dan variasi waktu 30, 60, 90, 120 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biosorpsi maksimum dapat dicapai 8,359mg/g pada pH 6, rasio 0,5:100 (0,5 gr adsorben : 100 ml larutan) dan waktu kontak 120 menit dengan presentase penjerapan 50,844%. Kata Kunci: adsorpsi, kulit kopi, rodhamin B, xanthate
Co-Authors A. Budiarti Ahadta Anindya Rahmah Ajeng Ajeng Ajeng Wijareni Aliyatul Farida Alvia Sefie Tristiyanti Aniq, Nur Aprianto Aprianto Aprilina Purbasari Arif Andrianto Asmanto Asmanto Budiarti, Aqnes Budiarti Chandra Pribadi Darmanto Darmanto Darmanto Darmanto Dewi Indarwati Dien Iffa Hidayatin Dyah Puspa Arum Erma Sulistyaningsih Ernawati Budi Astuti Farikha Maharani Fatnawati Nur Hidayah Fifi Kurniasari H. Purwanto Hasan, Hasan I Hartati I. Hartati I. Hartati I. Hartati I. Hartati I. Hartati I. Hartati I. Riwayati Iga Cahyana Imam Sujarwo Indah Hartati Indah Nurdiani Ismiyatul Kholisoh Ismiyatun Ismiyatun Khornia Dwi Lestari Lailatul Firdaus Kolul Nurrijal Kun Ma'adella Nafisawati Lukman Eka Prasaja Luqman Buchori M. Djaeni M. E. Yulianto M. E. Yulianto Mey Sulistiyaningsih Mia Dinnis A Muhamad Farid Aminudin Muhammad Farid Aminudin Muhammad Ivan Nurohman Nanik Andar Miningsih Nayyifatus Sa’diyah Ninik Indah Hartati Ninik Indah Hartati Nugroho Widiasmadi Nurhayani, Mira Nurul Fatkhiyah Putri Prihastuti Rani Aish Faria Ratna Bernika Amaranti Renan Subantoro Revy Andar Raesta Rita Dwi Ratnani Rohmawati, Alfi Rudi Firyanto Safaah Nurfaizin Saiful Huda Saiful Huda Setia Budi Sasongko Setiyanto Setiyanto Sinta Ariyani Siti Indana Isdiyanti Siti Indana Isdiyanti Siti Iqlima Layudha Siti Sudarmiseh Sri Mulyo Bondan Respati Sumayah Sumayah Suwardiyono Suwardiyono Suwardiyono Suwardiyono Tabah Priangkoso Titin Titin Via Utami Putri Yafi S. Maulana Yance Anas Yodhi Cahyanto Yuni Wulandari