Suryono Herlambang
Program Studi S1 PWK, Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara

Published : 47 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

KONSEP ADAPTASI RE-USE DAN BIOPHILIC PADA REVITALISASI BANGUNAN BERSEJARAH (KASUS HELLENDOORN TUNJUNGAN, SURABAYA) Tabitha Aurell Krishanty; Suryono Herlambang
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 4 No. 2 (2022): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v4i2.21721

Abstract

The city of Surabaya is a city known for the history of the struggle of the Surabaya’s people who fought for the Indonesian people against the Dutch colonialists, which Bung Karno pioneered. On November 10, 1945, made Hero's Day to commemorate the struggle of heroes who have fallen on the battlefield. Tunjungan Street was one of the silent witnesses of the Surabaya’s people area who tore the Dutch flag and became a silent witness in the development of the city of Surabaya to become the metropolitan city. The Dutch built Tunjungan Street in the 20th century so this road became a famous area in the city of Surabaya. The area contains a shopping center, offices, restaurants and cafes, and a museum. The Dutch colonial buildings still stand firmly and are well-maintained to keep memories of the past, but, unfortunately, some of these buildings are abandoned because they are not well preserved. The theory of Urban Acupuncture, provides Energy Flows to abandoned buildings that are located between modern buildings that continue to grow. Incorporating the youth of Surabaya as Energy Flows will be able to revive the building by preserving and preserving its history. The design will revitalize Dutch colonial heritage buildings by developing old buildings into new functions that are more useful for the people of Surabaya City and adding new buildings that can support the new functions of old buildings. Using the adaptive reuse method. This method is being used to change the response of planners who assume that old buildings are a barrier to technological progress, development of the times, and the economy. The author will also use the narrative method to preserve and commemorate the existing history. The approach of the narrative method is one method for evaluating stories from a place starting from drafting concepts, designing processes, and as a communication tool for processing narratives into space. Keywords: adaptive reuse; Dutch colonial heritage building; revitalization; urban acupuncture Abstrak Kota Surabaya merupakan kota yang dikenal dengan sejarah perjuangan arek - arek Suroboyo yang memperjuangkan rakyat Indonesia untuk melawan penjajah Belanda. Pada tanggal 10 November 1945 menjadikan Hari Pahlawan guna mengenang perjuangan pahlawan yang telah gugur pada medan perang. Jalan Tunjungan Surabaya menjadi salah satu saksi bisu peristiwa arek - arek Suroboyo merobek bendara Belanda dan menjadi saksi bisu dalam perkembangan Kota Surabaya hingga menjadi kota metropolitan saat ini. Belanda membangun Jalan Tunjungan Surabaya dari abad ke-20 sehingga jalan ini menjadi kawasan yang terkenal di Kota Surabaya. Kawasan tersebut terdapat shopping center, kantor, restauran dan café, dan museum. Bangunan—bangunan kolonial Belanda masih berdiri dengan kokoh dan terawat menyimpan kenangan masa lalu, tetapi sangat disayangkan ada beberapa bangunan tersebut yang terbengkalai dikarenakan tidak dilestarikan dengan baik. Dengan teori Urban Acupuncture memberikan energy flows ke bangunan terbengkalai yang letaknya diantara bangunan - bangunan modern yang terus berkembang. Memasukkan jiwa anak muda Surabaya sebagai energy flows akan dapat menghidupkan kembali bangunan tersebut dengan mempertahankan serta melestarikan sejarah yang dimiliki. Perancangan akan melakukan revitalisasi pada bangunan peninggalan kolonial Belanda dengan mengembangkan bangunan lama menjadi fungsi baru yang lebih bermanfaat untuk masyarakat Kota Surabaya dan menambahkan bangunan baru yang dapat memberikan support pada fungsi baru bangunan lama. Menggunakan metode adaptive reuse. Metode ini dilakukan untuk mengubah tanggapan para perencana yang berasumsi bahwa bangunan tua merupakan penghalang bagi kemajuan teknologi, perkembangan jaman, dan ekonomi. Penulis juga akan menggunakan metode narasi untuk meletarikan dan mengenang sejarah yang ada. Pendekatan dari metode naratif merupakan salah satu metode untuk mengevaluasi cerita dari suatu tempat mulai dari menyusun konsep, proses desain, dan sebagai alat komunikasi untuk pengolahan narasi menjadi ruang.
PENATAAN KOLAM RETENSI SEBAGAI TAMAN KOTA DENGAN KONSEP INTEGRASI INFRASTRUKTUR DAN TAMAN AKTIF (STUDI KASUS: TANDON LENGKONG, TANGERANG SELATAN) Rianti Alda Lestari; Suryono Herlambang; B. Irwan Wipranata
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 4 No. 2 (2022): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v4i2.22306

Abstract

The Lengkong reservoir consists of two reservoirs which are divided into two areas, so they are called Tandon Lengkong Wetan and Tandon Lengkong Karya. The reservoir is a water infrastructure that functions as a conservation of water resources and flood control by collecting water from housing activities to be flowed to Angke River. To take advantage of the function of the reservoir in addition to only being a water infrastructure, construction was carried out in the reservoir area to be used as a city park so that it could be used by residents as a place for recreation and exercise. To become a city park, several facilities are needed to support the needs of visitors, but in the existing conditions the existing facilities in Tandon Lengkong Wetan and Karya are still very limited and do not have an optimal arrangement and integrate between the two both physically and functionally. The purpose of this study is to identify the physical characteristics and existing conditions of infrastructure from Tandon Lengkong Wetan and Karya by involving visitor participation to provide proposals for the addition of complementary infrastructure and proposed master plans for arrangement with the concept of green infrastructure. The results of this study are in the form of a conclusion and proposed structuring master plan that divides the object of study into three zones, namely conservation zones, transition zones, and active zones where there are several concepts applied, namely the concept of flood control and water filters, the concept of conservation, the concept of sports, the concept of recreation, and the concept of supporting facilities. Keywords:  Planning; Retention Pond; Tandon Lengkong; Urban Park; Water Infrastructure Abstrak Tandon Lengkong terdiri dari dua buah tandon yang terbagi ke dalam dua wilayah sehingga disebut sebagai Tandon Lengkong Wetan dan Tandon Lengkong Karya. Tandon tersebut merupakan sebuah infrastruktur air yang berfungsi sebagai konservasi sumber daya air serta pengendali banjir dengan menampung air dari hasil aktivitas perumahan untuk selanjutnya dialirkan ke Kali Angke. Agar dapat memanfaatkan fungsi tandon selain hanya menjadi infrastruktur air, maka dilakukan pembangunan pada kawasan tandon untuk dijadikan sebagai taman kota agar dapat dimanfaatkan oleh warga sebagai tempat berekreasi dan berolahraga. Untuk menjadi sebuah taman kota dibutuhkan beberapa fasilitas guna menunjang kebutuhan para pengunjung, namun pada kondisi eksistingnya fasilitas yang ada pada Tandon Lengkong Wetan dan Tandon Lengkong Karya masih sangat terbatas serta belum memiliki penataan yang optimal dan mengintegrasikan antar keduanya baik secara fisik maupun fungsi. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik fisik dan kondisi eksisting sarana prasarana dari Tandon Lengkong Wetan dan Tandon Lengkong Karya dengan melibatkan partisipasi pengunjung untuk memberikan usulan penambahan sarana prasarana pelengkap serta usulan masterplan penataan dengan konsep infrastruktur hijau. Hasil dari penelitian ini berupa sebuah kesimpulan dan usulan masterplan penataan yang membagi objek studi menjadi tiga zona, yaitu zona konservasi, zona transisi, dan zona aktif dimana terdapat beberapa konsep yang diterapkan, yaitu konsep pengendali banjir dan penyaring air, konsep konservasi, konsep olahraga, konsep rekreasi, dan konsep fasilitas pendukung.
PENATAAN KAWASAN WISATA DENGAN PENDEKATAN ADAPTASI BENCANA TSUNAMI STUDI KASUS KAWASAN PANTAI PAAL, KABUPATEN MINAHASA UTARA Judah Yosia Wanjoyo; Suryono Herlambang; B. Irwan Wipranata
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 4 No. 2 (2022): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v4i2.22349

Abstract

The Paal Beach area is one of the tourist areas that has great natural potential seen from the coastal landscape with white sand, underwater beauty, and the surrounding hills which add to the increasingly diverse tourist experience. However, it does not yet have adequate infrastructure, facilities and infrastructure. In addition, the great potential for tourism development on a national scale also needs to pay attention to the risk factors for disasters which are quite large, especially on the Paal coast which reaches a wave height of up to 8 meters so that it has vulnerability to tsunamis. Therefore, the main objective in this study is to identify the existing conditions in the Paal Beach Tourism Area at the macro, mezzo, and micro scope in various aspects to be a reference in the analysis process and make a proposal for a planning master plan concept with a tsunami disaster adaptation approach in the Coastal Tourism Area. However, Paal is still able to integrate the main characters on the beach and hills through accessibility, space utilization, infrastructure, and supporting facilities for tourism activities. This research is a qualitative and quantitative research. Qualitative data was obtained by conducting field surveys to locations and conducting interviews with related parties, while quantitative data was obtained by distributing questionnaires to visitors. The results of this study are in the form of a planning master plan concept with a tsunami disaster adaptation approach in the Paal Beach Tourism Area by integrating the main characters on the beach and hills through accessibility, space utilization, infrastructure, and supporting facilities for tourism activities. Keywords: Tourism Spatial Planning; Paal Beach; Tsunami Disaster Adaptation Approach Abstrak Kawasan Pantai Paal menjadi salah satu area wisata yang memilki potensi alami yang besar dilihat dari lansekap pesisir pantai dengan pasir yang putih, keindahan bawah laut, dan bukit – bukit di sekitarnya yang menambah pengalaman wisatawan yang semakin beragam. Akan tetapi kawasan ini belum memiliki infrastruktur, sarana dan prasarana yang memadai. Selain itu, potensi besar terhadap pengembangan wisata skala nasional juga perlu memperhatikan faktor resiko bencana yang cukup besar terutama pada pada pesisir Pantai Paal yang mencapai ketinggian gelombang hingga 8 meter sehingga memilki kerawanan terhadap tsunami. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi kondisi eksisting pada Kawasan Wisata Pantai Paal pada lingkup makro, mezzo, dan mikro di berbagai aspek untuk menjadi acuan dalam proses analisis dan membuat usulan konsep masterplan perencanaan dengan pendekatan adaptasi bencana tsunami pada Kawasan Wisata Pantai Paal namun tetap dapat mengintegrasikan karakter utama pada pantai dan bukit melalui aksesbilitas, pemanfaatan ruang, infrastruktur, dan fasilitas pendukung untuk kegiatan wisata. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Data diperoleh dengan melakukan survey lapangan ke lokasi dan melakukan wawancara dengan pihak terkait, sedangkan untuk data kuantitatif diperoleh dengan penyebaran kuesioner ke pengunjung. Hasil dari penelitian ini berupa konsep masterplan perencanaan dengan pendekatan adaptasi bencana tsunami pada Kawasan Wisata Pantai Paal dengan mengintegrasikan karakter utama pada pantai dan bukit melalui aksesbilitas, pemanfaatan ruang, infrastruktur, dan fasilitas pendukung untuk kegiatan wisata.
STRATEGI PENGELOLAAN KAWASAN WISATA AIR TERJUN BERDASARKAN KONSEP KBM ECOTOURISM (OBJEK STUDI : AIR TERJUN CILEMBER, KABUPATEN BOGOR) Ajeng Ambarwati; Suryono Herlambang
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 4 No. 2 (2022): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v4i2.22351

Abstract

Cilember Waterfall Tourism Area is one of the leading tourist areas managed by the Independent Business Unit (KBM) Ecotourism Perum Perhutani, located on Jalan Raya Puncak KM. 15, Megamendung Village, Megamendung District, Bogor Regency with an area of ​​7.39 Ha and an altitude of -/+ 8000 masl. The attractiveness and uniqueness of the Cilember Waterfall Tourism Area is that because there are 7 streams of waterfalls there are other supporting objects that can be enjoyed such as Butterfly Breeding, Playground Area, Flying Fox, archers, Hobbit Houses and lodging with glamping concepts in the form of wooden villas and area camping. Thus, the Cilember Waterfall Tourism Area has the potential to apply the concept of KBM Ecotourism, which has a management concept, namely paying attention to the balance between the natural environment in the tourist area by improving the quality of professional management in the form of improving customer experience, customer spending and revenue generators. The manager of the Cilember Waterfall area has the hope of creating tourism management based on the concept of KBM Ecotourism, in order to improve the quality of management by carrying out professional and structured management, but still increasing the sustainability of the natural environment around the Cilember Waterfall Area. Keywords: Ecotourism, Kawasan Wisata Air terjun Cilember, Management Strategy Concept Abstrak Kawasan Wisata Air Terjun Cilember merupakan salah satu kawasan wisata unggulan yang dikelola oleh Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Ecotourism Perum Perhutani, berlokasi di Jalan Raya Puncak KM. 15, Desa Megamendung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor dengan memiliki luas 7,39 Ha dan ketinggian -/+ 8000 mdpl. Daya tarik dan keunikan dari Kawasan Wisata Air Terjun Cilember yaitu terdapat 7 aliran air terjun terdapat objek pendukung lainnya yang dapat dinikmati seperti Penangkaran Kupu – Kupu, Area Playground, Flying Fox, Pemanah, Rumah Hobbit dan penginapan dengan konsep glamping  berupa villa kayu serta Area Camping. Sehingga, Kawasan Wisata Air Terjun Cilember memiliki potensi dalam penerapan konsep KBM Ecotourism memiliki konsep pengelolaan yaitu memperhatikan keseimbangan antara lingkungan alam yang berada di kawasan wisata dengan meningkatkan mutu pengelolaan profesional yaitu berupa, meningkatkan Customer Experience, Customer Spending dan Revenue Generator. Pengelola pada Kawasan Air Terjun Cilember ini memiliki harapan dapat menciptakan pengelolaan wisata berdasarkan konsep dari KBM Ecotourism, agar dapat meningkatkan mutu pengelolaan dengan dilakukannya pengelolaan yang profesional dan terstruktur, tetapi tetap meningkatkan kelestarian lingkungan alam sekitar Kawasan Air Terjun Cilember.
STUDI KEBERHASILAN PENGELOLAAN PADA DESA WISATA BERBASIS MASYARAKAT (OBJEK STUDI : DESA WISATA BATULAYANG, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BOGOR) Putri Adira; Suryono Herlambang; B. Irwan Wipranata
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 4 No. 2 (2022): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v4i2.22368

Abstract

Batulayang Tourism Village is a tourist village area whose management is community-based which involves the local or local community actively in making a decision. This village is located in Cisarua District, Bogor Regency. With good relations and cooperation between the community, village government and district government. Batulayang Tourism Village was certified by the Ministry of Tourism and Creative Economy (Kemenparekraf) as a sustainable tourism village in realizing sustainable and prosperous tourism. The management and development of Batu Layang Tourism Village is supported by the strength of community participation, as well as village and government institutions, academics and the community. In realizing the sustainability, sustainability and culture of the environment, this village has an Ecovillage community that can preserve the natural environment in Batu Layang Tourism Village. Thus, the authors are interested in conducting a study on the success of community-based Batulayang Tourism Village management. This study aims to determine the role of Community Groups in Cooperation and Communication to support the success of Batulayang Tourism Village Management, determine the factors that influence the success of tourism villages in realizing a sustainable tourism village, and assess success in terms of visitor perceptions and preferences. This research is a descriptive research that combines qualitative and quantitative approaches. The qualitative research approach was collected through a survey to the location of the Tourism Village study object by conducting in-depth interviews with related parties, while the quantitative research approach was carried out by filling out questionnaires by tourists. The results of this study will obtain the factors that influence the success in managing community-based Batulayang Tourism Village in realizing a Sustainable Tourism Village. Keywords:  Batulayang Tourism Village;  Community Based Tourism Management ;   Success; Stakeholders Partnership Abstrak Desa Wisata Batulayang merupakan kawasan desa wisata yang pengelolaannya berbasis masyarakat yang melibatkan masyarakat lokal atau setempat secara aktif dalam pengambilan sebuah keputusan.  Desa ini terletak di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Dengan adanya hubungan serta kerja sama yang baik antara masyarakat, pemerintah desa dan pemerintah kabupaten. Desa Wisata Batulayang mendapatkan sertifikasi oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sebagai desa wisata berkelanjutan dalam mewujudkan pariwisata yang lestari dan sejahtera.  Pengelolaan serta pengembangan Desa Wisata Batu Layang selain didukung kekuatan partisipasi masyarakat adapun Lembaga desa & pemerintah, Akademisi serta komunitas. Dalam mewujudkan kelestarian, keberlanjutan serta berbudaya lingkungan Desa ini terdapat komunitas Ecovillage yang dapat menjaga kelestarian lingkungan alam di Desa Wisata Batu Layang. Dengan demikian, penulis tertarik guna  melakukan studi terhadap keberhasilan pengelolaan Desa Wisata Batulayang berbasis masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran serta kelompok masyarakat dalam Kerja sama dan Komunikasi untuk menunjang keberhasilan pengelolaan Desa Wisata Batulayang, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan desa wisata dalam mewujudkan desa wisata yang berkelanjutan, dan menilai keberhasilan dari sisi persepsi dan preferensi pengunjung. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengombinasikan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan penelitian kualitatif dikumpulkan melalui survey ke lokasi objek studi Desa Wisata dengan melakukan wawancara mendalam (in-depth interview) dengan pihak terkait, sedangkan untuk penedekatan penelitian kuantitatif dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh wisatawan. Hasil dari penelitian ini akan memperoleh faktor–faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam pengelolaan Desa Wisata Batulayang berbasis masyarakat dalam mewujudkan Desa Wisata Berkelanjutan.
STUDI PASAR TRADISIONAL DALAM MEMPERTAHANKAN JUMLAH PEDAGANG DAN PENGUNJUNG (STUDI KASUS: PASAR JEMBATAN BESI) Mita Rahmalia; Parino Rahardjo; Suryono Herlambang
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 4 No. 2 (2022): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v4i2.22446

Abstract

The number of traditional markets in DKI Jakarta has regressed a lot. This happened because in terms of the physical condition of the market buildings has an age of more than 25 years causing management disruption and impacting to internal acitivites market. Efforts that need to be made to maintain the existence of traditional markets are to carry out physical improvements of large-scale physical buildings to support activities in the market such as management activities, availability of market facilities and infrastructure. Based on this phenomenon, there is an interest in conducting research precisely in one of the traditional markets, namely the Jembatan Besi Market. Jembatan Besi Market is a traditional market owned and managed by PD. Pasar Jaya. This market is included in the environmental scale market which has a service range that is sufficient for the Jembatan Besi Village area. The scope of activities in the market are filled with active sellers and crowds of visitors from the nearest environment. Therefore, this study aims to identify management in the Jembatan Besi Market in an effort to maintain the existence of traditional markets and determine consumen perceptions as an effort to maintain the number of sellers and buyers. One of the ways to maintain the number of sellers and buyers in Jembatan Besi Market is to conduct a study using qualitative research methods and determine recommendations for development concepts in accordance based on SNI Pasar Rakyat in order to support the activities. Keywords:  Traditional Market; Buyers; Sellers Abstrak Persebaran jumlah pasar tradisional di DKI Jakarta banyak mengalami kemunduran. Hal ini dipengaruhi dari segi kondisi fisik bangunan pasar memiliki usia lebih dari 25 tahun sehingga menyebabkan penyusutuan terhadap pengelolaan  dan berdampak terhadap kegiatan internal penghuni pasar. Upaya yang perlu dilakukan untuk mempertahankan eksistensi pasar tradisional adalah dengan melakukan perbaikan fisik bangunan skala besar untuk menunjang aktivitas dalam pasar seperti kegiatan pengelolaan, ketersediaan sarana dan prasarana pasar. Dengan adanya fenomena tersebut, maka timbul ketertarikan dalam melakukan penelitian tepatnya pada salah satu pasar tradisional yaitu Pasar Jembatan Besi. Pasar Jembatan Besi merupakan jenis pasar tradisional yang dimiliki dan dikelola oleh PD. Pasar Jaya. Pasar ini termasuk kedalam pasar skala lingkungan yang memiliki jangkauan pelayanan mencakupi seluruh wilayah Kelurahan Jembatan Besi. Cakupan pelaku kegiatan pasar berasal dari area lingkungan pasar terdekat sehingga berpengaruh terhadap aktivitas dalam pasar yang dipenuhi oleh aktifnya pedagang dan ramainya pengunjung. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan dan kondisi fisik serta mengetahui persepsi pedagang dan pengunjung sebagai pelaku kegiatan Pasar Jembatan Besi. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan jumlah pedagang dan pengunjung pasar dengan melakukan studi menggunakan metode penelitian kualitatif dan hasil akhir berupa rekomendasi konsep pengembangan sesuai dengan SNI Pasar Rakyat demi menunjang kegiatan pelaku pasar.
STUDI PENGELOLAAN PASAR TRADISIONAL (OBJEK STUDI : PASAR MAMPANG PRAPATAN, KECAMATAN MAMPANG PRAPATAN, JAKARTA SELATAN) Shania Arta Bonita; Parino Rahardjo; Suryono Herlambang
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 4 No. 2 (2022): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v4i2.22448

Abstract

Traditional markets in Jakarta have begun to be abandoned by visitors, which has resulted in traditional markets being deserted, one of which is the Mampang Prapatan Market, which is located at Jalan Mampang Prapatan Raya no. 58, South Jakarta and was established in 1997 with a land area of ​​2, 760 m2. Currently, Mampang Prapatan Market accommodates 156 traders. The Mampang Prapatan market is located in a strategic location, but now there is a vacancy on the 1st floor because it is not used by traders, and there are also traders who sell in the parking lot located at the back of the market. This study aims to determine the cause of the reduced number of traders in Mampang Prapatan Market and to find out the management carried out by Mampang Prapatan Market. To obtain information about the condition of the Mampang Prapatan Market, interviews were conducted with informants, namely market managers, traders, and consumers. The results obtained are, Mampang Prapatan Market is currently relatively empty of visitors, which has resulted in many sellers closing their stalls, this is due to the existence of small markets located in the Mampang Prapatan Market service area, and the displacement of settlements located near the Mampang Prapatan Market. Mampang Prapatan Market, as well as the existence of online shopping services, are one of the reasons why Mampang Prapatan Market is currently quiet. with a fairly strategic location, and its location close to public transportation routes, making Mampang Prapatan Market a very potential market, and with good management, Mampang Prapatan Market can become a bustling traditional market again. Keywords:  Buyers; Management; Traditional Market Abstrak Pasar Tradisional di Jakarta sudah mulai ditinggalkan oleh para pengunjung, yang mengakibatkan pasar tradisional menjadi sepi, salah satunya adalah Pasar Mampang Prapatan yang terletak di Jalan Mampang Prapatan Raya no. 58, Jakarta Selatan dan mulai berdiri pada tahun 1997 dengan luas lahan sebesar 2.760 m2. Pada saat ini Pasar Mampang Prapatan menampung 156 pedagang. Pasar Mampang Prapatan terdapat di lokasi yang strategis, tetapi sekarang telah mengalami kekosongan pada lantai 1 karena tidak digunakan oleh pedagang, dan juga adanya pedagang yang berjualan di lahan parkir yang terdapat di bagian belakang pasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab berkurangnya jumlah pedagang di Pasar Mampang Prapatan dan mengetahui pengelolaan yang dilakukan oleh Pasar Mampang Prapatan. Untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi Pasar Mampang Prapatan, dilakukan wawancara kepada para informan, yaitu pengelola pasar, pedagang, dan juga konsumen. Hasil yang didapatkan adalah, Pasar Mampang Prapatan pada saat ini bisa dibilang sepi pengunjung, yang mengakibatkan banyak penjual yang juga menutup kiosnya, hal ini disebabkan oleh adanya pasar-pasar kecil yang terdapat di area pelayanan Pasar Mampang Prapatan, lalu digusurnya permukiman yang terdapat di dekat Pasar Mampang Prapatan, dan juga terdapatnya pelayanan belanja online yang menjadi salah satu penyebab sepinya Pasar Mampang Prapatan pada saat ini. dengan lokasi yang cukup strategis, dan letaknya yang dekat dengan jalur transportasi umum, menjadikan Pasar Mampang Prapatan pasar yang sangat berpotensi, dan dengan pengelolaan yang baik Pasar Mampang Prapatan bisa menjadi pasar tradisional yang ramai kembali.