Suryono Herlambang
Program Studi S1 PWK, Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara

Published : 47 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

RENCANA ADAPTASI PADA WILAYAH RAWAN PENURUNAN TANAH, KECAMATAN CENGKARENG, JAKARTA BARAT Siti Wahyuningtyas Maulidiny; Parino Rahardjo; Suryono Herlambang
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 3, No 2 (2021): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v3i2.12876

Abstract

Land subsidence is one of the natural phenomena that occurs in the city of Jakarta, one of which is in Cengkareng District. Land subsidence is caused by several factors such as natural factors, groundwater extraction factors, and building mass factors. This land subsidence usually occurs slowly over a long period of time so that there is a lack of awareness of the impact of land subsidence that can interfere with the welfare of the population. This study was conducted to determine the characteristics of the population, the relationship between land subsidence and existing conditions, the government's plan in the Detailed Spatial Planning (RDTR), and a comparison of the conditions and government management in land subsidence areas using descriptive, comparative, overlay, and questionnaire analysis methods. To achieve these objectives, population analysis, land subsidence analysis on the existing condition, analysis of detailed spatial plans, and analysis of best practices are carried out. With this it can be produced adaptation suggestions in areas prone to land subsidence for residents, developers, and the government so that they can play a role in inhibiting the rate of land subsidence. This study produces conclusions and suggestions for adaptation to land subsidence carried out by residents, government, and developers. Keywords: Adaptation; Cengkareng District; LandsubsidenceAbstrakPenurunan muka tanah merupakan salah satu fenomena alam yang terjadi di Kota Jakarta salah satu yaitu pada Kecamatan Cengkareng. Penurunan muka tanah disebabkan oleh beberapa faktor seperti, faktor alami, faktor pengambilan air tanah, dan faktor massa bangunan. Penurunan tanah ini biasanya terjadi perlahan-lahan dalam jangka waktu yang lama sehingga kurangnya kesadaaran terhadap dampak dari penurunan tanah yang dapat menggangu kesejahteraan penduduk. Studi ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik penduduk, keterkaitan antara penurunan tanah dengan kondisi eksisting, rencana pemerintah dalam Rencana Detail Tata  Ruang (RDTR), dan  perbandingan kondisi dan penaganan pemerintah pada wilayah penurunan tanah dengan menggunakan metode analisisi deskriptif, komparatif, overlay, dan kuesioner. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan analisis kependudukan, analisis penurunan tanah terhadap kondisi eksiting, analisis rencana detail tata ruang, dan analisis best practices. Dengan ini maka dapat dihasilkan saran adaptasi pada wilayah rawan penurunan tanah bagi penduduk, pengembang, dan pemerintahan agar dapat ikut berperan dalam menghambat laju penurunan tanah. Studi ini menghasilkan kesimpulan dan saran adaptasi penurunan tanah yang dilakukan oleh penduduk, pemerintahan, dan pengembang. 
PENATAAN FISIK KAWASAN WISATA TANGGO RAJO, KOTA JAMBI SEBAGAI KAWASAN WISATA BERKONSEP WATERFRONT Bondan Wira Wicaksana; Parino Rahadjo; Suryono Herlambang
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 3, No 2 (2021): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v3i2.12873

Abstract

Tanggo Rajo Tourism Area is a tourist area and public open space located in Pasar Jambi District, Jambi City. This area has an area of approximately 7 hectares, the main attraction is enjoying local food treats sold by street vendors from the outskirts of the Batanghari River and enjoying the atmosphere of the old city in the Sebrang area of Jambi City and the Gentala Throne Tower area. Seeing from the large percentage of visitors who are quite busy every day, the researchers see that some of the existing tourism potential can be developed with a touch of good tourist area arrangement. For this reason, the researcher aims to formulate a plan for structuring the Tanggo Rajo Tourism Area into the concept of waterfront development, seeing the existence of this area which is on the edge of the river so that it fits the concept. In addition, this study uses a qualitative approach with descriptive analysis. Some analyzes such as policy analysis, location, site, tourism, benchmarks, and space requirements. And this research will be shown to the local government as a recommendation for an ideal tourist area arrangement plan. Keywords: Regional Planning; Tanggo Rajo Area; Waterfront Development AbstrakKawasan Wisata Tanggo Rajo merupakan area wisata dan ruang terbuka publik yang berada di Kecamatan Pasar Jambi, Kota Jambi. Kawasan ini memiliki luas kurang lebih 7 Ha, daya tarik utamanya adalah menikmati suguhan makanan lokal yang dijual oleh PKL dari pingiran Sungai Batanghari dan menikmati suasana kota lama pada Kawasan Sebrang Kota Jambi serta Kawasan Menara Gentala Arasy. Melihat dari banyaknya persentase pengunjung yang cukup ramai setiap hari, peniliti melihat beberapa potensi wisata yang ada dapat dikembangkan dengan dengan sentuhan penataan kawasan wisata yang baik. Untuk itu peneliti bertujuan untuk merumuskan rencana penataan Kawasan Wisata Tanggo Rajo kedalam konsep waterfront development, melihat keberadaan kawasan ini yang berada di pinggir sungai sehingga cocok dengan konsep tersebut. Selain itu penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif. Beberapa analisis seperti analisis kebijakan, lokasi, tapak, wisata, benchmark, dan kebutuhan ruang. Dan penelitian ini akan ditunjukan kepada Pemerintah setempat sebagai sebuah rekomenasi rencana penataan kawasan wisata yang ideal. Kata kunci: Kawasan Tanggo Rajo; Kawasan Tepi Air; Penataan Kawasan
PENGARUH PENGEMBANGAN PERKANTORAN DAN APARTEMEN DI JALAN TB. SIMATUPANG, JAKARTA SELATAN TERHADAP PERUBAHAN PERUMAHAN SEKITAR Khrisnanda Prawira; Suryono Herlambang; Parino Rahardjo
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8864

Abstract

TB Simatupang area koridor Crossroads of Pondok Pinang until Crossroads of Fatmawati has a very rapid property growth, generally filled by the oil and gas sector thus inviting many foreign workers. This development has a big influence on the property sector. Some of the surrounding areas are affected by the high development in this parent region, it is feared that the high development in this area could have a negative impact on the surrounding settlements. Segment determination of Crossroads of Pondok Pinang until Crossroads of Fatmawati intended to limit the focus of research objects so that the implementation of research can be done in more detail. In this segment many developing commercial buildings such as apartments, shopping malls, office buildings and other commercial buildings. This study was conducted using a qualitative deductive method. The rapid development of the region needs to be considered so they not make negatively impact the surrounding environment in the future. This research aims to determine whether ther is an influence caused by the development of the office and apartment area in TB Simatupang area koridor Crossroads of Pondok Pinang until Crossroads of Fatmawati describe what impacts have occurred dnue to regional development. Describe what impacts will accur due to the development of the area TB Simatupang area koridor Crossroads of Pondok Pinang until Crossroads of Fatmawati against the surrounding settlements. By using data collection methods can be done primary and secondary. This method is expected to fulfill the purpose of the research. Keywords:             change of residential landuse; increasing commercial and office use; TB Simatupang corridorAbstrakKawasan TB Simatupang Koridor Persimpangan Pondok Pinang - Persimpangan Fatmawati memiliki pertumbuhan property yang sangat pesat, secara umum diisi oleh sector perminyakan dan gas sehingga mengundang banyak pekerja asing. Perkembangan ini memberikan pengaruh besar bagi sector poroperty. Beberapa wilayah di sekitar terkena dampak dari tingginya perkembangan di wilayah induk ini. Tingginya perkembangan pada daerah ini dikhawatirkan dapat mengakibatkan dampak negative terhadap pemukiman sekitar. Penetapan segmen Persimpangan Pondok Pinang-Persimpangan Fatmawati ini dimaksudkan untuk membatasi fokus obyek penelitian agar pelaksanaan penelitian dapat dilakukan dengan lebih detail. Pada segmen ini banyak berkembang bangunan komersil seperti apartment, shopping mall, bangunan perkantoran dan bangunan bangunan komersil lainnya. Studi ini dilakukan menggunakan metode deduktif kualitatif. Perkembangan kawasan yang sangat pesat perlu diperhatikan agar tidak memberikan dampak negative terhadap lingkungan sekitar di masa depan. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang diakibatkan oleh perkembangan Kawasan office dan apartment di kawasan TB Simatupang Koridor Persimpangan Pondok Pinang – Persimpangann Fatmawati, Menguraikan dampak apa saja yang terjadi akibat perkembangan kawasan TB Simatupang Koridor Persimpangan Pondok Pinang – Persimpangan Fatmawati terhadap permukiman sekitar. Dengan menggunakan metode Pengumpulan data dapat dilakukan secara primer dan sekunder. Metode tersebut diharapkan dapat memenuhi tujuan dari penelitian ini.
STUDI TRANSFORMASI PASAR TRADISIONAL, OBJEK STUDI PASAR CIPUTAT, KOTA TANGERANG SELATAN Nelson Antonio Da Silva Pereira; Suryono Herlambang; Parino Rahardjo; Suryadi Santoso
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8848

Abstract

Ciputat Market is located at Jalan Aria Putra, near Flyover Ciputat. With land area of 5,670 m2 and building area 14,516 m2, Ciputat market has 4 levels, namely Basement, floor 1, 2nd Floor, and 3rd floor that contains mosque and market management office,  built by the local government of Tangerang Regency in 1992 and managed by the local Government of the trade and Perdindustrian,  of a total of 1,137 stalls and loss of only 441 stalls and 68 loss that are still selling,  the Occupancy rate of Ciputat market is 37%, it is,  estimated that as many as 698 stalls and 167 loss  are closed,  Most traders choose to sell on the ground floor or outside the market building,  ttested from the research is to know the problems that exist in the market of ciputat and know the factors that cause the number of stalls and Loss  are empty in Ciputat market , judging by the accessibility and location around the market, Ciputat market is strategic, Ciputat Market is a  traditional market that the activities of the sellers and their buyers are carried out directly in the form of retail in the meantime or remain with a limited level of service,  authors do some analysis such as policy analysis, location analysis, site analysis, visitor analysis,  management analysis, and  best Practice Analysis with Deskritif method and SWOT method, in orderto know that ciputat market is maintained or do transformation, with the method of transforming the market of Ciputat is the right decision to improve the quality of Ciputat market. Keywords:  traditional market; traditional market management; transformation of traditional marketsAbstrakPasar Ciputat terletak di Jalan Aria Putra, dekat Flyover Ciputat. Dengan luas tanah 5.670 m2 dan luas bangunan 14.516 m2, Pasar Ciputat memiliki 4 level lantai, yaitu lantai Basement, lantai 1, lantai 2, dan lantai 3 yang berisi masjid serta kantor pengelola pasar, Dibangun oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang pada tahun 1992 dan dikelola oleh Pemerintah daerah Dinas perdagangan dan Perdindustrian, Dari total 1.137 Kios dan loss hanya 441 kios dan 68 loss yang masih berjualan, Occupancy rate Pasar Ciputat ini adalah 37% saja, Diperkirakan sebanyak 698 kios dan 167 loss yang tutup, Kebanyakan pedagangg memilih untuk berjualan di lantai dasar atau di luar gedung pasar, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui permasalahan yang ada di  Pasar Ciputat dan mengetahui faktor yang menyebabkan  banyaknya kios dan loss yang kosong di Pasar Ciputat, dilihat dari aksesisibilitas  dan lokasi sekitar pasar, Pasar Ciputat cukup strategis, Pasar Ciputat adalah  Pasar tradisonal yang kegiatan para penjual dan pembelinya dilakukan secara langsung dalam bentuk eceran dalam waktu sementara atau tetap dengan tingkat pelayanan terbatas,  Penulis melakukan beberapa analisis seperti analisis kebijakan, analisis lokasi, analisis tapak, analisis pengunjung, analisis Pengelolaan, dan analisis best practice dengan metode deskritif dan metode SWOT, demi mengetahui apakah Pasar Ciputat tetap dipertahankan atau melakukan transformasi, dengan metode tersebut mentransformasi Pasar Ciputat adalah keputusan yang tepat untuk meningkatkan kualitas Pasar Ciputat.
STRATEGI PENGELOLAAN COWORKING SPACE UNTUK MENGHADAPI PERSAINGAN BISNIS (OBJEK STUDI: CONCLAVE WIJAYA, KELURAHAN PETOGONGAN. KECAMATAN KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN) Sinta Setiani; Suryono Herlambang; Liong Ju Tjung
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8881

Abstract

Conclave Wijaya has been established since 2013 and was inaugurated in 2014, Conclave Wijaya is not only focused on one type of function space but in addition to coworking space there is also built office space, meeting rooms, event spaces, auditoriums and class rooms. The identification of problems stems from the rapid development of startups and micro and small businesses, especially in Jakarta. But often times there are many new breakthroughs about the concept and function of coworking space that suits consumers' needs and of course at affordable prices. Although Conclave Wijaya cooperates with Comma, Conclave itself does not follow in the footsteps of Comma, which only has one function, namely as coworking space. This is the purpose of the study, first to prove that Conclave Wijaya is able to cover and accommodate its function as a place to work and relax, second to study the Conclave Wijaya facility as a container that is able to attract and attract users, and third to see strengths, weaknesses, opportunities and threats on Conclave Wijaya. In order to achieve the objectives of the method used with a qualitative approach can describe the conditions that exist in the Conclave Wijaya and identify aspects that affect the existence of the Conclave Wijaya. The final results achieved indicate the strategy of Conclave Wijaya in its existence that continues to survive amid competition in the coworking space business. Keywords: Analysis; Coworking Space; User; Strategy AbstrakConclave Wijaya sudah berdiri sejak tahun 2013 dan diresmikan ditahun 2014, Conclave Wijaya tidak hanya berfokus pada satu tipe fungsi ruang tetapi selain adanya coworking space disana juga dibangun office space, meeting room, event space, auditorium, dan class room. Identifikasi masalah bermula dari pesatnya perkembangan startup dan usaha mikro kecil dan menengah khususnya di Jakarta. Namun seringnya waktu banyak terobosan baru mengenai konsep dan fungsi dari coworking space yang sesuai kebutuhan konsumen dan tentunya dengan harga terjangkau. Walaupun Conclave Wijaya bekerja sama dengan pihak Comma namun Conclave sendiri tidak mengikuti jejak Comma yang hanya memiliki satu fungsi yakni sebagai coworking space. Hal ini yang menjadi tujuan studi dilakukan, pertama untuk membuktikan Conclave Wijaya mampu mencakup dan mewadahi fungsinya sebagai tempat bekerja dan bersantai, kedua untuk mengkaji fasilitas Conclave Wijaya sebagai  wadah  yang  mampu diminati  dan  menarik pengguna, dan ketiga untuk melihat  kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada Conclave Wijaya. Agar tercapainya tujuan metode yang digunakan dengan pendekatan kualitatif dapat mendeskripsikan kondisi yang ada pada Conclave Wijaya serta mengindentifikasi aspek yang mempengaruhi keberadaan Conclave Wijaya. Hasil akhir yang dicapai menunjukkan strategi Conclave Wijaya dalam eksistensinya yang terus bertahan ditengah persaingan bisnis coworking space.
RUANG KOMUNAL BARU: PERANCANGAN FASILITAS KOMUNITAS (REKREASI-RELAKSASI-KEBUGARAN) DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOFILIK DI PLUIT, JAKARTA UTARA Arnantya Fajar Ramadhanti; Suryono Herlambang
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 3, No 2 (2021): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v3i2.12404

Abstract

Cities are now the preferred place of residence for half the human population. The city itself is part of the ecology in which there are various systems. The reason residents choose to live in the city is the many supporting facilities and opportunities for growth. However, this does not guarantee that humans are always happy, there will be many problems that occur as time and time change so that it can cause stress triggers. Especially since the pandemic has impacted people, they are required to work or attend school from home. Living in a city with overlapping residences, the lack of open lands, such as apartments or housing, will make people feel that space is increasingly limited. Based on this, we need a space that can reduce stress. The goal is to create a new communal space as a place to interact to form a community to provide social support to each other with environmentally friendly designs, one of which is by applying biophilic designs. The application of biophilic can help humans improve the quality of life in terms of psychology and has a characteristic that combines natural patterns into buildings to reduce stress. The community can use this new communal space, especially those living around the site, with the main program providing easy-to-reach public space facilities. These facilities include work and study, a place for psychological consultations with professionals, communities such as gardening, cooking, workshops, as well as recreational facilities such as jogging, swimming, salon, cinema.Keywords: biophilic; city; community; stress; wellness AbstrakKota saat ini menjadi tempat tinggal yang dipilih bagi separuh populasi manusia. Kota sendiri termasuk bagian dari ekologi yang di dalamnya terdapat berbagai sistem. Alasan mengapa penduduk memilih untuk tinggal di kota adalah karena banyak fasilitas pendukung dan peluang untuk berkembang. Namun, hal tersebut tidak menjamin manusia selalu  bahagia, akan banyak masalah terjadi seiring perubahan masa dan waktu sehingga dapat menyebabkan pemicu stress. Apalagi sejak terjadinya pandemi yang berdampak pada masyarakat diharuskan bekerja maupun bersekolah dari rumah. Tinggal di kota dengan tempat tinggal yang saling berhimpitan, kurangnya lahan terbuka, seperti apartemen maupun perumahan akan membuat masyarakat merasakan ruang semakin terbatas. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan ruang yang dapat menurunkan tekanan stress. Tujuannya adalah membuat ruang komunal baru sebagai tempat berinteraksi membentuk komunitas untuk saling memberikan dukungan sosial dengan desain yang ramah terhadap lingkungan, salah satunya dengan menerapkan desain biofilik. Penerapan biofilik dapat berpengaruh membantu manusia meningkatkan kualitas hidup dalam hal psikologis dan memiliki ciri khas yang menggabungkan pola alam ke bangunan sehingga dapat mengurangi stress. Ruang komunal baru ini dapat digunakan oleh masyarakat terutama yang tinggal di sekitar tapak dengan program utama memberikan fasilitas ruang publik yang mudah dijangkau. Fasilitas tersebut antara lain untuk bekerja dan belajar, tempat konsultasi psikologis pada pihak profesional, berkomunitas seperti berkebun, memasak, workshop, maupun fasilitas rekreasi seperti jogging, berenang, salon, bioskop.
EKSPLORASI RUANG KOMUNAL DAN INFORMAL DI KEHIDUPAN KAMPUNG KOTA JAKARTA DALAM PROYEK BALAI BUDAYA KOLEKTIF DAN ANAK PASEBAN Olivia Nadya; Suryono Herlambang
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8547

Abstract

As a combination of Kota (formal city) and Kampung (traditional village), the ‘taste’ of Jakarta can be found in urban villages where many residents formed strong communities. The community produces a new typology that will continue to change and develop according to the adaptability of its citizens. By viewing shared space or commons as an important element of living in cities, urban village development should focus on this commons, in which has a meaning on the use of space, civil society culture, and infrastructure as a process of aligning various urban daily life paths. Urban villages are an example where the practice of shared space is found in daily life. With a narrative architectural exploration method approach based on the scenarios of people's daily lives, the spaces that are formed will become a 'second home' for local residents and also a Third Place’ for its users. The 'Paseban Collective Culture and Children Hall’ Project provides a designated public space, for residents of Kampung Kramat Sawah and Kramat Lontar in Paseban Village, Senen District, based on community participation in socio-cultural-recreational aspects which can also provide non-formal education and productive economic livelihood for its citizens through community empowerment. So that urban villages are  not only as a social production space for habitats, but are also economically productive, according to its local character.  Keywords: Community Empowerment; Community Hall; Informal Social Space; Third Space; Urban Village AbstrakSebagai perpaduan antara Kota (kota formal) dan Kampung (desa tradisional), ‘rasa’ kota Jakarta dapat ditemukan di kampung-kampung kota dimana banyak penduduk membentuk komunitas yang kuat. Komunitas tersebut menghasilkan sebuah tipologi baru yang akan terus berubah dan berkembang sesuai adaptivitas warganya. Dengan memandang ruang komunitas bersama sebagai elemen penting berkehidupan di kota, perkembangan kampung kota seharusnya berfokus pada ruang bersama ini, yang memiliki makna pada: penggunaan ruang, budaya masyarakat sipil, dan prasarana sebagai proses menyelaraskan berbagai jalan hidup sehari-hari perkotaan. Kampung kota menjadi contoh dimana praktik ruang bersama ini banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.  Dengan pendekatan metode eksplorasi arsitektur naratif yang berdasarkan skenario kehidupan sehari-hari para warga, ruang-ruang yang terbentuk akan menjadi ‘rumah kedua’ bagi warga lokal dan juga menjadi Ruang Ketiga bagi para penggunanya. Proyek 'Balai Budaya Kolektif dan Anak Paseban' memberikan ruang bersama publik terancang, bagi warga Kampung Kramat Sawah dan Kramat Lontar di Kelurahan Paseban, Kecamatan Senen, berdasarkan partisipasi komunitas dalam aspek sosial-budaya-rekreasional yang juga dapat memberikan edukasi non-formal dan penghidupan ekonomi produktif bagi warganya melalui pemberdayaan komunitas. Sehingga dapat diraihnya kampung yang selain sebagai ruang produksi sosial habitat, tetapi juga produktif secara ekonomi, sesuai dengan karakter kelokalannya.
PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN KOMUNITAS TEKSTIL DI PIK PULO GADUNG DENGAN PENDEKATAN SISTEM PRODUKSI Vincentius Daniel Christianto; Suryono Herlambang
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 3, No 1 (2021): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v3i1.10723

Abstract

Pulo Gadung industrial area is an industrial area located in East Jakarta, Jatinegara sub-district, Cakung sub-district, East Jakarta city. The PIK Pulo Gadung area was the result of the small industry relocation program in 1981 because in 1966 the industry in the Jakarta area was unable to operate optimally due to the economic situation that occurred at that time. The relocation is in the Pulo Gadung area because of its strategic location and close to major roads such as the Klender-Bekasi highway which makes it easy to access raw materials and the process of marketing industrial products. Along with the increase in immigrants and the lack of control in managing small industries, many people cannot take advantage of the existing potential and lack of training so that it ends with increasing unemployment in big cities. The problem encountered in the Pulogadung Small Industrial Village industrial area is the absence of training institutions around the industry and facilities such as galleries or places to present industrial products so that newcomers cannot find out more about matters surrounding the industry and the final results of the industry. Domination of the Small Industrial Village Zone area and its influence. Judging from the map of the PIK Zone its existing condition, the PIK Pulo Gadung area is dominated by small industry entrepreneurs and milling villages, with many small industrial entrepreneurs in the textile sector, responding to the surrounding area, it is necessary to provide a forum to show the work of small industries and attract local visitors. AreaKeywords : PIK pulogadung, small industry, textile AbstrakKawasan industri Pulo Gadung adalah sebuah Kawasan industri yang berlokasi di Kota Jakarta Timur, Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung , Kota Jakarta Timur. Kawasan Perkampungan Industri Kecil Pulo Gadung merupakan hasil dari program relokasi industri kecil pada tahun 1981 dikarenakan pada tahun 1966 industri di wilayah Jakarta tidak mampu beroperasi secara maksimal karena situasi ekonomi yang terjadi pada jaman itu. Relokasi berada di Kawasan Pulo Gadung karena letak wilayahnya yang strategis dan dekat dengan jalan besar seperti jalan raya Klender-Bekasi yang memudahkan akses dalam memperoleh bahan baku dan proses pemasaran produk industri. Seiring meningkatnya para pendatang dan kurangnya pengendalian dalam pengelola industry kecil maka banyak orang tidak dapat memanfaatkan potensi yang ada dan kurangnya pelatihan sehingga berakhir dengan meningkatny pengangguran di kota kota besar. Permasalahan yang dijumpai dalam Kawasan industri Perkampungan Industri Kecil Pulogadung adalah tidak adanya lembaga pelatihan seputar industri dan sarana seperti galeri atau tempat untuk mempresentasikan produk industri tersebut sehingga para pendatang tidak dapat mengetahui lebih dalam mengenai hal hal seputar industri dan hasil akhir dari industri tersebut. Dominasi area Kawasan Perkampungan Industri Kecil dan pengaruhnya. Dilihat dari peta Kawasan PIK keadaan eksistingnya, Kawasan PIK Pulo Gadung didominasi oleh para pengusaha industri kecil dan perkampungan wilayah penggilingan, dengan banyaknya pengusaha industri kecil pada bidang tekstil maka untuk merespon wilayah sekitar perlu menyediakan wadah untuk memperlhatkan karya karya industri kecil dan menarik para pengunjung sekitar Kawasan.
RENCANA PENATAAN KAWASAN WISATA TELAGA BIRU CISOKA, KABUPATEN TANGERANG Sahda Salsabila; Suryono Herlambang; Parino Rahardjo
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 3, No 2 (2021): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v3i2.12832

Abstract

The Telaga Biru Cisoka Tourism Area is a post-sand excavation area that is a tourist destination, which has 3 (three) lakes with different colors and 1 (one) lake as a Retention Basion. The Telaga Biru Cisoka Tourism Area has tourism potential based on agro-tourism and sports. The existence of tourist attractions such as Telaga Biru Cisoka can make an attraction to meet the needs of local residents and increase regional economic income. The purpose and objective of this research is to propose a structuring plan for the Telaga Biru Cisoka Tourism Area and get the results in the form of a Telaga Biru Cisoka Tourism Area master plan. This is in order to optimize the potential of the Telaga Biru Cisoka Tourism Area and to realize it as an agro-tourism and sports area then become input or recommendations to stakeholders who play a role in planning. Based on the results of the analysis, the Telaga Biru Cisoka Tourism Area has 3 (three) zoning in its arrangement plan, namely the water zone, agricultural zone, and service zone. Where from each zoning there are functions of cultivation, research and education, and recreation. Not only that, the Cisoka Blue Lake Tourism Area was also analyzed based on its natural conditions, like based on topographical analysis and hydrological analysis. Where the analysis aims to obtain the functions and concepts that will be planned in accordance with the natural conditions in the Cisoka Blue Lake Tourism Area.Keywords : setup plan/ physical plan; the function of cultivation; the function of recreation; topography and hidrology AbstrakKawasan Wisata Telaga Biru Cisoka merupakan lahan pasca galian pasir yang menjadi tujuan destinasi wisata, yang memiliki 3 (tiga) danau dengan warna berbeda dan 1 (satu) danau sebagai Retention Basin. Kawasan Wisata Telaga Biru Cisoka memiliki potensi wisata yang berbasis agrowisata dan olahraga. Adanya tempat wisata seperti Telaga Biru Cisoka dapat menjadikan suatu daya tarik untuk memenuhi kebutuhan penduduk lokal dan menambahkan pendapatan ekonomi daerah. Maksud dan tujuan pada penelian di wisata ini yakni mengusulkan rencana penataan pada Kawasan Wisata Telaga Biru Cisoka dan mendapatkan hasil berupa masterplan Kawasan Wisata Telaga Biru Cisoka. Hal tersebut guna mengoptimalkan potensi Kawasan Wisata Telaga Biru Cisoka dan mewujudkan sebagai kawasan agrowisata dan olahraga. Kemudian menjadi masukan atau rekomendasi kepada para stakeholder yang berperan dalam perencanaan. Berdasarkan hasil analisis, Kawasan Wisata Telaga Biru Cisoka memiliki 3 (tiga) zonasi dalam rencana penataannya yakni zona air, zona pertanian, dan zona pendukung. Dimana dari masing-masing zonasi terdapat fungsi budidaya, penelitian dan edukasi, serta rekreasi. Tak hanya itu, Kawasan Wisata Telaga Biru Cisoka juga dianalisis berdasarkan kondisi alamnya, yakni berdasarkan analisis topografi dan analisis hidrologi. Dimana analisis tersebut bertujuan untuk mendapatkan fungsi dan konsep yang akan direncanakan yang sesuai dengan kondisi alam pada Kawasan Wisata Telaga Biru Cisoka.
STUDI PERKEMBANGAN POLA RUANG KAWASAN MARGONDA RAYA Kyrana van den Berg; Suryono Herlambang; Parino Rahardjo
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8856

Abstract

Margonda Raya area is one of the starting points for the development of Depok City (Irsyam, 2017). The area which in 1970 was agricultural land has now become a downtown area. The area is developing quickly into a dense area. New problems arise such as traffic congestion on the other hand large-scale development continues to occur. This indicates an imbalance in development. In addition, the spatial plan for the area was not systematically formed. This study is limited to discussion related to the development of spatial patterns. The study was conducted to determine the shape of spatial pattern development that occurred as well as its alignment with government directives in the existing spatial planning documents. The study was conducted using qualitative and quantitative approaches with comparative descriptive analysis methods. Based on studies conducted, it is identified that current developments have not been fully anticipated in spatial planning. The phenomenon of development that occurs in the Margonda Raya region is very rapid and needs to be anticipated to maintain the balance of development in the future which can affect the quality of life of the people of the city itself. Keywords: Development; Margonda Raya Road; Region; Space Pattern; Spatial AbstrakKawasan Margonda Raya merupakan titik awal perkembangan Kota Depok (Irsyam, 2017). Kawasan yang pada Tahun 1970 merupakan lahan pertanian kini telah menjadi kawasan pusat kota. Kawasan berkembang cepat menjadi kawasan yang padat. Muncul masalah-masalah baru seperti kepadatan lalu lintas disisi lain pembangunan skala besar terus terjadi. Hal ini mengindikasikan adanya ketidakseimbangan pembangunan. Selain itu, rencana tata ruang untuk kawasan tidak dibentuk secara sistematis. Studi ini dibatasi pada pembahasan terkait perkembangan pola ruang. Studi dilakukan untuk mengetahui bentuk perkembangan pola ruang yang terjadi serta keselarasannya dengan arahan pemerintah dalam dokumen rencana tata ruang yang sudah ada. Studi dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan metode analisis deskriptif komparatif. Berdasarkan studi yang dilakukan, diidentifikasi bahwa perkembangan yang terjadi saat ini belum sepenuhnya diantisipasi dalam rencana tata ruang. Fenomena perkembangan yang terjadi di kawasan Margonda Raya sangat pesat dan perlu diantisipasi untuk menjaga keseimbangan pembangunan yang kedepannya dapat mempengaruhi kualitas hidup masyarakat kota itu sendiri.