Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

Studi Kasus: Penanganan Hernia Inguinalis pada Anjing Campuran Pomeranian Betina dengan Pembedahan Tahalli, Tahalli; Dada, I Ketut Anom; Wirata, I Wayan
Indonesia Medicus Veterinus Vol 9 (4) 2020
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2020.9.4.650

Abstract

Hernia inguinalis merupakan protursi dari suatu organ atau bagian dari organ, lemak atau jaringan melalui cincin inguinal, yaitu diantara pangkal paha dan otot perut. Tujuan penulisan studi kasus ini adalah untuk mengetahui cara mendiagnosis, penanganan dan pengobatan kasus hernia inguinalis pada anjing. Seekor anjing campuran Pomeranian berumur tiga tahun dengan berat badan 4 kg, dengan warna rambut putih, berjenis kelamin betina, telah didiagnosis menderita hernia inguinalis dengan prognosis fausta. Metode pengobatan yang dipilih adalah tindakan pembedahan. Sebelum dilakukan pembedahan, anjing kasus diberikan premedikasi menggunakan atropin sulfat 0,03 mg/kg BB dan sebagai anestesi digunakan kombinasi ketamin dan xylazin. Dosis ketamin diberikan 13 mg/kg BB dan xylazin 2 mg/kg BB. Anjing ditangani dengan pembedahan, insisi dilakukan pada kulit dan subkutan tepat di atas cincin hernia hingga terlihat isi hernia. Selanjutnya dilakukan reposisi dengan cara memasukkan isi hernia ke dalam rongga abdomen. Setelah reposisi, pada bagian tepi cincin hernia dibuat luka baru untuk memungkinkan terjadinya penyatuan jaringan. Kemudian dilakukan penjahitan pada peritoneum dengan polyglycolic acid 3.0 dengan pola jahitan terputus sederhana, jahitan subkutan menggunakan catgut 3.0 dengan pola jahitan menerus sederhana dan pada kulit dijahit menggunakan pola jahitan terputus sederhana menggunakan benang silk 3.0. Pasca operasi diberikan antibiotik injeksi amoxicillin 1 ml/10 kg BB yang dilanjutkan dengan pemberian obat peroral yaitu antibiotik amoxicillin 500 mg (20 mg/kg BB) selama tujuh hari, pemberian analgesik meloxicam 7,5 mg (0,2 mg/kg BB) selama lima hari. Satu minggu kemudian anjing dinyatakan sembuh berdasarkan keadaan fisik dan klinis.
Laporan Kasus: Penanganan Bedah pada Kista Multiple Kelenjar Sebaseus pada Anjing Persilangan Pomeranian Marzuki, Mildawati; Wirata, I Wayan; Pemayun, I Gusti Agung Gde Putra
Indonesia Medicus Veterinus Vol 10 (2) 2021
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2021.10.2.326

Abstract

Kista sebaseus adalah istilah yang menunjukkan kista subkutan yang terjadi karena obstruksi pembukaan duktus pilosebaceous. Sebasea diproduksi oleh kelenjar sebasea yang pada umumnya berhubungan dengan folikel rambut. Seekor anjing persilangan pomeranian berumur enam tahun, bobot badan 5,8 kg dan berjenis kelamin jantan diperiksa di Rumah Sakit Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana dengan keluhan terdapat penonjolan pada bagian inter digitalis kaki kiri depan. Menurut hasil pemeriksaan histopatologi terhadap biopsi tumor tersebut yang dilakukan di Balai Besar Veteriner Denpasar, didiagnosis mengalami kista kelenjar sebasea. Kista ditangani dengan melakukan pembedahan (eksisi). Premedikasi yang diberikan berupa atropin sulfat 0,5 mL dan anestesi yang digunakan berupa ketamin 0,6 mL dan xylazin 0,3 mL. Insisi dilakukan pada bagian pangkal kista kemudian dilakukan preparasi untuk membuka bagian kulit dan eksisi jaringan kista secara menyeluruh, kemudian jaringan dipindahkan dan dilakukan penjahitan pada daerah sayatan. Anjing diberi antibiotik amoksisilin trihidrat 250 mg dua kali sehari 0,5 tablet secara per oral, selama tujuh hari dan asam mefenamat 500 mg dua kali sehari 0,5 tablet secara per oral, selama lima hari. Penanganan pascaoperasi pada kasus ini disarankan untuk membatasi gerak pasien, menjaga kebersihan luka, dan rutin melakukan pengecekan terhadap luka dengan mengganti perbannya.
Laporan Kasus: Penanganan Fraktur Diafisis Tulang Kering dan Tulang Betis pada Anjing Persilangan Pomeranian Mahpuz, Lalu Rian; Wirata, I Wayan; Wandia, I Nengah
Indonesia Medicus Veterinus Vol 10 (2) 2021
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2021.10.2.281

Abstract

Fraktur tibia fibula adalah terputusnya kontinuitas pada tulang tibia fibula akibat pukulan langsung, jatuh dalam posisi plexi atau gerakan memuntir yang keras. Hewan kasus merupakan seekor anjing peranakan pomeranian berumur enam bulan, berjenis kelamin jantan diperiksa dan bobot badan 5,2 kg di Rumah Sakit Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana dengan keluhan mengalami pincang pada kaki belakang kanan, secara tidak sengaja tertabrak motor saat melintas dijalan raya. Nafsu makan dan minum anjing kasus baik. Hasil pemeriksaan radiografi, anjing mengalami fraktur diafisis pada tibia fibula kanan jenis oblique dengan prognosis fausta. Anjing ditangani dengan fiksasi internal menggunakan wire atau kawat. Hewan diberikan premedikasi berupa atropine sulfat secara subkutan, dan kombinasi anestesi ketamin dan xylazin diberikan secara intravena. Selama operasi digunakan isofluran sebagai anestesi inhalasi untuk maintenance anestesi. Pembedahan dilakukan dengan insisi kulit dan subkutan pada bagian medial tibia fibula, kemudian menguakkan otot-otot muskulus fibularis longus dan musculus flexor digitorum medialis sehingga bagian patahan tulang terlihat. Selanjutnya, tulang direposisi pada kedudukan semula secara manual, dilakukan pemasangan wire pada patahan tulang. Pada daerah operasi dilakukan pembersihan menggunakan cairan NaCl kemudian ditetesi dengan antibiotik penisilin dan streptomisin 1%. Otot dan subkutan dijahit dengan pola sederhana menerus menggunakan chromic catgut 2/0, serta kulit dijahit dengan pola terputus menggunakan silk 2/0. Pasca operasi diberikan antibiotik amoxicillin, analgesik meloxicam, dan terapi supportif kalsium laktat. Dua minggu pasca operasi sudah terbentuk kalus pada bagian diaphisis tibia fibula yang patah dan anjing sudah bisa berjalan dengan baik.
Gambaran Total Leukosit Darah Kelinci Pasca-implantasi Bahan Cangkok Demineralisasi Asal Tulang Sapi Bali Putra, Komang Darma Yudha; Utama, Iwan Harjono; Wirata, I Wayan; Sudimartini, Luh Made
Indonesia Medicus Veterinus Vol 11 (1) 2022
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2022.11.1.58

Abstract

Cangkok tulang xenograft, salah satunya dengan menggunakan tulang sapi, sering digunakan pada perlakuan ortopedik untuk melakukan implantasi. Implantasi bisa dilakukan dari bahan cangkok demineralisasi asal tulang sapi bali. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penggunaan bahan cangkok demineralisasi asal korteks tulang femur sapi bali terhadap kondisi fisiologis hewan model dilihat dari aspek jumlah total leukosit. Jumlah leukosit dapat menjadi acuan untuk mengetahui kondisi responsif tubuh terhadap adanya material asing. Sepuluh ekor kelinci digunakan dalam penelitian ini dan dibagi atas dua kelompok. Setiap kelinci pada setiap kelompok dibuat sebuah lubang dengan diameter 5 mm pada diafisis tulang femur kelinci. Pada Kelompok Kontrol lubang tidak diimplantasi bahan cangkok, sedangkan pada Kelompok Perlakuan, lubang dimplantasi bahan cangkok demineralisasi. Dilakukan pemeriksaan hematologi selama enam minggu dengan interval waktu dua minggu, yaitu hari ke-0 (24 jam), minggu ke-2, 4 dan 6 pasca operasi untuk pemeriksaan jumlah total leukosit yang kemudian diuji secara statistik dan disajikan secara deskriptif. Hasil menunjukkan bahwa implantasi bahan cangkok demineralisasi asal tulang sapi bali pada hewan uji selama enam minggu tidak menyebabkan perubahan jumlah total leukosit dari nilai rujukan normal. Bedasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahan cangkok demineralisasi asal korteks tulang femur sapi bali tidak mengalami penolakan pada tubuh hewan uji.
Gambaran Radiografis Penggunaan Tulang Babi Sebagai Bahan Cangkok Untuk Penanganan Fraktur Femur Pada Anjing Luh Made Sudimartini; I Wayan Wirata; Anak Agung Gde Oka Dharmayudha; I Wayan Nico Fajar Gunawan; Putu Henrywaesa Sudipa
Buletin Veteriner Udayana Vol. 11 No. 1 Pebruari 2019
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (139.341 KB) | DOI: 10.24843/bulvet.2019.v11.i01.p04

Abstract

Fracture is one of the cases that may occur in pets, especially dogs and cats. The principle to treatment cases of fracture is repositioned and immobilized in the area of ??the fracture. Large bone damage due to trauma can inhibit healing process and cause bone defects, so that graft material is needed to stimulate the healing process and to fill in the missing bone. This research was aimed to study radiographic imaging in the use of pig’s bone as graft material for the treatment of fractures in dogs. Eight male dogs aged 3-4 months were used in this study and were divided into 2 groups randomly. Group I (control) was 2 dogs who their bone diaphysis femur was drilled with a diameter of 1 cm without giving graft material. Group II was 6 dogs who were drilled as Group I and were given a graft material. Monitoring the progress of healing process by rontgent, was conducted at 24 hours, 2nd week, 4th week and 8th week post-surgery. Radiographic analysis showed that there has been a unification and mineralization of bone fragments in the 8th week post-surgery in the group II with bone density already seemed normal.
Kesembuhan Fraktur Tulang Femur Kelinci Pasca Implantasi Bahan Cangkok Demineralisasi Serbuk Tulang Sapi Bali Ni Putu Trisna Asih; I Wayan Wirata; Luh Made Sudimartini; Ida Bagus Oka Winaya; I Made Kardena; I Wayan Gorda
Buletin Veteriner Udayana Vol. 11 No. 2 Agustus 2019
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (663.053 KB) | DOI: 10.24843/bulvet.2019.v11.i02.p13

Abstract

The purpose of this study to determine the microscopic changes in rabbit femur fracture healing post-implantation of the graft material demineralized powder bone of bali cattle. Twelve local male rabbits were divided into two groups randomly. Group A consisted of three rabbits used as a control, in which the diaphysis rabbit femur bones were drilled with a diameter of 5mm and depth of drill to reach the medulla, without giving graft material. Group B nine rabbits that were drilled the same as group A and given a powder bone graft. Monitoring progress of bone healing was done in a row against one rabbits in group A and group B three rabbits at week 2nd, 4th, and 6th post-surgery with biopsy for sampling bone subsequently prepared to see microscopic changes the bone with using hematoxylin-eosin (HE) staining. The results showed that the group B bone healing observ by reducing inflammation, proliferation of fibrolast, osteoblasts, osteoclasts, osteocytes, woven bone, trabecular bone, and neovascularization. In conclusion, the origin of the bone graft material bali cattle was able to induce the healing process of bone fractures in rabbits.
Jumlah Osteoblas pada Tulang Femur Anjing Pasca Transplantasi Demineralized Porcine Cortical Bone Xenograft Luh Made Sudimantini; I Wayan Wirata; I Wayan Nico Fajar Gunawan; I Wayan Juli Sumadi; Tessa Saputri Marmanto
Buletin Veteriner Udayana Vol. 14 No. 2 April 2022
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.354 KB) | DOI: 10.24843/bulvet.2022.v14.i02.p05

Abstract

The xenograft function in fracture healing is as osteoinduction. Osteoinduction is stimulated by factors present in the graft material including proteins and growth factors. Proteins and growth factors contained in the graft material are related to the process of osteoblast formation. This study aims to determine the amount of osteoblasts in bone fractures post-transplantation demineralized porcine cortical bone xenograft. Eight males dog aged 3-4 months were used in this study, which was divided into 2 groups at random. Group I is 2 dogs is used as a control, the dog on the diaphysis of the femur bone is drilled with a diameter of 1 cm without graft material. Group II is 6 dog on diaphisis femur bone drilled with a diameter of 1 cm and given Demineralized Porcine Cortical Bone Xenograft. Femoral bone was biopsied at 4th and 8th weeks postoperative for histologically processed and stained with hematoxylin-Eosin. The results showed that the number of osteoblasts in the group given demineralized porcine cortical bone xenograft was higher than the control group. There was no statistically significant difference in the number of osteoblasts between groups (P> 0.05). In conclusion, demineralized porcine cortical bone xenograft can increase the number of osteoblast cells in the bone healing process but the increase is not significant.
Perhatian Pemilik Anjing Dalam Mendukung Bali Bebas Rabies I Nyoman Suartha; Made Suma Anthara; Ni Made Rita Krisna Dewi; I Wayan Wirata; I Gusti Ngurah Kade Mahardika; Anak Agung Gde Oka Dharmayudha; Luh Made Sudimartini
Buletin Veteriner Udayana Vol. 6 No.1 Pebruari 2014
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (47.219 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perhatian pemilik anjing dalam mendukung  Bali bebas Rabies. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2010, di Desa Kukuh Tabanan, Desa Jagapati Badung, dan Desa Seraya Karangasem dengan jumlah responden sebanyak 500 orang. Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan panduan daftar pertanyaan yang ada pada kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jumlah kepemilikan anjing dari satu ekor sampai 4 ekor. Masyarakat memelihara anjing sebagian besar dengan tujuan untuk menjaga rumah (77,6%). Perhatian masyarakat pemilik anjing terhadap kesehatan dan perawatan kesehatan anjingnya, dilihat dari memandikan anjing, jumlah pemberian pakan, dan memeriksakan anjingnya ke dokter hewan masih rendah. Anggota keluarga yang sering  berinteraksi (memberikan pakan, memandikan) dengan anjing adalah ayah. Responden yang menjawab anjing bisa  dipegang pemilik sebanyak 93,6%. Berdasarkan atas jenis kelamin, masyarakat sebagian besar memelihara anjing jantan (84,8%). Anjing yang dipelihara dengan cara dilepas (64%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah perhatian masyarakat dalam memelihara anjing dalam upaya mendukung Bali bebas rabies masih rendah. Disarankan perlu dilakukan kegiatan sosialisasi dan  edukasi tentang pemeliharaan anjing pada masyarakat.
PENINGKATAN PENDAPATAN PETERNAK MELALUI PERBAIKAN MANAJEMEN PETERNAKAN BABI Kadek Karang Agustina; I Wayan Wirata; Anak Agung Gde Oka Dharmayudha; I Made Kardena; Nyoman Sadra Dharmawan
Buletin Veteriner Udayana Vol. 8 No. 2 Agustus 2016
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (50.769 KB)

Abstract

This research aims were to increase house hold income of pig farmer by reconstructing of the pig management systems. The methods used in this study were the application of the problem solving techniques through IPTEKDALIPI programs. The captured data were all expenses incurred and income received in one pig production period before and after intervention. The results showed that there was a significant increase in the income of the farmer from 31.4% to 38.77%. It could be concluded that the pig farmer’s income can be increased through improved management of pig farming systems.
Pemanfaatan Vesica Urinaria Babi sebagai Extracellular Matrix terhadap Proses Penyembuhan Luka Terbuka pada Tikus Putih Wayan Herry Gumawan; Wayan Wirata; Wayan Gorda; Luh Made Sudimartini
Buletin Veteriner Udayana Vol. 12 No. 1 Pebruari 2020
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (138.994 KB) | DOI: 10.24843/bulvet.2020.v12.i01.p13

Abstract

Extracellular matrix (ECM) is currently one of the most commonly used scaffolds for tissue engineering procedures. Extracellular Matrix (ECM) can originate from the submucosa of the small intestine or vesica urinaria (urinary bladder) of a pig. The purpose of this study was to determine the suitability and safety level of using pig’s vesica urinaria as an extracellular matrix to the process of healing open wounds in white rats and to find out the changes that occurred in the implant area after administration of urine vesica powder which was observed macroscopically. Thirty-two male white rats to be used in the study were adapted environmentally for 1 week and given commercial feed (pellet brand 552) and adlibitum drinking water. Rats were divided into two groups of 12 each. Group I (treatment) of 12 rats in the back area were injured with a scalpel blade 2mm deep and 2 cm long and treated with extracellular matrix material derived from pig’s vesica urinaria. Group II (control) ie 12 treated rats were the same as group I and were not treated. Monitoring the safety of the matrix material then observing the development of wound healing at 24 hours, day 5, day 10, and day 15 postoperatively by observing macros (redness, swelling, and scab). The results of the examination showed that the administration of extracellular matrix material accelerated the wound healing process compared to the control group with a perfect closed wound mark on the 15th day.
Co-Authors Abd. Rasyid Syamsuri Adigunawan, I Wayan Widya Agatha Serena Lumban Tobing Amelia Avianti Saritjang Anak Agung Gde Jaya Wardhita, Anak Agung Gde Jaya Anak Agung Gde Oka Darmayudha Anak Agung Gde Oka Dharmayudha Anak Agung Jaya Wardhita Anastasia Bhala Andini, Ni Made Ria Antari, Gusti Ayu Made Sri Ayu Ratnasari Deo Lauda Putra Dewi, Kadek Evi Dian Puspita Gunawan, I Wayan Nico Fajar Gunawan, Stefanus Andre I Gusti Agung Gede Putra Pemayun I GUSTI NGURAH DIBYA PRASETYA I Gusti Ngurah Kade Mahardika I Gusti Ngurah Mahardika I Gusti Ngurah Narendra I Gusti Ngurah Narendra Putra I Gusti Ngurah Narendra Putra1, I Gusti Ngurah Sudisma I KADEK SAKA WIRYANA I Ketut Anom Dada I Ketut Berata I Ketut Eli Supartika I Made Kardena I Made Merdana I Made Sukada I MADE SUMA ANTARA I Made Suma Anthara i Nengah Wandia I Nyoman Suartha I Wayan Gorda I Wayan Juli Sumadi I wayan Teguh Wibawan Ida Ayu Sri Chandra Dewi Ida Bagus Kade Suardana Ida Bagus Oka Winaya Iwan Harjono Utama Kadek Karang Agustina Komang Darma Yudha Putra Luh Gde Sri Surya Heryani Luh Made Sudimantini Luh Made Sudimantini Luh Made Sudimartini Made Suma Anthara Maria Clafita Witoko Mildawati Mildawati Ni Kadek Eka Widiadnyani Ni Luh Eka Setiasih Ni Made Rita Krisna Dewi Ni Made Ritha Krisna Dewi Ni Putu Trisna Asih Purbantoro, Steven Dwi Putra, Komang Darma Yudha Putu Henrywaesa Sudipa Rohmandhani, Roby Sasmita, Debbie Aprillia Yona Steven Dwi Purbantoro Steven Dwi Purbantoro Surbakti, Yeyen Fami Gressia Br Tahalli, Tahalli Tessa Saputri Marmanto TRI KOMALA SARI Warditha, Anak Agung Gde Jaya Wayan Herry Gumawan Wulandari Wulandari