Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search
Journal : JURNAL PANGAN

Beban Ganda; Permasalahan Keamanan Pangan di Indonesia Hariyadi, Purwiyatno
JURNAL PANGAN Vol 17, No 2 (2008): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (853.34 KB) | DOI: 10.33964/jp.v17i2.249

Abstract

Keamanan pangan merupakan prasyarat bagi suatu produk pangan, yang harus ditangani secara terpadu, melibatkan berbagai stakeholders; baik dari pemerintah, industri, dan konsumen. Pada kenyataannya; Indonesia harus menanggung beban ganda keamanan pangan. Beban pertama berkaitan dengan masalah-masalah mendasar keamanan pangan; terutama masih belumdiaplikasikannya prinsip GMP dengan baik. Beban kedua, secara khusus berkaitan dengan industri pangan Indonesia yang berorientasi ekspor; yang harus menghadapi berbagai isu keamanan pangan baru yang selalu bermunculan dari waktu ke waktu, berubah-ubah dan berbeda dari satu negara ke negara lainnya. Penyebab permasaiahan beban ganda keamanan pangan di Indonesia ini adalah belum dipahami dan disadarinya arti strategis keamanan pangan. Oleh karena itu, pemerintah perlu memberikan perhatian yang layak pada (i)pembenahan infrastruktur keamanan pangan, (ii) program pendidikan pada produsen dan konsumen, (iii) prioritas alokasi dana untuk pembengunan keamanan pangan dan (iv) pembinaan dan fasilitasi prasarana untuk industri kecil dan menengah. Secara khusus, pemerintah Indonesia perlu memberikan prioritas yang cukup pada pembinaan dan fasilitasi prasarana keamanan pangan untuk industri kecil dan menengah. Peningkatan kondisi keamanan pangan industri kecil menengah ini akan memberikan dampak pada peningkatan statuskesehatan masyarakat, peningkatan daya saing produk, dan pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas dan akan berkontribusi pada peningkatan daya saing bangsa.
Pengaruh Dua Siklus Autoclaving-Cooling Terhadap Kadar Pati Resisten Tepung Beras dan Bihun yang Dihasilkannya Effects of Two-Cycle Autoclaving-Cooling on Resistant Starch Content of Rice Flour and the Resulted Rice Noodle Yuliwardi, Fahma; Syamsira, Elvira; Hariyadi, Purwiyatno; Widowati, Sri
JURNAL PANGAN Vol 23, No 1 (2014): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (676.558 KB) | DOI: 10.33964/jp.v23i1.49

Abstract

Beras merupakan salah satu komoditas pangan terpenting di Indonesia karena merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Namun sampai saat ini produktivitas tanaman padi masih rendah dan belum dapat memenuhi kebutuhan secara keseluruhan. Oleh karena itu, perlu upaya nyata untuk meningkatkan hasil panen tanaman padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian unsur hara silika (Si) dalam ukuran nano yang diisolasi dari sekam padi terhadap pertumbuhan, respon morfologi dan fisiologi serta produktivitas tanaman padi sawah. Perlakuan yang diberikan terdiri atas pemberian pupuk SiP 300 kg/ha (S2), pemberian nano silika koloid 10 ppm (S3), 20 ppm (S4), 30 ppm (S5) dan kontrol/tanpa silika (S1). Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa pemberian nano silika koloid 20 ppm dan 30 ppm secara umum memberikan pengaruh yang terbaik pada pertumbuhan, respon morfologi, fisiologi dan produktivitas tanaman padi kecuali pada jumlah stomata.Rice is one of the most important staple food commodities in Indonesia. So far, however, the productivity of rice is still low and has not been able to meet the overall domestic needs. Therefore, a real effort to improve the harvest rice crops is urgently needed. This research aims to investigate the influence of silica (Si) nutrient elements, to be applied in nano size isolated from rice husk, on the growth, morphology and physiology responses as well as the productivity of the wet land rice. The treatment consists of the application of fertilizer SiP 300 kg/ha (S2), the colloid nano silica 10 ppm (S3), 20 ppm (S4), 30 ppm (S5) and kontrol/with no silica (S1). The results showed that the application of colloid nano silica 20 ppm and 30 ppm generally resulted in the best growth, morphological, physiological responses and productivity of the rice plant except for the number of stomata.
Teknologi Proses Ekstrusi untuk Membuat Beras Analog (Extrusion Process Technology of Analog Rice) Budi, Faleh Setia; Hariyadi, Purwiyatno; Budijanto, Slamet; Syah, Dahrul
JURNAL PANGAN Vol 22, No 3 (2013): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.965 KB) | DOI: 10.33964/jp.v22i3.114

Abstract

Tingkat konsumsi beras di Indonesia mencapai angka 139 kg/kapita/tahun, lebih tinggi dari konsumsi rata-rata di Asia Tenggara, sehingga untuk memenuhi kebutuhannya sering dilakukan impor beras. Indonesia memiliki sumber pangan lokal lain seperti jagung, sorgum, ubi kayu, ubi jalar, sagu dan lain-lain. Namun bahan pangan non beras tersebut kurang populer dibandingkan dengan beras. Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknologi proses yang potensial untuk mengolah bahan pangan lokal non beras menjadi beras analog. Teknologi ekstrusi merupakan salah satu teknologi yang telah digunakan untuk pembuatan beras analog dengan bahan baku beras patah. Belakangan, teknologi ini juga mulai digunakan untuk pembuatan beras analog dari bahan pangan non beras. Karakteristik beras analog yang mirip dengan beras alami dapat dicapai dengan mengontrol parameter-parameter kritis ekstrusi seperti karakteristik dan komposisi bahan, suhu ekstrusi, kecepatan ulir dan sebagainya. Studi menunjukkan bahwa beras analog bisa dibuat dari bahan pangan non beras. Keberhasilan teknologi ini juga akan memperluas peluang fortifikasi dengan menggunakan beras analog sebagai pembawa zat gizi. seperti protein, vitamin dan mineral, sesuai dengan tujuannya. Makalah ini mengkaji hasil-hasil penelitian pembuatan beras analog dengan teknologi ekstrusi baik dengan menggunakan bahan beras patah maupun bahan non beras yang disertai dengan dan tanpa fortifikasi.Indonesia rice consumption level is very high and up to 139 kg/capita/year, higher than that of average consumption level in South East Asia, so that import of rice is frequently needed to fill the need of population. Indonesia is actually rich in local food sources other than rice; such as corn, sorghum, cassava, sago, etc. but they are not as popular as rice. Therefore technology for the production of analog rice using the localbased non-rice food sources is needed. Extrusion technology has been used to produce analog rice from broken rice as its raw material. Recently; extrusion technology has also been used to develop analog rice using non-rice food material. The characteristic of analog rice which is similar with the natural rice could be achieved by controlling the critical extrusion parameters, such as the characteristics and composition of raw material, the temperature of extrusion, the speed of screw etc. The success of the analog rice production from the non rice food material will open up opportunities for fortification program using analog rice as a carrier for the nutrient target. This paper reviews the research reports for analog rice production with extrusion technology using variety of raw materials; including broken rice and the non-rice food material, with and without fortification. 
Antisipasi terhadap Isu-Isu Baru Keamanan Pangan (The Anticipation of New Issues Food safety) Hariyadi, Ratih Dewanti; Hariyadi, Purwiyatno
JURNAL PANGAN Vol 21, No 1 (2012): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.288 KB) | DOI: 10.33964/jp.v21i1.97

Abstract

Kemunculan emerging dan kontaminan baru yang berkaitan dengan keamananpangan merupakan isu yang tidak bisa dihindari. E. coli enterohemoragik misalnya,merupakan contoh emerging baru yang menyebabkan kematian dan kerugian ekonomi di Eropa, sedangkan di Cina melamin adalah contoh mutakhir kontaminan pada susu formula bayi yang telah menyebabkan kematian dan kerugian perdagangan di dunia. Paper ini mengulas berbagai potensi emerging dan kontaminan baru yang mungkin muncul dalam sistem pangan. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman mengenai emerging dan kontaminan baru tersebut sehingga kemunculannya bisa diantisipasi dengan tepat, baik oleh pemerintah emerging pangan maupun konsumen. Penggunaan kerangka kerja analisis risiko merupakan pendekatan logis yang perlu ditempuh oleh pemerintah untuk melahirkan kebijakan dan tindakan keamanan panganyang tepat untuk keperluan antisipasi tersebut. Sementara itu, emerging pangan perlu secara cermat mengkaji ulang praktek dan tindakan keamanan pangan, termasuk program dan rencana HACCP yang ada. Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh emerging antara lain, mengevaluasi kembali spesifikasi ingriedien dan titik-titik kendali kritis, mengembangkan program pengambilan contoh dan pemantauan lingkungan, serta menyesuaikan program pengambilan contoh produk. Dalam kaitannya dengan pengendalian kontaminan yang sengaja ditambahkan (intentional contamination), rencana HACCP perlu mencakup juga bahaya-bahaya yang telah diidentifikasi pernah secara sengaja dimasukkan dalam sistem produksi, serta mengidentifikasi dan mengevaluasi bahaya-bahaya lain yang diketahui atau yang diduga bisa secara sengaja dimasukkan sistem produksi.Emerging pathogens and food contaminants important for food safety are inevitable issues. Enterohemorhagic E. coli, for example, is the latest one to cause fatality and economic loss in Europe while in China melamine is a very important adulaterant in powdered infant formula that has cost life and trade worldwide. This paper discusses the emergence of foodborne pathogens and contaminants in food system. The objective is to provide better understanding regarding the emerging foodborne pathogens and contaminants so that their emergence should be well anticipated by government, food industries as well as consumers. Use of risk analysis framework is the logical approach for government to produceappropriate food safety measures and policies. Meanwhile,food industry should take into precaution their existing food safety measures and revisit their HACCP plan. The most likely aspects to be reconsidered include re-evaluation of the specification for ingredients and critical control points, establishment of environmental monitoring and sampling, and adjustment of sampling plan. With respect to preventing intentional contaminations, HACCP plan should include hazards that may be intentionally introduced, identify and evaluate known or reasonably foreseeable hazards that may be associated with the facility. 
Kajian Proses Perumusan Standar dan Peraturan Keamanan Pangan di Indonesia Formulation Process Assessment on Food Safety Standards and Regulations in Indonesia Hariyadi, Purwiyatno; Sumarto, Sumarto; Hari Purnomo, Eko
JURNAL PANGAN Vol 23, No 2 (2014): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (621.371 KB) | DOI: 10.33964/jp.v23i2.55

Abstract

Standar dan peraturan keamanan pangan tidak saja bertujuan untuk melindungi kesehatan publik, tetapi juga menjamin perdagangan yang adil dan meningkatkan daya saing bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesenjangan antara prinsip-prinsip baik dan kenyataan penerapannya pada pengembangan standar dan peraturan keamanan pangan di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dan diskusi kelompok terarah (focus group discussion/FGD) melibatkan pemangku kepentingan keamanan pangan. Hasil survei dan FGD menunjukkan bahwa banyak standar dan peraturan keamanan pangan yang mengalami hambatan dalam penerapannya disebabkan karena telah terjadi kesenjangan antara prinsip-prinsip baik dan kenyataan penerapannya. Kesenjangan tersebut adalah dalam hal (i) rendahnya informasi tentang proses dan perkembangan perumusan, (ii) kurangnya pembahasan yang mempertimbangkan kepentingan dan keterlibatan pemangku kepentingan, (iii) rendahnya relevansi antara tujuan perlindungan kesehatan publik dengan kondisi nyata produk dan industri pangan Indonesia, dan (iv) kurangnya kesiapan pelaku usaha dan unsur penunjangnya. Diidentifikasi pula adanya perbedaan persepsi antara pemerintah dan industri pangan tentang prinsipprinsip (i) transparansi, dan (ii) efektifitas dan relevansi. Hal ini perlu diatasi dengan perbaikan (i) sistem informasi, (ii) akses kepada pemangku kepentingan, (iii) kesiapan infrastruktur, dan (iv) kesepakatan mengenai dimensi pengembangan nasional, khususnya untuk (a) kepentingan UMKM, (b) pengembangan bahan baku lokal, dan (c) peningkatan daya saing.Food safety standards and regulations are developed not only for protecting public health but also for facilitating fair trade and nation competitiveness. The objectives of this research are to identify gap between good principles and their implementation in the development of food safety standards and regulations. Survey and focus group discussion (FGD) are used in this research. We find that gaps between good principles and actual development of food safety standard and regulation are the most frequently cited by stakeholders as the main factor hindering standard implementation. Gaps identified are lack of (i) information, (ii) intensive discussions among stakeholders, (iii) relevancy in term of consumer protection objective, and (iv) readiness of business community and its supporting system. Our results suggest that there is also a perception gap between food industry and government regulatory agencies on aspects of (i) transparency and (ii) effectiveness and relevancy. Improvement should be done by (i) improving the information system, (ii) providing access to stakeholders, (iii) making the infrastructures ready, and (iv)streamlining the consensus on national development dimensions; especially those associated with (a) interest for SMEs development, (b) development of local foods and food ingredients, and (c) improvement of competitiveness of Indonesian food products.
Penguatan Industri Penghasil Nilai Tambah Berbasis Potensi Lokal Peranan Teknologi Pangan untuk Kemandirian Pangan Hariyadi, Purwiyatno
JURNAL PANGAN Vol 19, No 4 (2010): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v19i4.154

Abstract

Pentingnya ketahanan pangan telah lama disadari oleh pemerintah. Namun demikian, kondisi ketahanan pangan masih sangat memprihatinkan, terutama ditunjukkan oleh tingginya jumlah individu yang masih mengalami malnutrisi. Hal ini antara lain disebabkan oleh kurangnya upaya pemberdayaan industri pangan penghasil nilai tambah berbasis potensi lokal. Karena itu, menjadi sangat penting untuk mengembangkan konsep dan program kemandirian pangan: dimana (i)kontribusi sumber daya lokal/indigenous; (ii) tingkat keanekaragaman sumber pangan; dan (iii) tingkat ketergantungan impor pangan dan ingridien pangan, merupakan indikator yang sama pentingnya dengan indikator ketahanan pangan; yaitu kesehatan dan keaktifan individu. Teknologi pangan mempunyai peranan penting dalam pengembangan penganekaragaman pangan; khususnya di tingkat industri. Industrialisasi pangan lokal harus dilakukan dengan mengkreasikan nilai tambah sedemikian rupa sehingga produk yang dihasilkan mempunyai nilai lebih-atau paling tidak sama- dengan produk pangan berbasis beras (atau gandum) yang saat ini masih mendominasi menu pangan Indonesia. Penelitian dalam bidang ilmu dan teknologi pangan untuk mengeksplorasi karakteristik dan fungsionalitas unik pangan lokal; untuk mengindentifikasi dan memetakan preferensi dan kebiasaan konsumen lokal perlu dilakukan secara intensif.The importance of food security has long been well realized by the government. However, condition of food insecurity; as reflected by the high number of mal-nutritious individuals in Indonesia; is still alarming. This is due to the lack of effort in empowering the potent of local-based food industry that can produce added value. Therefore, it is highly important to develop the concept and program in food independency. Within this concept and program, (i) contribution of local/indigenous resources, (ii) level of diversity of food/dietary sources, and (iii) level of food ingredients and imported food dependency are as important as the indicators of food security, such as individual health and activity. Food technology has to play its role in developing food diversification; especially at industrial level. Industrialization of local-based foods should be conducted by creating added values in such a way that the local food products have a better value than or at least the same as that of rice (and wheat) based food products which are currently dominating traditional Indonesian menu. Research on the food Science and technology in order to explore the unique characteristics and functionalities of local foods, to identify and to map local preferences and consumers habits should be conducted intensively. 
Protokol Penanggulangan dan Penyelamatan Krisis Pangan dan Gizi pada Kelompok Rawan (Protocol for Recovery and Prevention of Food and Nutrition Crises on Vurnerable Group) Briawan, Dodik; Hariyadi, Purwiyatno; Hari Purnomo, Eko Hari Purnomo; M. Taqi, Fahim
JURNAL PANGAN Vol 24, No 2 (2015): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1724.573 KB) | DOI: 10.33964/jp.v24i2.32

Abstract

Krisis pangan dan gizi merupakan permasalahan yang berdampak terhadap pembangunan di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan protokol pencegahan dan penanggulangan krisis pangan dan gizi. Data yang digunakan terdiri dari data sekunder dan primer. Protokol krisis pangan dan gizi dikembangkan dengan melibatkan ahli dan narasumber dari pemerintah daerah di Sukabumi, Situbondo dan Bogor. Kondisi krisis pangan dan gizi dapat ditetapkan dengan sistem survailan menggunakan indikator yang valid, sensitif, dan mudah dikumpulkan. Model yang sudah ada yaitu “Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi” dapat digunakan dengan beberapa modifikasi tertutama pada komponen indikator. Protokol pencegahan dan penanggulangan dikembangkan untuk kelompok rumah tangga rawan di masyarakat. Kelompok ini dapat ditetapkan berdasarkan 14 indikator nonmoneter yang dikembangkan oleh BPS, dengan prioritas yang mempunyai anak di bawah usia lima tahun dan atau ibu hamil. Upaya penyelamatan terutama dilakukan dengan memberikan makanan tambahan pada kelompok rawan ini. Penanggulangan diarahkan melalui bantuan ekonomi kepada rumah tangga sasaran. Pemerintah daerahperlu membentuk tim manajemen krisis pangan dan gizi yang disertai peran dan tanggungjawab yang jelas. Disarankan, pemerintah daerah mempunyai kewenangan dalam menetapkan kondisi krisis, yang disertai anggaran pelaksanaan protokol tersebut. Selain itu, dalam jangka panjang program seperti SKPG, Posyandu dan UPGK perlu diperbaiki dan ditingkatkan.Food and nutrition crises affect Indonesian development. This study aims to develop general protocol for prevention and recovery of food and nutrition crises. The data comprises of secondary and primary data. The crisis protocol is developed by involving experts and resource persons from Sukabumi, Situbondo and Bogor local governments. The crisis condition could be determined using mechanism of surveillances, valid, sensitive, and easy to generate indicators. The existing “Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi” model could be applied with some modification on its components. The recovery and prevention protocolshould specifically be developed for vulnerable groups which can be determined using 14 non-monetary indicators developed by CBS, with special priority given to households with children under 5 years and/or pregnant mothers. The recovery is focused on feeding program for those groups. Prevention program is designed for the development of economic activities for the targeted households. The local government need to establish a crisis management team with well defined roles and responsibilities. It is proposed that Head of Local Governments should have authority to determine, declare crisis condition, and allocate budget to execute the protocol. In the long run, existing food and nutrition programs; especially SKPG, Posyandu and UPGKshall be up-graded and improved.
Protokol Penanggulangan dan Penyelamatan Krisis Pangan dan Gizi pada Kelompok Rawan (Protocol for Recovery and Prevention of Food and Nutrition Crises on Vurnerable Group) Dodik Briawan; Purwiyatno Hariyadi; Eko Hari Purnomo Hari Purnomo; Fahim M. Taqi
JURNAL PANGAN Vol. 24 No. 2 (2015): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v24i2.32

Abstract

Krisis pangan dan gizi merupakan permasalahan yang berdampak terhadap pembangunan di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan protokol pencegahan dan penanggulangan krisis pangan dan gizi. Data yang digunakan terdiri dari data sekunder dan primer. Protokol krisis pangan dan gizi dikembangkan dengan melibatkan ahli dan narasumber dari pemerintah daerah di Sukabumi, Situbondo dan Bogor. Kondisi krisis pangan dan gizi dapat ditetapkan dengan sistem survailan menggunakan indikator yang valid, sensitif, dan mudah dikumpulkan. Model yang sudah ada yaitu “Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi” dapat digunakan dengan beberapa modifikasi tertutama pada komponen indikator. Protokol pencegahan dan penanggulangan dikembangkan untuk kelompok rumah tangga rawan di masyarakat. Kelompok ini dapat ditetapkan berdasarkan 14 indikator nonmoneter yang dikembangkan oleh BPS, dengan prioritas yang mempunyai anak di bawah usia lima tahun dan atau ibu hamil. Upaya penyelamatan terutama dilakukan dengan memberikan makanan tambahan pada kelompok rawan ini. Penanggulangan diarahkan melalui bantuan ekonomi kepada rumah tangga sasaran. Pemerintah daerahperlu membentuk tim manajemen krisis pangan dan gizi yang disertai peran dan tanggungjawab yang jelas. Disarankan, pemerintah daerah mempunyai kewenangan dalam menetapkan kondisi krisis, yang disertai anggaran pelaksanaan protokol tersebut. Selain itu, dalam jangka panjang program seperti SKPG, Posyandu dan UPGK perlu diperbaiki dan ditingkatkan.Food and nutrition crises affect Indonesian development. This study aims to develop general protocol for prevention and recovery of food and nutrition crises. The data comprises of secondary and primary data. The crisis protocol is developed by involving experts and resource persons from Sukabumi, Situbondo and Bogor local governments. The crisis condition could be determined using mechanism of surveillances, valid, sensitive, and easy to generate indicators. The existing “Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi” model could be applied with some modification on its components. The recovery and prevention protocolshould specifically be developed for vulnerable groups which can be determined using 14 non-monetary indicators developed by CBS, with special priority given to households with children under 5 years and/or pregnant mothers. The recovery is focused on feeding program for those groups. Prevention program is designed for the development of economic activities for the targeted households. The local government need to establish a crisis management team with well defined roles and responsibilities. It is proposed that Head of Local Governments should have authority to determine, declare crisis condition, and allocate budget to execute the protocol. In the long run, existing food and nutrition programs; especially SKPG, Posyandu and UPGKshall be up-graded and improved.
Pengaruh Dua Siklus Autoclaving-Cooling Terhadap Kadar Pati Resisten Tepung Beras dan Bihun yang Dihasilkannya Effects of Two-Cycle Autoclaving-Cooling on Resistant Starch Content of Rice Flour and the Resulted Rice Noodle Fahma Yuliwardi; Elvira Syamsira; Purwiyatno Hariyadi; Sri Widowati
JURNAL PANGAN Vol. 23 No. 1 (2014): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v23i1.49

Abstract

Beras merupakan salah satu komoditas pangan terpenting di Indonesia karena merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Namun sampai saat ini produktivitas tanaman padi masih rendah dan belum dapat memenuhi kebutuhan secara keseluruhan. Oleh karena itu, perlu upaya nyata untuk meningkatkan hasil panen tanaman padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian unsur hara silika (Si) dalam ukuran nano yang diisolasi dari sekam padi terhadap pertumbuhan, respon morfologi dan fisiologi serta produktivitas tanaman padi sawah. Perlakuan yang diberikan terdiri atas pemberian pupuk SiP 300 kg/ha (S2), pemberian nano silika koloid 10 ppm (S3), 20 ppm (S4), 30 ppm (S5) dan kontrol/tanpa silika (S1). Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa pemberian nano silika koloid 20 ppm dan 30 ppm secara umum memberikan pengaruh yang terbaik pada pertumbuhan, respon morfologi, fisiologi dan produktivitas tanaman padi kecuali pada jumlah stomata.Rice is one of the most important staple food commodities in Indonesia. So far, however, the productivity of rice is still low and has not been able to meet the overall domestic needs. Therefore, a real effort to improve the harvest rice crops is urgently needed. This research aims to investigate the influence of silica (Si) nutrient elements, to be applied in nano size isolated from rice husk, on the growth, morphology and physiology responses as well as the productivity of the wet land rice. The treatment consists of the application of fertilizer SiP 300 kg/ha (S2), the colloid nano silica 10 ppm (S3), 20 ppm (S4), 30 ppm (S5) and kontrol/with no silica (S1). The results showed that the application of colloid nano silica 20 ppm and 30 ppm generally resulted in the best growth, morphological, physiological responses and productivity of the rice plant except for the number of stomata.
Kajian Proses Perumusan Standar dan Peraturan Keamanan Pangan di Indonesia Formulation Process Assessment on Food Safety Standards and Regulations in Indonesia Purwiyatno Hariyadi; Sumarto Sumarto; Eko Hari Purnomo
JURNAL PANGAN Vol. 23 No. 2 (2014): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v23i2.55

Abstract

Standar dan peraturan keamanan pangan tidak saja bertujuan untuk melindungi kesehatan publik, tetapi juga menjamin perdagangan yang adil dan meningkatkan daya saing bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesenjangan antara prinsip-prinsip baik dan kenyataan penerapannya pada pengembangan standar dan peraturan keamanan pangan di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dan diskusi kelompok terarah (focus group discussion/FGD) melibatkan pemangku kepentingan keamanan pangan. Hasil survei dan FGD menunjukkan bahwa banyak standar dan peraturan keamanan pangan yang mengalami hambatan dalam penerapannya disebabkan karena telah terjadi kesenjangan antara prinsip-prinsip baik dan kenyataan penerapannya. Kesenjangan tersebut adalah dalam hal (i) rendahnya informasi tentang proses dan perkembangan perumusan, (ii) kurangnya pembahasan yang mempertimbangkan kepentingan dan keterlibatan pemangku kepentingan, (iii) rendahnya relevansi antara tujuan perlindungan kesehatan publik dengan kondisi nyata produk dan industri pangan Indonesia, dan (iv) kurangnya kesiapan pelaku usaha dan unsur penunjangnya. Diidentifikasi pula adanya perbedaan persepsi antara pemerintah dan industri pangan tentang prinsipprinsip (i) transparansi, dan (ii) efektifitas dan relevansi. Hal ini perlu diatasi dengan perbaikan (i) sistem informasi, (ii) akses kepada pemangku kepentingan, (iii) kesiapan infrastruktur, dan (iv) kesepakatan mengenai dimensi pengembangan nasional, khususnya untuk (a) kepentingan UMKM, (b) pengembangan bahan baku lokal, dan (c) peningkatan daya saing.Food safety standards and regulations are developed not only for protecting public health but also for facilitating fair trade and nation competitiveness. The objectives of this research are to identify gap between good principles and their implementation in the development of food safety standards and regulations. Survey and focus group discussion (FGD) are used in this research. We find that gaps between good principles and actual development of food safety standard and regulation are the most frequently cited by stakeholders as the main factor hindering standard implementation. Gaps identified are lack of (i) information, (ii) intensive discussions among stakeholders, (iii) relevancy in term of consumer protection objective, and (iv) readiness of business community and its supporting system. Our results suggest that there is also a perception gap between food industry and government regulatory agencies on aspects of (i) transparency and (ii) effectiveness and relevancy. Improvement should be done by (i) improving the information system, (ii) providing access to stakeholders, (iii) making the infrastructures ready, and (iv)streamlining the consensus on national development dimensions; especially those associated with (a) interest for SMEs development, (b) development of local foods and food ingredients, and (c) improvement of competitiveness of Indonesian food products.
Co-Authors - Mursalin -, Sugiyono . Mursalin A.A. Ketut Agung Cahyawan W Afifah Z. Agista Agus Supryadi Andarwulan, Nuri Andri J. Laksana Anton Apriyantono Arief Mulyawan Arief R. Affandi Atjeng M. Syarief Ayu C. Wulan Azis B. Sitanggang Azis Boing Sitanggang C Hanny Wijaya Dahrul Syah DAHRUL SYAH DAHRUL SYAH Daisy Irawan Dede R. Adawiyah Dede Robiatul Adawiyah Dedi Fardiaz Denny S. Agustin Desty G. Pratiwi Desty Gitapratiwi Dewi Fortuna Ayu Didah Nur Faridah Dodik Briawan Drajat Martianto Dwi Fitriani Dwi Karmila Syafriyanti Eko Hari Purnomo Elisa Julianti Elvira Syamsir Erka Fitria Erka Fitria Fahim M. Taqi Fahma Yuliwardi Fahma Yuliwardi, Fahma Fajriyati Mas’ud Faleh Setia Budi Feri Kusnandar Fitri Hasrini, Reno Friska Citra Agustia Gema Noor Muhammad Gina Nur Rahmasari Hendra Wijaya Hendri Hermawan Adinugraha Hoerudin Hoerudin Hoerudin Hoerudin Hunaefi, Dase Indah Epriliati Iyus Hendrawan Joni Munarso Joni Munarso, Joni Khoerul Bariyah Laksana, Andri J. Leonardus B. Raditya Prabowo Lilis Nuraida Lisa Norisza Sjahwil M. Taqi, Fahim Masykur, Siti Fauziyyah Munarso, S. Joni Mursalin Mursalin MURSALIN MURSALIN Nur Aini NUR AINI Nur Aini . Nur Fitriana Dewi Nur Richana Nur Wulandari Nur Wulandari Nur Wulandari Nurhasanah, Siti Nuri Andarwulan Nuri Andarwulan Nuri Andarwulan Nuri Andarwulan Puspo Edi Giriwono Rahmawati Rahmawati Ratih Dewanti -Hariyadi Ratih Dewanti Hariyadi Reno Fitri Hasrini Ria Noviar Triana Rindy Panca Tanhindarto Rokhani Hasbullah Rosiana Ulfa Rosulva, Indah S. Joni Munarso Santi Dwi Astuti Santi Dwi Astuti Satiti Kawuri Putri Satrya Dharmawan Siti Fauziyyah Masykur Siti Madanijah Siti Nurhasanah Siti Nurhasanah Slamet Budijanto Soewarno T Soekarto Soewarno T. Soekarto Sri Widowati Sri Widowati Stefani Hartono Subarna - Sugiyono - Sugiyono . Sumarto Sumarto Sumarto Sumarto Sutrisno Sutrisno Syafriyanti, Dwi Karmila Tanti Lanovia1,2)* Tien R. Muchtadi Tjahja Muhandri Tri Haryati Winiati P. Rahayu Wiwit Amrinola Wulandari, Nur Yundari, Yundari Zita L. Sarungallo Zubaidah Irawati Zulaikhah Zulaikhah