Claim Missing Document
Check
Articles

DYNAMIC NEUROMUSCULAR STABILIZATION LEBIH MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS DARIPADA PERCEPTUAL MOTOR PROGRAM PADA ANAK DOWN SYNDROME USIA 7-15 TAHUN DI YAYASAN PRADNYAGAMA DENPASAR Merinda Ulfa; Ketut Tirtayasa; Wahyuddin -; Susy Purnawati; Luh Putu Ratna Sundari; Muhammad Irfan
Sport and Fitness Journal Volume 7, No.2, Mei 2019
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.369 KB) | DOI: 10.24843/spj.2019.v07.i02.p05

Abstract

Background: Disorder of dynamic balance is often found in children with Down syndrome which causes difficulty in maintaining posture against impending disorders. If this is left it will certainly cause problems of further motor development. Purpose: To prove the physiotherapy intervention that can improve dynamic balance among children with down syndrome 7-15 years. Methods: The research is true experimental with pre-test and post-test group design. This study used 24 subjects in 2 groups, group 1 (n=11) given dynamic neuromuscular stabilization on while group 2 (n=11) given perceptual motor program. Divided randomly into 2 groups that is group 1 dynamic neuromuscular stabilization and group 2 perceptual motor program. The exercise is held 3 times a week in 6 weeks. Measurements of this dynamic balance are using sixteen balance tests. Result: The paired sample t-test statistical test in group 1 showed a significant difference with value (p <0.001) on mean before intervention 48.5±5.428 and after intervention 72.75±4.413. The paired sample t-test statistical test in group 2 showed a significant difference with value (p <0.001) on mean before intervention 48.5±5.3 and after intervention 69.42±4.379. Different test between group 1 and 2 using independent sample t-test showed a significant difference with value (p<0.001). Conclusion: The conclusions are dynamic neuromuscular stabilization is better than perceptual motor program in improving dynamic balance among children with down syndrome 7-15 years at Pradnyagama Foundation Denpasar.
PELATIHAN PUKULAN BAYANGAN LEBIH BAIK DARI PADA PUKULAN BIASA DALAM MENINGKATKAN VO2MAX DAN DAYA TAHAN OTOT LENGAN PADA ATLET TINJU AMATIR KABUPATEN LOMBOK TENGAH (NTB) Khaerul Anam; I P G Adiatmika; I Putu Adiartha Griadhi; I Made Muliarta; Luh Putu Ratna Sundari; Susy Purnawati
Sport and Fitness Journal Volume 7, No.3, September 2019
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.653 KB) | DOI: 10.24843/spj.2019.v07.i03.p04

Abstract

Boxing is the basic gesture for all martial arts, because all of them definitely use the shadow shot and common shot. These two types of shots are related each other because anaerobic capacity must go along with aerobic capacity.To attain the proper knowledge about the method of shadow shot and common shot in increasing VO2max for the endurance of arm muscles for boxer athletes in Central Lombok Regency. Research was experimental with pre-test and post-test control group design, this research wasconducted in Pertina Lombok Tengah Regency. The research subjects involved 15 people divided into two groups, 7 and 8 samples respectively. The control group given only shadow shot while treatment group given common shot. This training held 3 times a week in six weeks for both groups. The analyses data with independent t-test. Researcher found The endurance of arm muscles (p<0,05) that training in twu group his’not significant to VO2max (p>0,05).Keywords: Shadow blows, regular blows, Boxing, VO2max and Endurance of arm Muscl
STIMULATION ATTITUDIONAL REFLEX EXERCISE LEBIH BAIK DIBANDINGKAN DENGAN PRONE POSITION WEDGE EXERCISE TERHADAP HEAD CONTROL PADA ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIK QUADRIPLEGI DI RS RAJAWALI CITRA BANTUL, YOGYAKARTA Damha Al Banna; I Putu Gede Adiatmika; M. Irfan; I Putu Adiartha Griadhi; Luh Putu Ratna Sundari; Sugijanto -
Sport and Fitness Journal Volume 7, No.1, Januari 2019
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.31 KB) | DOI: 10.24843/spj.2019.v07.i01.p08

Abstract

ABSTRACTBackground: Head control is a disorder of the cerebral palsy (CP) spastic quadriplegi due to central nervous system problems that serve as the basis of movement to be achieved for further development. Physiotherapy actions that can be given are stimulation attitudional reflex exercise (SARE) and prone position wedge exercise (PPWE). Purpose: This study aims to determine whether SARE is better than PPWE for head control in CP spastic quadriplegi. Methods: This research uses experimental pre and post test control group design is done at Rajawali Citra Bantul Hospital. Subjects were 24 children with CP spastic quadriplegi divided into 2 groups, group I was given SARE for 3 repetitions in 1 hour of therapy sessions and group II was given PPWE for 30 minutes. All groups were given treatment 1 time a week for 6 weeks as a refresher intervention and educated the family to do every day at home. Increased head control is measured by gross motor functional measurement. Result: Statistical test of paired sample t-test in group I and group II p value = 0.001 where (p < 0.05) there was an increase of head control. From independent t-test p value = 0.001 where (p < 0.05), it can be concluded that there are significant differences between group I with group II. Based on the mean values in both treatment groups, the group I have larger head control improvement of 33.19% than group II which only 16.96%. Conclusion: SARE is better than PPWE to increase head control on CP spastic quadriplegiKeywords: Head control, SARE, PPWE
BIOFEEDBACK EXERCISE LEBIH BAIK DARIPADA ACTIVE ASSISTED EXERCISE UNTUK MENINGKATKAN KINERJA OTOT BAHU PADA FUNGSIONAL MERAIH POSISI 900 FLEKSI BAHU PASIEN PASCA STROKE La Ode Muhammad Gustrin Syah; J Alex Pangkahila; Muhammad Irfan; Luh Putu Ratna Sundari; I Nyoman Adiputra; I Made Jawi
Sport and Fitness Journal Vol 8 No 1 (2020): Volume 8, No. 1, Januari 2020
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.457 KB) | DOI: 10.24843/spj.2020.v08.i01.p05

Abstract

Pendahuluan: Kondisi pasca stroke akan menimbulkan beberapa permasalahan yang berhubungan dengan struktur dan fungsi anggota tubuh, salah satunya fungsional meraih yang disebabkan oleh kompensasi karena hilangnya kontrol mengendalikan kinerja otot. Untuk meningkatkan kinerja otot bahu pada fungsional meraih diperlukan latihan yang dapat melihat langsung kinerja otot yang terjadi pada saat gerakan meraih, sehingga dapat mengurangi kompensasi yang terjadi serta mengontrol kinerja otot. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui Biofeedback Exercise lebih baik daripada Active Assisted Exercise untuk meningkatkan kinerja otot bahu pada fungsional meraih posisi 900 fleksi bahu pasien pasca stroke. Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan penelitian pre and post test group design. Kelompok Kontrol diberikan Active Assisted Exercise dan Kelompok Perlakuan diberikan Biofeedback Exercise. Jumlah sampel tiap Kelompok sebanyak 8 orang dan masing-masing Kelompok diberikan latihan dengan durasi waktu 30 menit, 3 kali seminggu selama 4 minggu. Tes pengukuran kinerja otot menggunakan Surface-Electromyography. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan pada Kelompok Perlakuan terjadi kemampuan kinerja otot bahu dengan nilai rerata pre test 101,38 ± 21,13 dan post test 77,16 ± 19,41, dan didapatkan nilai p < 0,001. Pada Kelompok Kontrol terjadi peningkatan kemampuan kinerja otot bahu dengan hasil rerata pre test 82,50 ± 17,44 dan post test 64,00 ± 16,76 dan di dapatkan nilai p < 0,001. Terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan kinerja otot bahu antara Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol dengan nilai p < 0,001 (p < 0,05). Kesimpulan: Biofeedback Exercise lebih baik daripada Active Assisted Exercise untuk meningkatkan kinerja otot bahu pada fungsional meraih posisi 900 fleksi bahu pasien pasca stroke.
TERAPI ULTRASOUND DENGAN LATIHAN HOLD RELAX DAN PASSIVE STRETCHING SAMA EFEKTIFNYA DALAM MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING PADA PASIEN OSTEOARTHRITIS GENU DI RSUP SANGLAH DENPASAR BALI Eka Oktafianti; Luh Putu Ratna Sundari; Muhammad Ali Imron; Ketut Tirtayasa; I Putu Adhiartha Griadhi; Luh Made. Indah Sri Handari Adiputra
Sport and Fitness Journal Vol 8 No 3 (2020): Volume 8, No. 3, September 2020
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/spj.2020.v08.i03.p05

Abstract

Latar Belakang : Osteoarthritis lutut merupakan penyakit degeneratif yang bersifat progresif, dimana menyebabkan perubahan morfologis khususnya pada tulang rawan. Penderita osteoarthritis cenderung bermasalah dengan fleksibilitas otot hamstring dikarenakan lama osteoarthritis yang diderita sehingga mengakibatkan pemendekan otot hamstring. Pemendekan otot hamstring merupakan kondisi otot yang terjadinya penurunan elastisitas dan fleksibilitas otot atau pemendekan otot, dikarenakan pada saat otot bekerja secara terus-menerus, respon otot lebih cepat untuk membuat otot yang berlawanan terjadinya ketegangan dan pemendekan, serta akan menyebabkan otot yang bekerja lebih sedikit menjadi lemah. Tujuan : untuk membuktikan dalam peningkatan fleksibilitas otot hamstring pada pasien osteoarthritis lutut. Metode : two groups pre and post test design, populasi yang diambil adalah penderita osteoarthritis lutut yang mengalami gangguan pada fleksibilitas otot hamstring di RSUP Sanglah Denpasar Bali. Sampel dari penelitian ini telah dikelompokkan menggunakan tehnik purposive sampling. Total sampel 18 orang dibagi 2 kelompok yaitu 9 orang dalam setiap kelompok. Pada Kelompok I diberikan Terapi ultrasound dengan latihan hold relax dan Kelompok II diberikan terapi ultrasound dengan latihan passive stretching selama 6 minggu dengan 3 kali terapi perminggu. Untuk pengukuran tingkat fleksibilitas otot hamstring dengan menggunakan Chair Sit And Reach Test. Hasil : Berdasarkan nilai Chair Sit And Reach Test sebelum intervensi untuk Kelompok I dengan rerata 26,56±1,50cm menurun menjadi 22,89±1,69cm dan pada Kelompok II data awal dengan rerata 25,67±1,22cm menurun menjadi 22,56±1,13cm. Hasil dari analisis kemaknaan uji T - Independent membuktikan bahwa nilai p=0,631 dimana nilai p>0.05. Bahwa di antara kedua kelompok setelah diberi perlakuan tidak berbeda bermakna pada peningkatan fleksibilitas otot hamstring di RSUP Sanglah Denpasar Bali. Kesimpulan : Bahwa terapi ultrasonic dengan latihan hold relax dan passive stretching tidak berbeda bermakna pada peningkatan fleksibilitas otot Hamstring di RSUP Sanglah Denpasar Bali. Kata Kunci: Terapi Ultrasonic, Hold Relax, Passive Stretching. Fleksibilitas otot hamstring, Osteoarthritis Genu.
INTERVENSI ULTRASOUND DAN PERTURBATION EXERCISE LEBIH EFEKTIF DARIPADA ULTRASOUND DAN MOBILIZATION WITH MOVEMENT UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PADA PENDERITA OSTEOARTHRITIS GENU I Putu Yudi Pramana Putra; Dewa Putu Sutjana; Wahyuddin -; Ketut Tirtayasa; Luh Putu Ratna Sundari; Muh. Irfan
Sport and Fitness Journal Volume 7, No.1, Januari 2019
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (326.861 KB) | DOI: 10.24843/spj.2019.v07.i01.p09

Abstract

ABSTRACTBackground: Osteoarthritis is some of problem on joint which have a function for supporting body and have chronic and degenerative characteristic so it can affects the cartilaginous structure of joint it can cause some of abnormality of bones, soft tissues, and synovial fluid like pain, decrease on range of motion (ROM), deformity and morning stiffness which is most often felt especially in knee joint. Purpose: This study was to determine affectivity combination intervention of ultrasound and perturbation exercise with ultrasound and mobilization with movement to improve functional ability for people with osteoarthritis genu. Methods: This research used experimental method with pre and post test control group design. Subject of this research are 22 people and divided into two groups where on the group 1 was given intervention of ultrasound and perturbation exercise and group 2 was given intervention of ultrasound and mobilization with movement with intensity 2 times per week for 12 times total intervention. Measurement functional score ability improvement was measured using a WOMAC index. Result: Group 1 result obtained p value = 0.001 (p <0.05) and in Group 2 got result obtained p value = 0.001 (p<0.05) for Paired Sample T-test. Different test of mean value with independent sample t-test after treatment found that the increase of improve functional 21.45±4.132 in group 1 and 11.55±1.368 in group 2 with p value = 0.036 (p <0.05). Conclusion: Intervention of ultrasound and perturbation exercise is significantly more effective compared with ultrasound and mobilization with movement for improve functional ability for people with osteoarthritis genu. Suggestion: For the next researcher can do follow up research to see long-term result intervention of ultrasound, perturbation and mobilization with movement for improve functional ability for people with osteoarthritis genu.Key Word; Osteoarthritis genu, perturbation exercise, mobilization with movement, ultrasound, WOMAC
PERBANDINGAN ANTARA KOMBINASI CROSSBODY STRETCHING DAN MOBILIZATON WITH MOVEMENT DENGAN KOMBINASI SLEEPER EXERCISE DAN MOBILIZATON WITH MOVEMENT DALAM MENINGKATAN ROM BAHU PADA KASUS GLENOHUMERAL INTERNAL ROTATION DEFICIT Rizki Novrianti; Dewa Putu Purwa Samatra; Sugijanto Sugijanto; Luh Putu Ratna Sundari; I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti; I Made Krisna Dinata
Sport and Fitness Journal Vol 8 No 2 (2020): Volume 8, No. 2, Mei 2020
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (443.563 KB) | DOI: 10.24843/spj.2020.v08.i02.p10

Abstract

Pendahuluan: Glenohumeral internal rotation deficit adalah suatu kondisi di mana internal rotasi bahu lebih kecil dibandingkan eksternal rotasi. Hal ini terjadi akibat adanya positional fault pada caput humerus yang mengalami antroposisi di mana posisi caput lebih ke arah superior pada fosa glenoid. Tujuan Penelitian: untuk membuktikan apakah kombinasi crossbody stretching dan mobilization with movement lebih baik daripada kombinasi sleepr exercise dan mobilization with movement dalam meningkatkan lingkup gerak sendi bahu dengan glenohumeral internal rotation deficit. Metode: Penelitian ini adalah penelitian uji klinis (clinical trial), yaitu penelitian dengan rancangan eksperimental pre test –post test group design. Jumlah sampel Kelompok I sebanyak 14 orang pasien diberikan intervensi dengan kombinasi crossbody stretching dan mobilization with movement sebanyak 3 kali seminggu selama 2 minggu, kemudian pada Kelompok II sebanyak 14 orang pasien diberikan kombinasi sleeper exercise dan mobilization with movement juga dilakukan sebanyak 3 kali seminggu selama 2 minggu. Pengukuran peningkatan nilai ROM bahu menggunakan goniometer. Hasil : 1) Terdapat peningkatan nilai ROM bahu pada Kelompok I, mean pre 45,00±7,766, dan post 73,71±6,799. Hasil t-test related menunjukkan nilai p = 0,0001 (p<0,05). (2) Terdapat peningkatan nilai ROM bahu pada Kelompok II, mean pre 47,29±29,076, dan post 76,71±11,652. Hasil t-test related menunjukkan nilai p = 0,0001 (p<0,05). (3) Tidak adanya perbedaan yang signifikan pada Kelompok I dan Kelompok II. Dilihat dari uji homogenitas, nilai p > 0,05 maka hasil uji komparasi menggunakan nilai mean post-post dengan independent t-test yang menunjukkan nilai p=0,413 (p>0,05).
WOBBLE BOARD EXERCISE DAN ISOMETRIC EXERCISE LEBIH BAIK DARI PADA WOBBLE BOARD EXERCISE DAN CALF RAISE EXERCISE TERHADAP PENINGKATAN STABILITAS FUNGSIONAL ANKLE PADA CHRONIC ANKLE SPRAIN Dio Septiyan Helmi; I Made Muliarta; Wahyuddin Wahyuddin; Luh Putu Ratna Sundari; I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti; I Made Krisna Dinata
Sport and Fitness Journal Vol 8 No 1 (2020): Volume 8, No. 1, Januari 2020
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.534 KB) | DOI: 10.24843/spj.2020.v08.i01.p09

Abstract

Pendahuluan: Sprain ankle kronis merupakan overstretch pada ligamen compleks lateral ankle pada gerak inversi dan plantar fleksi. Sprain ankle kronis menyebabkan instabilitas ankle, yang disertai dengan reaksi penurunan kekuatan otot ankle karena perubahan aktivasi otot. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan efektifitas wobble board exercise dan isometric exercise dengan wobble board exercise dan calf raise exercise terhadap peningkatkan stabilitas fungsional ankle pada penderita chronic ankle sprain. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan quasi experimental dengan rancangan pre test and post test two group design. Dalam penelitian ini 9 responden diberikan wobble board exercise dan isometric exercise selama 6 minggu dengan frekuensi latihan 2 kali seminggu, dan 9 responden diberikan wobble board exercise dan calf raise exercise selama 6 minggu frekuensi latihan 2 kali seminggu. Alat ukur yang digunakan adalah balance error scoring system (BESS).. Hasil: Hasil analisis statistik parametrik dengan paired sample t-test, menunjukkan kedua kelompok perlakuan secara signifikan dapat meningkatkan stabilitas ankle. Rerata nilai BESS sebelum perlakuan pada Kelompok I dengan rerata 30,00±2,784 dan sesudah perlakuan dengan rerata 11,67±0,866 dengan nilai p= 0,001 (p< 0,05), dan sebelum perlakuan pada Kelompok II 31,67±3,162 dan Sesudah Perlakuan dengan nilai 16,67±2,828 dengan nilai p= 0,001 (p< 0,05). Uji rerata nilai BESS post Kelompok I dan post Kelompok II dengan Independent sample t-test diantara kedua kelompok signifikan dapat meningkatkan stabilitas ankle dengan nilai Kelompok I 11,67±0,866, dan kelompok II 16,67±2,828 dan p= 0,001 (p<0,005). Rerata selisih nilai BESS pada Kelompok I 18,33±2,398 dan pada Kelompok II 15,00±1,323 sebesar 3,33 dengan nilai p= 0,001 (p<0,005} menunjukkan adanya perbedaan dalam meningkatkan stabilitas fungsional ankle. Simpulan pada penelitian adalah wobble board exercise dan isometrick exercise lebih efektif meningkatan stabilitas fungsional ankle pada penderita chronic ankle sprain daripada wobble board exercise dan calf raise exercise.
DEFISIENSI VITAMIN D PADA OBESITAS Luh Putu Ratna Sundari
Sport and Fitness Journal Volume 6, No.1, Januari 2018
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (460.997 KB) | DOI: 10.24843/spj.2018.v06.i01.p01

Abstract

Peranan vitamin D pada patofisiologi obesitas masih menjadi pro dan kontra di kalangan ilmuwan. Hubungan antara obesitas dengan rendahnya konsentrasi 25 (OH) D3 tampaknya sudah sangat jelas, meskipun mekanisme mengenai rendahnya konsentrasi 25 (OH) D3 masih belum jelas, begitu pula akibat yang ditimbulkan dari rendahnya kadar 25(OH) D3 tersebut. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana metabolism vitamin D yang terjadi pada tubuh penderita obes, sehingga dapat menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya defisiensi vitamin D pada obesitas. Adapun metode penulisannya adalah melalui studi literatur artikel tentang defisiensi vitamin D pada obesitas yang terbit dari tahun 2010-2017. Ada dua teori yang menjelaskan rendahnya kadar vitamin D pada orang obesitas yaitu: teori sekuestrasi dan teori degradasi. Teori Sekuestrasi: menyatakan bahwa individu obese mengalami kegagalan dalam mengkonversi pre vitamin D menjadi vitamin D di jaringan kulitnya, di mana jaringan lemak yang berlebih yang dapat menyita vitamin yang larut dalam lemak sehingga kadar serum 25(OH)D3 menjadi rendah. Teori Degradasi: menyatakan bahwa banyaknya jaringan lemak akan merangsang infiltrasi dari sel-sel imun yang teraktivasi akan menyebabkan inflamasi jaringan adipose dan penurunan (degradasi) vitamin D, yang menyebabkan turunnya kadar vitamin D pada kasus obesitas. Disimpulkan bahwa obesitas berhubungan dengan rendahnya kadar vitamin D yang rendah di dalam tubuh, teori sekuestrasi dan teori degradasi menjelaskan rendahnya kadar vitamin D pada orang obesitas.Kata kunci: Defisiensi Vitamin D, Teori sekuestrasi dan degradasi, Obesitas.
HIGH INTENSITY INTERVAL TRAINING LEBIH BAIK DARIPADA FARTLEK TRAINING TERHADAP PENINGKATAN VO2max DAN LACTATE THRESHOLD PADA ATLET BOLA TANGAN KOTA SURABAYA Ainul Ghurri; I Putu Gede Adiatmika; I Putu Adiartha Griadhi; Luh Putu Ratna Sundari; Susy Purnawati; I Made Krisna Dinata
Sport and Fitness Journal Vol 8 No 3 (2020): Volume 8, No. 3, September 2020
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/spj.2020.v08.i03.p01

Abstract

Atlet bola tangan putra Kota Surabaya memiliki daya tahan yang rendah. Hal ini mengakibatkan nilai VO2max dan lactate threshold yang rendah sehingga berpengaruh terhadap kualitas permainan dan prestasi tim, keadaan ini memerlukan intervensi latihan fisik yang tepat. High intensity interval training (HIIT) merupakan latihan dengan waktu singkat menggunakan intensitas tinggi yang diselingi pemulihan aktif. Fartlek training adalah latihan dengan waktu yang konstan dengan beban mendekati batas kelelahan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan HIIT lebih baik daripada fartlek training dalam meningkatkan VO2max dan lactate threshold. Jenis penelitian true experimental dengan rancangan pretest and posttest two group desain. Subjek adalah atlet bola tangan Kota Surabaya sebanyak 22 orang yang dibagi dengan diberikan HIIT untuk Kelompok I lalu fartlek training pada Kelompok II, periode latihan 3 kali dalam seminggu selama 6 minggu latihan. VO2max diukur dengan Cooper VO2max Test dan lactate threshold menggunakan Heart Deflection Point. Hasil penelitian didapatkan rerata VO2max sebelum HIIT 42,38±1,07 ml/kg/menit, sesudah HIIT 45,86±1,10 ml/kg/menit. Rerata VO2max sebelum fartlek 42,33±1,04 ml/kg/menit, sesudah fartlek 44,27±1,66 ml/kg/menit. Rerata lactate threshold sebelum HIIT 176,61±0,99 x/menit, sesudah HIIT 194,69±1,11 x/menit. Rerata lactate threshold sebelum fartlek 176,92±1,08 x/menit, sesudah fartlek menjadi 187,43±1,59 x/menit. Uji beda peningkatan VO2max dan lactate threshold pada Kelompok I dan Kelompok II dengan independent t-test. Hasil menunjukan bahwa ke dua Kelompok p=0,000 (p<0,05). Disimpulkan dua Kelompok ini sama-sama memberi efek peningkatan (p<0,05) dan Kelompok I lebih meningkatkan VO2max dan lactate threshold daripada Kelompok II. Saran untuk pelatih agar melakukan monitoring dan evaluasi serta memberikan pelatihan yang benar agar dapat meningkatkan performa dan peningkatan prestasi atlet.
Co-Authors ., NI PUTU SRI ARNITA adiartha g Agung Wiwiek Indrayani Agus Frandes Sariaman Ainul Ghurri Akbar Pratama Ari Wibawa Aria Wibawa Arya Wiguna Azriel Siloam Cindy Thiovany Soetomo D A inten Damha Al Banna Darryl Rex Zaffyr Dedi Silakarma Desak Made Puja Astuti Desak Made Wihandani Dewa Ayu Agung Mas Berliana Rahita Dewa Putu Gede Purwa Samatra Dewi, Anak Ayu Nyoman Trisna Narta Dio Septiyan Helmi Eka Oktafianti Elfiera Kang Febriyani Laurus Helena Jelita Hera I A Md Dwi Purwitasari I D A P Inten Primayanti I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti I Dewa Putu Sutjana I Dewa Sutjana I Gede Adi Susila Wesnawa I Gusti Ayu Bulan Sistayani I Ketut Suyasa I Made Jawi I Made Krisna Dinata I MADE MULIARTA . I Made Niko Winaya I Made Sutajaya I Nyoman Adi Putra I Nyoman Agus Pradnya Wiguna I Nyoman Mangku Karmaya I Nyoman Sucipta I Nyoman Sutarsa I Putu Adiartha Griadhi I Putu Gede Adiatmika I Putu Sutha Nurmawan I Putu Yudi Pramana Putra I Wayan Sugiritama I Wayan Weta Ignatia Novianti Tantri indah adiputra Indra Lesmana J. A. Pangkahila K tirtayasa Ketut Tirtayasa Khaerul Anam Kunjung Ashadi La Ode Muhammad Gustrin Syah Laily Mita Andriana Lilik Evitamala Luh Kadek Asri Junita Dewi Negara Luh Made Indah Sri Handari Adiputra Luh Made Indah Sri Handari Adiputra Luh Nyoman Triwidayani Aryda Made Adelia Pradnya Saraswati Made Hendra Satria Nugraha Made Meita Malini Maulida Rohmah Fauziah Merinda Ulfa Muh. Irfan Muhammad Ali Imron Muhammad Irfan Muhammad Irfan Muhammad Irfan Ni Luh Ayu Srianti Dewi Ni Luh Nopi Andayani Ni Made Lidia Swandari Ni Made Mahadewi Dwijayanti Reistriawan Ni Made Nuari Diahputri Ni Made Suasti Wulanyani Ni Made Wahyuni Dewi Ni Nyoman Ayu Dewi Ni Nyoman Suratmiti Ni Putu Ayu Windari Putri Ni Wayan Tianing Nila Wahyuni Nurdianto, Arif Rahman Pande Komang Indra Pramadewa Putri Miucin Putu Ayu Sita Saraswati Reza Fatchurahman Rizki Novrianti S. Indra Lesmana Sagung Ayu Priti Mawar Veda Santi Sayu Aryantari Putri Thanaya Stanisela Agatha Stanisela Agatha Sugijanto - Susy Purnawati Wahyuddin, Wahyuddin