Devi Nuralinah
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Published : 50 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

PEMANFAATAN MINERAL LOKAL ZEOLIT ALAM TERHADAP PERILAKU LENTUR BALOK SELF-COMPACTING CONCRETE (SCC) Arisandi, Sukarno Yudha; Syamsudin, Ristinah; Nuralinah, Devi
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1150.931 KB)

Abstract

Self-Compacting Concrete (SCC) is a technological innovation in the manufacture of concrete that does not require compaction process to occupy formwork and solidified itself. In this research the manufacture of SCC used to harness the potential of local natural zeolite material which has almost the same chemical compound with fly ash or silica fume. The research was conducted through the manufacture of test specimens in 3 variations SCC without natural zeolite and natural zeolite were added levels of 5%, 10%, and 15% of the weight of the cement used in the mix. Beam has a main reinforcement 2-Æ8. The performed test is filling ability test, compressive strength of concrete, and flexural strength of concrete. Filling ability of SCC was measured by the test method slump flow and V-funnel test. From flexural strength testing were obtained ultimate load and beam deflection curves. The obtained results are given of natural zeolite levels influence on the flexural strength beams. The higher levels of natural zeolites are increase the result of flexural strength, but is limited to 10% levels When compared with normal concrete beams the flexural strength beam SCC natural zeolite amounted to 132,74 kg/cm2 has a 6.49% percentage increase. This is because the SCC natural zeolite beams with levels 10% and 15% of natural zeolite have a plastic phase is longer so the load can be held to be more bigger in line with the ability of beam deformation. The increase percentage reaches 18.46% when compared with normal concrete beam. Keywords : Beams, flexural strength, deflection, SCC, natural zeolite.
Pengaruh Campuran Kadar Bottom Ash Dan Lama Perendaman Air Laut Terhadap Kapasitas Lentur Pada Balok ., Wisnu; Hidayat, M. Taufik; Nuralinah, Devi
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (536.75 KB)

Abstract

Salah satu cara memanfaatkan bottom ash adalah dengan menggunakan material tersebut sebagai bahan pengganti semen pada campuran beton. Untuk mengetahui hasil  pengaruh bottom ash dan lama perendaman dengan air laut maka pada penelitian  ini dilakukan  pengujian  kuat tekan  pada silinder dan  kuat lentur pada balok. Penelitian menggunakan balok beton bertulang berukuran 7 x 10 x 110 cm sejumlah 24 benda uji dengan 4 variasi kadar campuran bottom ash 0%, 10%, 20%, dan 25% sedangkan lama perendaman yang digunakan adalah 7, 14, dan 28 hari.Dari pengujian ini didapatkan bahwa terdapat pengaruh variasi campuran bottom ash dimana nilai kuat tekan yang paling tinggi terjadi pada campuran bottom ash 10%. Demikian juga halnya dengan hasil uji balok dimana Pn uji yang paling tinggi terjadi pada campuran bottom ash 10% sehingga kapasitas lentur yang paling tinggi terjadi pada prosentase tersebut. Sedangkan untuk nilai kuat tekan dan Pn uji yang paling rendah terjadi pada campuran bottom ash 25%. Berdasarkan hasil analisis statistik uji F dua arah dengan α = 0,05, menunjukkan bahwa lama perendaman tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada kapasitas lentur pada balok. Mn uji rata-rata pada balok beton bertulang dengan variasi campuran bottom ash 0%, 10%, 20%, dan 25% pada rendaman 7 hari secara berturut-turut 209,25 kgm, 228,375 kgm, 201,375 kgm, dan 191,8125 kgm. Rendaman 14 hari sebesar 207 kgm, 230,625 kgm, 209,25 kgm, dan 197,1 kgm. Rendaman 28 hari sebesar 218,8125 kgm, 225,5625 kgm, 217,4625 kgm, dan 199,125 kgm. Kata kunci :    bottom ash, rendaman, kuat tekan beton, kapasitas lentur
STUDI KONTINUITAS BETON PRATEGANG DENGAN TENDON PASCA TARIK DAN TULANGAN NON-PRATEGANG PADA JEMBATAN DENG-PANDENG ., Archie; SMD, Agoes SMD; Nuralinah, Devi
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Seperti pada beton bertulang dan bahan struktur lainnya, kontinuitas dapat terjadi di tumpuan antara pada balok menerus dan di pertemuan balok dan kolom pada portal. Reduksi momen dan tegangan di tengah bentang dengan cara desain sistem yang menerus akan menghasilkan komponen struktur dengan tinggi lebih kecil sekaligus mempunyai kekakuan lebih besar dan defleksi lebih kecil dibandingkan dengan komponen struktur yang ditumpu sederhana dengan bentang dan beban yang sama. Pada dasarnya ada dua kategori kontinuitas di balok beton prategang, yaitu kontinuitas monolitik dan kontinuitas non-monolitik. Pada kontinuitas non-monolitik menempatkan elemen pracetak sebagai balok sederhana dan kontinuitas dicapai di penampang tumpuan antara melalui beton bertulang cor ditempat yang memberikan taraf kontinuitas yang dikehendaki untuk menahan beban hidup dan beban mati tambahan sesudah beton mengeras. Kontinuitas non-monolitik dapat dicapai dengan menggunakan tendon pasca tarik atau dengan menggunakan tulangan non-prategang. Dalam melakukan analisis, perhitungan bebanan, tegangan dan lendutan tetap mengacu pada strandar yang ada di Indonesia. Hasil akhir dari analisis diperoleh hasil desain penampang yang lebih efisien yakni 1,70 m yang sebelumnya 2,10 m. Kontinuitas non-monolitik dapat dicapai dengan memasang 2 (dua) tendon (19 strands Ø15,2 mm) atau dengan meggunakan tulangan 22-D32.   Kata-kata kunci: beton prategang, gelgar jembatan, kontinuitas non-monolitik
BERAT VOLUME DAN KEKAKUAN PLAT SATU ARAH PADA PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU DENGAN LAPIS STYROFOAM Ramadhani, Candra Kurniawan Ramadhani; Dewi, Sri Murni; Nuralinah, Devi
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (752.036 KB)

Abstract

Beton memiliki keunggulan pada kuat tekannya yang tinggi namun sangat lemah pada kuat tariknya. Oleh karena itu dibutuhkan tulangan. Selain harganya yang relatif mahal, penggunaan tulangan baja sebagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui akan mengakibatkan terbatasnya kesediaan di alam. Sehingga digunakan bambu sebagai alternatif pengganti tulangan baja. Untuk mengurangi berat sendiri struktur yang secara otomatis dapat membuat struktur lebih efisien dan ekonomis diperlukan suatu inovasi yaitu penggunaan beton ringan. Pengunaan styrofoam sebagai bahan pengisi beton dapat mengurangi berat beton. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besar beban vertikal maksimum yang dapat ditahan, besar lendutan yang terjadi ketika menerima beban, berat volume, dan kekakuan dari plat beton bertulangan bambu  dengan lapis styrofoam.Pada penelitian ini objek yang digunakan yaitu plat beton bertulangan bambu dengan lapis styrofoam dengan jumlah benda uji 3 buah lalu dibandingkan dengan benda uji pembanding yaitu plat beton bertulangan bambu tanpa lapis styrofoam dengan jumlah benda uji 2 buah. Pembebanan secara vertikal statik dilakukan pada bagian tengah bentang setelah plat beton berumur 28 hari. Benda uji diberikan beban hingga mencapai keruntuhan, kemudian dilakukan pengambilan data antara lain beban, lendutan, berat dan dimensi plat.Hasil dari penelitian ini dapat diketahui bahwa plat beton tanpa lapis styrofoam dapat menahan beban lebih besar daripada plat beton dengan lapis styrofoam, lendutan yang terjadi pada plat beton tanpa lapis styrofoam lebih kecil daripada plat beton dengan lapis styrofoam, plat beton dengan lapis styrofoam memiliki nilai berat volume yang lebih kecil 12,292 % daripada plat beton tanpa lapis styrofoam, dan plat beton tanpa lapis styrofoam memiliki kekakuan yang lebih besar daripada plat beton dengan lapis styrofoam dengan selisih yang tidak begitu besar yaitu 8,711%. Kata kunci : plat beton, tulangan bambu, styrofoam, kekakuan, berat volume                  
PENGARUH PELAPISAN CAT PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT LENTUR BALOK TUMPUAN SEDERHANA BERAGREGAT BATU PUMICE Partogi Lumban Gaol, Rainhart Markus; ., Wisnumurti; Nuralinah, Devi
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.332 KB)

Abstract

Penggunaan beton dalam berbagai konstruksi bangunan sangat cepat perkembangannya dikarenakan memiliki banyak kelebihan saat digunakan sebagai bahan struktural. Beton dengan agregat kerikil normal menjadi komponen utama dalam pembentukan sehingga sumber daya alam agregat kasar kerikil menjadi berkurang. Beton ringan dengan agregat kasar batu pumice menjadi salah satu terobosan baru dalam penggunaan konstruksi bangunan, salah satu alasan penggunaan agregat kasar batu pumice dikarenakan melimpahnya sumber daya alam batu pumice yang tidak digunakan dengan sangat baik. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelapisan cat dan  penyerapan air yang terjadi pada agregat batu pumice, yang mana penelitian ini dilakukan dengan membandingkan kekuatan antara beton normal beragregat kerikil, beton ringan beragregat batu pumice dan beton ringan beragregat batu pumice berlapiskan cat. Penelitian ini melakukan pengujian penyerapan air pada masing-masing agregat, pengujian kuat tekan beton silinder dan pengujian pembebanan balok. Setiap pengujian tersebut dilakukan pada masing-masing beton dengan agregat kasar yang sudah direncanakan sehingga dari hasil pengujian tersebut didapatkan perbandingan kekuatan. Hasil pengujian didapatkan bahwa nilai momen lentur rata-rata pada beton dengan agregat normal 40516, 917 Kg.cm, beton ringan agregat kasar batu pumice berlapiskan cat dengan nilai 37183, 583 Kg.cm sedangkan untuk beton agregat batu pumice tanpa cat dengan nilai 38141,917 Kg.cm. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa kuat lentur beton beragregat kasar normal lebih tinggi lalu kekuatannya dibandingkan dengan beton ringan, lalu beton ringan agregat kasar batu pumice berlapiskan cat lebih tinggi kekuatannya dibandingkan dengan agregat batu pumice tanpa cat. Untuk tingkat penyerapan air, hasil yang didapatkan 3,2% untuk agregat kasar normal sedangkan  agregat kasar batu pumice berlapiskan cat dengan 10,1 % dan agregat kasar batu pumice tanpa cat sebesar 14%. Kata kunci : kerikil, batu pumice , cat, kuat lentur balok, penyerapan air
PERENCANAAN ALTERNATIF GEDUNG DEKANAT FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MENGGUNAKAN BALOK PRATEGANG Hasan, Ahmad Akbar; Nuralinah, Devi; Wijaya, Ming Narto
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Vol 1, No 2 (2015)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (929.551 KB)

Abstract

Kemajuan ilmu dan teknologi berpengaruh besar dalam perkembangan Indonesia di segala aspek, terutama dalam aspek pembangunan. Pemerintah berperan aktif dalam mewujudkan pembangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup manusia yang beragam. Banyaknya fasilitas yang dibangun untuk kebutuhan masyarakat menimbulkan permasalahan dalam memperoleh lahan. Tujuan dari perubahan balok beton bertulang biasa menjadi beton prategang parsial adalah untuk menghilangkan kolom yang berada pada tengah bangunan. Penghilangan kolom akan memberikan fleksibilitas yang lebih pada bangunan dalam pengaturan ruangan, sehingga aspek kenyamanan pengguna gedung diutamakan. Dalam analisis perhitungan skripsi ini digunakan sistem SPRMM (Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah) yang disesuaikan dengan daerah gempa lokasi gedung. Tujuan dari perencanaan ulang gedung ini adalah untuk mendapatkan nilai momen, lintang dan aksial pada analisa struktur yang sudah dimodelkan sebelumnya demi agar mendapat jumlah dan luas tulangan juga dimensi penampang yang akan digunakan untuk struktur balok dan kolom. Panjang bentang dari beton prategang parsial ini sebesar 16,2 m dengan dimensi lebar dan tingginya berturut-turut adalah 0,7 m dan 0,85 m. Menggunakan 40 Tendon Mempunyai tulangan non prategang tarik 22 D-22 dan tekan sebanyak 11 D-22 untuk kondisi tumpuan, dan tulangan non prategang tarik sebanyak 9 D-22 dan tekan sebanyak 4 D-22 untuk kondisi lapangan. Dimensi dan jumlah tendon dan tulangan non prategang ini sama untuk setiap lantai. Begitu juga untuk dimensi balok beton bertulang lainnya. Sedangkan Dimensi kolom dan jumlah tulangan untuk setiap lantai berbeda, yang bertujuan untuk efisiensi bahan. Lendutan yang dihitung melalu staadpro dan prosedur manual untuk jangka akhir sebesar 30,87 mm. Lendutan tersebut kurang dari lendutan ijin yang dihitung dari panjang bentang balok dibagi 480 sebesar 53,75 mm, sehingga balok prategang parsial ini aman terhadap lendutan. Hasil perhitungan yang didapat digunakan untuk gambar detail penulangan Kata-Kata kunci : Gedung Dekanat Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, balok prategang parsial  
Investigation On Experimental Surface Chloride Concentration In Concrete Nuralinah, Devi
Rekayasa Sipil Vol 7, No 2 (2013)
Publisher : Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering, University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (520.976 KB)

Abstract

Surface chloride of concrete as boundary condition is investigated based on the exposure test results obtained by the wind tunnel. Specimens are continuously exposed to controlled airborne salt in the wind tunnel. Several types of boundary condition model are examined based on the obtained experimental results. The dependency of surface chloride on airborne salt and water cement ratio is investigated. Laboratory test on chloride ingress into concrete subjected to airborne salt is carried out by means of the original wind tunnel. The result shows that surface chloride is dependent of intensity of airborne salt. The dependency of surface chloride content on water cement ratio is not clear. Mean surface chloride determined from short-term exposure test underestimates long-term chloride ingress into concrete. 
The Effect Of Dolomite As Lightweight Agregate’s Substitute To The Concrete’s Compressive Strength Budio, Sugeng P.; Nurlina, Siti; Ristinah, Ristinah; Hidayat, M. Taufik; Nuralinah, Devi; Permana, Andrian
Rekayasa Sipil Vol 7, No 3 (2013)
Publisher : Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering, University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.113 KB)

Abstract

Indonesia is the country which has many natural resources that can be utilized in everyday life. One of the uses of natural resources is as a construction material. Human life cannot be separated from the construction field, because house is one of the basic human needs. Dolomite is a natural resource, which is generally used by many people as a mixture of cement, bricks, and soil fertilizer. However further research in the use of dolomite as a natural resource is needed, so that it is more useful and save. Dolomite can be used as a substitute for sand in concrete construction. Therefore, this research is conducted on the use of the dolomite material in the construction of concrete. Concrete specimens were made with a mixture proportion of dolomite as a replacement of sand. Then the compressive strength test is conducted. From these tests, it can be seen the influence of dolomite in the concrete mix and the percentage content of dolomite that can be used instead of sand. 
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTAN P, Erlangga Adang; Susanti, Lilya; Nuralinah, Devi
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (694.083 KB)

Abstract

Seiring dengan berkembangnya teknologi, ditemukan bahan yang mampu menyaingi jembatan rangka baja, yaitu baja ringan canai dingin (Cold Formed). Bahan ini memiliki kuat tarik yang tinggi, kuat, serta mudah dibentuk. Pada penelitian ini dilakukan pengujian kuat tarik baja canai dingin dan lendutan. Model struktur jembatan ini dibuat dengan dua dimensi tanpa pelat lantai. . Hasil pengujian kuat tarik baja canai dingin yang kita gunakan dengan lima benda uji didapatkan rata-rata tegangan ultimit (fu) 503,332 N/mm2. Berdasarkan uraian beberapa sumber dianggap nilai fy dan fu pada kelima benda uji adalah sama. Pengujian lendutan dilakukan pada ketiga model untuk mendapatkan beban maksium dan lendutan maksimum. Pada grafik perbandingan ketiga model didapatkan bahwa model 3 tidak bisa dianalisis lebih lanjut karena kemungkinan terjadi kesalahan prosedur pengujian. Setelah dianalisis lebih lanjut model 2 mengalami peningkatan kekuatan yang signifikan dibandingkan model 1. Jika ditinjau pada beban yang sama pengurangan lendutan yang didapatkan 10,5 % sedangkan jika ditinjau pada lendutan yang sama peningkatan kekuatan yang didapatkan 15%. Kata kunci :baja canai dingin, perkuatan sambungan, jembatan rangka
PENGARUH VARIASI KONFIGURASI PORTAL GEDUNG TIGA DIMENSI TERHADAP PERFORMA STRUKTUR SAAT PENGUJIAN GAYA GEMPA DUA ARAH Badiuzzamani, Ahmad; Setyowulan, Desy; Nuralinah, Devi
Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (806.405 KB)

Abstract

Indonesia adalah salah satu negara yang terletak dijalur rawan gempa, maka untuk setiap pembangunan fasilitas di Indonesia harus direncakan dengan memperhitungkan gaya gempa. Permasalahan keterbatasan lahan untuk tempat tinggal dapat diatasi dengan pembangunan gedung bertingkat tinggi, tetapi karena luas lahan yang terbatas akan membuat desain bangunan harus menyesuaikan kondisi lahan yang ada. Perencanaan suatu struktur bangunan tahan gempa biasa dilakukan dengan analisis secara numerik, sedangkan untuk menguji hasil analisis, maka dilakukan pengujian dan pembuatan model struktur di laboratorium dengan skala tertentu. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi bangaimana performa dari konfigurasi struktur persegi, persegi panjang, dan segi delapan saat dilakukan simulasi gaya gempa dengan alat shaking table. Adapun dalam studi ini menunjukkan bahwa nilai displacement dari konfigurasi struktur persegi adalah yang terkecil, kemudian persegi panjang dan yang terakhir adalah segi delapan. Mode shape dari konfigurasi struktur persegi lebih stabil daripada persegi panjang dan segi delapan yang lebih cenderung menimbulkan rotasi atau puntir. Pada studi ini didapatkan data kerusakan model struktur adalah runtuh pada lantai pertama, dan model struktur yang dapat bertahan paling lama pada simulasi gempa di laboratorium adalah model dengan konfigurasi struktur segi delapan. Kata Kunci : Displacement, gempa dua arah, kerusakan struktur, mode shape, portal gedung