Claim Missing Document
Check
Articles

Subjektivitas Seksualitas Perempuan Dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami Elianna, Yoana Putri; Sunarto, Dr; Dwiningtyas, Hapsari; Rahmiaji, Lintang Ratri
Interaksi Online Vol 2, No 4: Oktober 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.899 KB)

Abstract

Pada hakikatnya setiap orang diciptakan sebagai subjek yang unik, baik laki-laki maupun perempuan. Namun realita dalam masyarakat patriarki seakan menempatkan lelaki sebagai subjek dan perempuan sebagai objek. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang subjektivitas seksualitas perempuan, proses terjadinya, serta gagasan dominan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang (PEPL) karya Ayu Utami. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya teori standpoint; feminis posmodern dan woman writing; teori subjektivitas, identitas, dan seksualitas; teori representasi dan semiotika, serta ideologi.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan analisis semiotika naratif yang dikembangkan Algirdas Julien Greimas. Analisis semiotika naratif terdiri atas analisis struktur luar dan analisis struktur dalam yang berisi makna serta manifestasi nilai dalam teks. Analisis struktur luar dilakukan dengan analisis aktansial dan fungsional yang menghasilkan sebuah aktan utama. Sedangkan pada analisis struktur dalam diperoleh hasil bahwa subjektivitas seksualitas perempuan merupakan hasil dari wacana kekuasaan patriarki. Subjektivitas seksualitas adalah adalah sikap yang diambil seseorang, dengan kesadaran penuh, sebagai subjek dalam menentukan peranannya dalam masyarakat. Ciri-ciri subjektivitas seksualitas perempuan adalah merasa telah menempatkan diri sebagai subjek secara sadar, memiliki kepercayaan diri, berani mengambil keputusan (risiko), memiliki suatu kebanggaan tersendiri, memiliki eksistensi di ranah privat dan publik, sehingga posisi perempuan sebagai istri dalam rumah tangga keluarga yang dibangun pun setara dengan suaminya. Ideologi dominan yang melahirkan subjektivitas seksualitas dalam novel adalah patriarkisme, kapitalisme, dan liberalisme. Patriarkisme berperan dalam menciptakan kesadaran tokoh A dalam novel PEPL sebagai perempuan yang teropresi. Kapitalisme memunculkan wacana ‘nilai’ pada suatu hal sehingga diagung-agungkan oleh masyarakat. Kemudian liberalisme menumbuhkan kesadaran tokoh A untuk memperoleh kesetaraan sesuai dengan sesamanya, yakni laki-laki. Ideologi-ideologi tersebut memiliki pengaruh penting untuk tokoh utama dalam novel PEPL untuk secara sadar memilih menjadi subjek. Baik sebagai subjek yang berkuasa maupun subjek yang tertundukkan oleh subjektivitas dominan.Penelitian ini membuka paradigma bahwa perempuan memiliki pilihan dalam hidup. Meskipun sangat sulit untuk mengaktualisasikan kebebasannya, perempuan harus tetap berusaha menjadi subjek atas dirinya sendiri. Kata kunci: subjektivitas, seksualitas, perempuan, woman writing, novel, semiotika naratif
Representasi Kecantikan Perempuan Berhijab pada Akun Instagram Selebgram Hijab (Analisis Wacana Sara Mills) Dina, Nisa Bela; S, Hapsari Dwiningtyas; Gono, Joyo NS; Rahmiaji, Lintang Ratri
Interaksi Online Vol 4, No 1: Januari 2016
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (177.571 KB)

Abstract

The aim of this observation is to explain how beauty is being represented through instragram accounts of veiled selebgram. This observation uses three instragram accounts of Indonesian veiled selebgram which comprises stylish veiled selebgram, syar’i veiled selebgram, and niqab selebgram. This thesis is a qualitative observation by using Sara Mills analysis discourse method to examine the text of instagram account of veiled selebgram and to reveal ideologies within. Beauty myth theory and body disciplining by Naomi Wolf is used to unload the myth that enfolds body. The result of this observation shows that beauty myths are still exist, but in a different kind of strategy. Disciplinary in the form of body discipline is done and showed up through body posture, skin, and make up. In the end, veiled women in this text are remain unchained from beauty myth. Religious norm which is compromised with modernity and commercial cannot remove the existing myth.
Pengelolaan Kegiatan Community Relations untuk Penguatan Brand Positioning Telkomsel di Kalangan Remaja Sekolah Menengah Atas kota Semarang Ikhwan, Hendrianto Noor; Naryoso, Agus; Rahmiaji, Lintang Ratri; Lailiyah, Nuriyatul
Interaksi Online Vol 3, No 1: Januari 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.221 KB)

Abstract

Telkomsel merupakan operator selular terbesar di Indonesia, dengan jumlah pengguna mencapai 131,5 juta pada akhir tahun 2013. Dalam perkembangannya, industri operator selular memiliki persaingan bisnis yang ketat. Segmen remaja merupakan market potensial yang diperebutkan oleh berbagai operator selular. Sehingga dibutuhkan pendekatan pada remaja melalui kegiatan community relations yang baik dan sesuai dengan remaja agar terbentuk brand positioning perusahaan yang kuat.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perencanaan strategis kegiatan community relations Telkomsel untuk penguatan brand positioningdi kalangan remaja SMA. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui wawancara mendalam (indept Interview) dengan beberapa orang atau narasumber yang memiliki wewenang dalam melaksanakan kegiatan community relations PT Telkomsel.Hasil penelitian ini menunjukkan perencanaan strategis yang dilakukan Telkomsel divisi Youth and Community dalam mengelola kegiatan community relations untuk penguatan brand positioning di kalangan remaja SMA di kota Semarang melalui tahapan analisis, penyusunan tujuan, identifikasi dan segmentasi sasaran, perumusan pesan, strategi, taktik, ketepatan waktu, sumberdaya, evaluasi dan review. Dengan fokus strategi dan taktik yang digunakan adalah pendekatan event/group yang ditunjukkan melalui berbagai macam kegiatan dan sponsorship untuk segmen remaja.Perusahaan harus menjaga konsistensi pendekatan-pendekatan yang dilakukan pada segmen remaja agar terbentuk brand positioning Telkomsel yang baik dan tidak hanya bersifat sementara. Sehingga hubungan baik antara perusahaan dan komunitas selalu terjaga.Kata kunci : Community Relations, Perencanaan Strategis, Brand Positioning.
Identifying the Motivational Factors Influence The Consumption of Buying Items in Game Defences of The Anchient 2 Putri, Rieda Anindita; Setyabudi, Djoko; Purbaningrum, Dwi; Rahmiaji, Lintang Ratri
Interaksi Online Vol 4, No 1: Januari 2016
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (142.633 KB)

Abstract

Game is one form of implementation of the technological advances in the realm ofcommunication media. The game can be used as a medium conveys messages and allow forfeedback from the message. Game is also designed as a means of entertainment to fill inspare time made universal. DotA2 is multiplayer game with the highest user in Indonesia.The game is themed multiplayer online battle arena video games, with the format of threedimensional(3D). In addition to playing the game, players can buy items that are in the gameas a complementary game. Player purchase with virtual money and buy in a virtual store.Amount DotA2 spent in the virtual shop is amazing. In fact, the goods they purchase invirtual shop could not be held and owned real, whereas money spent not a little.This study aims to determine the motivating factors that influence purchasingbehavior items in the game Defense of the Ancients 2. This quantitative explorative studycollecting primary data from 100 people with a research instrument questionnaire. Analysisof the data used is the technique of factor analysis. A total of 12 factors have been tested withKMO and Bartlett's Test unknown value is 0.963 with 0.000 significance. Then through acalculation model of Principal Component Analysis (PCA) obtained two groups of factorsthat includes 12 factors tested, in other words, all factors tested escaped. All of these factorscontributed 77.346 per cent of the purchase motivation in Game DotA2 items.Personal Interest Factor is the most powerful motivating factor. These factors areknown to contribute as much as 65.745%. This factor is labeled Personal Interest Factorbecause it consists of motivated interest in the items on DotA2, the ease of access to thevirtual shop DotA2, and feelings of pleasure that is in the player when transacting in thevirtual shop. The fourth main variables of the next factor is the decoration, benefits,relatedness, and fun including the Pleasure Factor which is a form of interest because it givespleasure.
The social harmony of local religious groups Sulistyani, Hapsari Dwiningtyas; Rahardjo, Turnomo; Rahmiaji, Lintang Ratri
Informasi Vol 50, No 1 (2020): Informasi
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/informasi.v50i1.30169

Abstract

As a multicultural nation, minority groups are embedded in the discourse of nationality and social harmony in Indonesia. The term social harmony signifies that each race, ethnicity, or religion must be placed in an equal standing/position. The research focuses on understanding the identity negotiation strategies, in establishing the social harmony, that are used by adherents of local religions which are considered minorities in a community where the majority of people believe in formal religions. This study uses the Co-Cultural Theory and employs a phenomenology research method to explores the way in which co-cultural groups' members negotiate their cultural differences with the members of dominant groups. The groups that are chosen as the subject of this research are the religious groups that live in a relatively supportive community (Kawruh Jiwa) and the group that has experienced numerous clashes with other groups in the region (Sapta Darma). The result of the research indicates that communication strategies used by local religious believer groups in establishing social harmony are: educating others, self-censoring, and bargaining. Those three communication strategies create different co-cultural positions. Educating others creates an accommodation position, self-censoring produces surface assimilation, and bargaining strategy generates a situation where marginal groups are in a partial separation.Sebagai negara multikultural, kelompok minoritas berada dalam wacana kebangsaan dan keharmonisan sosial di Indonesia. Istilah harmoni sosial menandakan bahwa setiap ras, etnis, atau agama harus ditempatkan dalam posisi/kedudukan yang sama. Penelitian berfokus pada pemahaman strategi negosiasi identitas, dalam membangun sosial harmoni, yang digunakan oleh penganut agama lokal yang dianggap minoritas dalam sebuah komunitas di mana mayoritas orang percaya pada agama formal. Penelitian ini menggunakan teori co-cultural dan menggunakan metode penelitian fenomenologi untuk mengeksplorasi cara anggota kelompok budaya yang berbeda menegosiasikan perbedaan budaya mereka dengan anggota kelompok dominan. Kelompok-kelompok yang dipilih sebagai subjek penelitian ini adalah kelompok agama yang hidup dalam komunitas yang relatif mendukung (Kawruh Jiwa) dan kelompok yang telah mengalami banyak bentrokan dengan kelompok lain di wilayah tersebut (Sapta Dharma). Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi komunikasi yang digunakan oleh kelompok penganut agama setempat dalam membangun kerukunan sosial adalah: mendidik yang lain, menyensor diri sendiri, dan tawar menawar. Ketiga strategi komunikasi itu tercipta posisi co-cultural yang berbeda. Mendidik orang lain menciptakan posisi akomodasi, swasensor menghasilkan asimilasi permukaan, dan strategi perundingan menghasilkan situasi di mana kelompok marginal berada dalam pemisahan parsial.
Pengaruh Interaksi Peer Group dan Self-esteem Terhadap Preferensi Pemakaian Krim Pemutih Kulit Pada Remaja Perempuan Hanna Oliviati, Nur; Ratri Rahmiaji, Lintang
Interaksi Online Vol 9, No 3: Juli 2021
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Peer group interaction and self-esteem play an important role in the lives of adolescents because adolescence is a time of transition and identity exploration. Teenagers frequently want to be recognized by their peers during this time period. Furthermore, adolescents are said to be preoccupied with their appearance. One of the things that teenage girls can do to achieve this recognition is to use a skin whitening cream. The goal of this study was to see how peer group interactions affected preferences for skin whitening cream usage, as well as how self-esteem affected preferences for skin whitening cream usage in adolescent girls. Non-probability sampling was used, with a total sample of 100 respondents being adolescent girls aged 15 to 21 years in Semarang City who used skin care products. Based on hypothesis testing using simple regression analysis, it is revealed that: first, the significance value of the peer interaction variable (X1) is 0.000 (0.05), indicating that peer group interaction and self-esteem have a significant influence on usage preferences. skin whitening cream in adolescent girls, where the direction is positive, implying that the higher the adolescent's preference for using skin whitening cream, the higher the adolescent's preference for using skin whitening cream. Then the self-esteem variable has a value of 0.000 (0.05). That is, the self-esteem variable (X2) has a significant negative effect on the preference for skin whitening cream (Y), indicating that the higher the self-esteem, the lower the adolescent's preference for using skin whitening cream. Suggestions for future research include the ability to conduct research with other independent variables that may affect the preference for using skin whitening creams besides peer group and self-esteem in order to gain more knowledge about preferences for using skin whitening creams.
PENGARUH DAYA TARIK BRAND AMBASSADOR DAN INTENSITAS KOMUNIKASI ELECTRONIC WORD OF MOUTH TERHADAP MINAT BERTRANSAKSI DI LAZADA Septiana Hadiwinoto, Jessica; Ratri Rahmiaji, Lintang; Pradekso, Tandiyo
Interaksi Online Vol 10, No 1: Januari 2022
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The phenomenon of online shopping is now increasingly widespread and much in demand by the public. Various e-commerce are present in Indonesia and compete to be number one. In addition, the Hallyu/Korean Wave phenomenon emerged which made ecommerce attract brand ambassadors from South Korea to represent their brand. Lazada as one of the e-commerce sites in Indonesia also applies this strategy, for the first time Lazada uses a brand ambassador which is expected to increase interest in transacting on Lazada. In addition, data shows that 24% of the public get information about e-commerce through word of mouth communication, which at this time can also occur through internet intermediaries or called electronic word of mouth. This study aims to determine the effect of brand ambassador attractiveness and the intensity of electronic word of mouth communication on interest in transacting at Lazada. The theory used in this research is Source Attractiveness theory and Buyer Information Environment theory. The test is done by simple regression test with nonprobability sampling technique. The sample used was 50 people aged 18-25 years, knowing Lazada's brand ambassadors, had talked about Lazada online. The results showed that the attractiveness of the brand ambassador (X1) on the interest in transacting at Lazada (Y) had a significance value of 0.025 which means that it shows effect. Then, the intensity of electronic word of mouth (X2) communication on interest in transacting at Lazada (Y) has a significance value of 0.006 which means it also shows an effect
KOMODIFIKASI SIARAN OLAHRAGA DI TELEVISI PUBLIK: STUDI KASUS LIGA PRIMER INGGRIS DI LPP TVRI Warapsari, Dhyayi; Rahmiaji, Lintang Ratri; Armando, Ade
Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 10, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Master of Communication Science Program, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/interaksi.10.2.93-103

Abstract

Sport and media have a long history of mutually beneficial relationship. Sport has become a commodity. Private televisions use sport programs to gain more profits through various methods, such as advertising and paid subscription. The potential benefits that media can gain from sport have driven the competition between broadcasters to get the broadcasting rights and thus drive the broadcasting rights fees higher every season. In 2019, TVRI with limited annual budget can acquire English Premier League broadcasting rights through partnership with Mola TV. TVRI as a public service broadcaster is not allowed to be profit-oriented like private televisions. This article investigates commodification of sport in Indonesian public television, TVRI, with study case of English Premier League. Data are collected from literature study and observation, then it is analyzed from a political economy perspective. It is found that TVRI use English Premier League to gain more audiences and profits through various sport programs - similar to private televisions, but with some limitations that public television has.
Representasi Standardisasi Kecantikan Wanita dalam Film “I Feel Pretty (2018)” Ginting, Stefany; Sunarto, Sunarto; Rahmiaji, Lintang Ratri
Interaksi Online Vol 10, No 2: April 2022
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Film ialah salah satu media massa yang mengantarkan pesan secara langsung ataupun tidak langsung kepada khalayak luas. Standardisasi terhadap tubuh wanita menghadirkan beberapa kelompok yang tidak sesuai dengan standar kecantikan di lingkungan menjadi kelompok yang termajinalkan, padahal kecantikan merupakan rekaan kelompok patriarki dan hal ini menunjukkan bahwa wanita adalah kaum yang didominasi oleh pria. Penelitin ini memiliki tujuan untuk menguraikan representasi standardisasi kecantikan yang ditampilkan dalam film I Feel Pretty 2018. Penelian ini merupakan penelitian dengan menggunakan paradigma kritis, yang mengggunakan teori kebungkaman (Muted Group Theory) dan juga Feminisme Eksistensial. Subjek pada penelitian ini adalah adegan pada film I Feel Pretty (2018) yang menunjukan standarisasi kecantikan wanita dengan observasi. Penelitian ini menggunakan metode analisis data Semiotika dari Roland Barthes yaitu menggunakan Analisis Naratif Struktural (structural analysis of narrative) dengan leksia dan 5 kode pembacaan. Film I Feel Pretty (2018) menguraikan bahwa wanita menghadapi sebuah persoalan mengenai ukuran dan bentuk tubuh secara fisik yang dijadikan sebuah standar kecantikan. Dimana, standar ini sudah ada sejak dahulu kala. Cita-cita untuk menggapai standar kecantikan begitu meresap sehingga tertanam dalam diri banyak wanita, yang dihantui oleh visi ideal tentang tubuh mereka sendiri, fantasi tentang bagaimana penampilan mereka setelah menjalani diet ekstrem, berolahraga atau prosedur kosmetik. Hasil dari penelitian ini juga menghasilkan bahwa film I Feel Pretty (2018) membentuk mitos berupa sebuah penyangkalan terhadap standar kecantikan dengan cara meningkatkan kualitas diri sendiri. Sikap itu menempatkan tanggung jawab pada setiap wanita untuk meningkatkan harga diri mereka alih-alih mengkritik standar kecantikan masyarakat. Tetapi untuk menyangkal standar kecantikan ini wanita masih dihadapkan dengan batasan yang dihadirkan oleh budaya patriarki dan kapitalisme.
Strategi Komunikasi Penanganan Perempuan Difabel Korban Kekerasan Seksual di SAPDA Yogyakarta Tiara Apriyani; Lintang Ratri Rahmiaji
INKLUSI Vol. 8 No. 2 (2021)
Publisher : PLD UIN Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ijds.080207

Abstract

Women with disabilities are a vulnerable group to sexual violence. Handling cases of sexual violence against women with disabilities requires a special approach. SAPDA Yogyakarta is one of the NGOs that focuses on assisting victims of violence among women with disabilities. Using a qualitative approach, this study aims to examine the SAPDA communication strategy as an effort to assist victims. The study revealed that the special communication strategy carried out by SAPDA began by studying the background and condition of the victim to achieve a common understanding. Furthermore, SAPDA cooperates with the victim's family to achieve her consent for counseling. SAPDA also uses non-verbal communication, reduces interpersonal distance, acts as a friend, uses assistive medias, such as images and games, and repeats communication processes. To prevent any cases of sexual violence, SAPDA establishes Peer Counselors with online counseling programs, holds various seminars and trainings and uses SAPDA publications to educate disability issues. Perempuan difabel adalah kelompok yang rentan mengalami kekerasan seksual. Penanganan kasus kekerasan seksual pada perempuan difabel membutuhkan pendekatan khusus. SAPDA Jogja adalah salah satu NGO yang memiliki fokus pendampingan perempuan difabel korban kekerasan. Dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini bertujuan mengetahui strategi komunikasi SAPDA sebagai upaya mendampingi korban. Adapun hasil penelitian mengungkapkan strategi komunikasi khusus yang dilakukan SAPDA dimulai dengan mempelajari latar belakang dan kondisi korban untuk membangun pemahaman bersama. Selanjutnya, SAPDA bekerja sama dengan keluarga korban untuk memudahkan penerimaan konseling. SAPDA juga menggunakan komunikasi non verbal, mengurangi jarak inter-personal, dengan berlaku sebagai teman, penggunaan alat bantu gambar serta media permainan, dan proses komunikasi yang dilakukan berulang-ulang. Untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual, SAPDA membentuk Konselor Sebaya dengan program konseling-daring, mengadakan berbagai seminar dan pelatihan HKSR serta menggunakan media SAPDA sebagai sarana informasi yang edukatif mengenai isu disabilitas.
Co-Authors Abimanyu Satriyo Wicaksono Ade Armando Adi Nugroho Adi Nugroho Afiati Tsalitsati, Afiati Afra Widyawiratih Arini Afrilia Wening Anindya Agus Naryoso S.Sos, M.Si, Agus Naryoso Agustina Rahmawati Aisyah Nadhilah Arsyi Malik Alya Azma Fazira Alya Nur Hana Anastasya Yuca Venina Andre Ghozali Putra Riyadi Anike Puspita Yunita Anissa Meiriam Swastinastiti Antika Yolanza Arbi Azka Wildan, Arbi Azka Arlinda Nurul Nugraharini Arum Sawitri Wahyuningtias Azalea Puspa Sessarina Bambang Sadono Bambang Sadono Bethania Swasti Akmarani Chela Merchela Funay Desynta Kurnia Hapsari Dhea Ayu Fairuzha Djoko Setyabudi DR Sunarto Dwi Purbaningrum, Dwi Fitri Damayanti Frans Agung Prabowo Freshia Trinanda Hamid Ginting, Stefany Hanna Oliviati, Nur Hapsari Dwiningtyas Hapsari Dwiningtyas S, Hapsari Dwiningtyas Hapsari Dwiningtyas Sulistyani Hasan Hendratmoko Hedi Pudjo Santosa Hedi Pudjo Santosa Hendrianto Noor Ikhwan Herusna Yoda Sumbara I Nyoman Winata Iffah Shofiyah Ariefah Isti Prabandari, Ayu Josinita Endah Juniarlin Joyo NS Gono Joyo Nur Suryanto Gono Juwita Veronica Kaisya Ukima Tiara Anugrahani Keke Meidyluana Sitalaksmi Kristiawan Agma Bima Setyanto Liza Margaret, Liza M Bayu Widagdo Maria Gabrielle P., Maria Marisa Arum Larasati Mayangsari Cantika Mutiara Mellisa Indah Purnamasari Muhammad Bayu Widagdo Muhammad Imaduddin Nanda Dwitiya Swastha Nisa Bela Dina, Nisa Bela NUR CAHYANINGSIH, DEWI Nurist Surayya Ulfa Nuriyatul Lailiyah Oki Riski Karlisna Osa Patra Rikastana Primada Qurrota Ayun Puji Purwati Rakanita Oktaviani Hadi Saputri Rieda Anindita Putri, Rieda Anindita Rimadhani Putri Budiana Rizka Rahmawati Rizki Rengganu Suri Perdana Rony Kristanto Setiawan S. Rouli Manalu Safira Nurin Aghnia Septiana Hadiwinoto, Jessica Siska Ratih Dewanti Sri Budi Lestari Sri Budi Lestari Sri Widowati Herieningsih Sunarto Sunarto Sunarto Sunarto Surya Mutumanikam, Gempita Tandiyo Pradekso Taufik Suprihatini Taufik Suprihatini Tiara Apriyani Titiek Hendriama Titiek Hendriama, Titiek Tri Fajariani Fauzia Triyono Lukmantoro Triyono Lukmantoro Triyono Lukmantoro Triyono Lukmantoro Turnomo Rahardjo Turnomo Rahardjo Vivi Yolanda Wafda Afina Dianastuti Warapsari, Dhyayi Wimala Wimardana Yoana Putri Elianna Yohanes Erik Wibawa Yoshita Rindha Anggraini Yulistra Ivo Azhari Yunni Wulan Ndari Yunusiah, Septia