Claim Missing Document
Check
Articles

Faktor Risiko Ketidakpatuhan Pengobatan Penderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Rangas Kabupaten Mamuju Syafruddin Syafruddin; Fatma Afrianty Gobel; Arman Arman
Journal of Muslim Community Health Vol. 3 No. 3 (2022): JULI- SEPTEMBER (JMCH)
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52103/jmch.v3i3.995

Abstract

Latar Belakang: Angka drop out (tidak patuh berobat) yang tinggi, pengobatan tidak adekuat, dan resistensi terhadap Obat Anti Tuberculosis (OAT) merupakan kendala utama yang sering terjadi dalam pengendalian TB dan merupakan tantangan terhadap program pengendalian TB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor risiko ketidakpatuhan penderita TB Paru dalam pengobatan di Wilayah Kerja Puskesmas Rangas Kabupaten Mamuju. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian penelitian observasional analitik dengan menggunakan studi kasus kontrol dengan besar sampel sebanyak 111 orang yang terdiri atas 37 orang untuk kelompok kasus dan 74 orang untuk kelompok kontrol dengan perbandingan kasus kontrol 1:2. teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat (Odds Ratio). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan (OR=2,472; 95%CI=1,047-1,058), motivasi (OR=4,392; 95%CI=1,795-10,742), PMO (Dukungan Keluarga) (OR=2,781 ;95%CI=1,229–6,291) dukungan petugas kesehatan (OR=1,28; 95%CI=0,349-3,644 dan akses ke fasilitas kesehatan (OR=1,609); 95%CI=0,670-3,864) merupakan faktor risiko terhadap ketidakpatuhan pengobatan TB Paru di Puskesmas Rangas Kabupaten Mamuju. Kesimpulan: Kesimpulan dalam penelitian ini adalah faktor risiko yang bermakna terhadap kepatuhan pengobatan TB Paru adalah pengetahuan, motivasi, PMO (dukungan keluarga). Sedangkan dukungn petugas kesehatan dan akses ke fasilitas kesehatan merupakan faktor risiko yang tidak bermakna terhadap kepatuhan pengobatan TB Paru. Untuk meningkatkan motivasi pasien maka diperlukan peran serta dukungan keluarga dan petugas kesehatan agar motivasi pasien selalu terjaga dalam mematuhi pengobatan TB Paru yang sementara penderita jalani.
Analisis Hubungan Stress Kerja dengan Keluhan Muskuloskeletal terhadap Kinerja Karyawan PT. Maruki Internasional Indonesia Makassar Ika Triwati; Hardianty; Arman A
An Idea Health Journal Vol 2 No 02 (2022): JULY
Publisher : PT.Mantaya Idea Batara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53690/ihj.v2i02.104

Abstract

This research is an analytic observational study which was examined with a cross sectional study design. The relationship between work stress and musculoskeletal complaints on the performance of employees of PT. Maruki International Indonesia Makassar has been analyzed. There are 3 variables in this study, work stress as the independent variable, musculoskeletal complaints as the intervening variable, and employee performance as the dependent variable. The results indicate that there is no significant correlation between work stress and musculoskeletal complaints measured in employees of PT. Maruki International Makassar with p value = 0.391 and correlation value of 0.087. The same results are also shown in the correlation of work stress with the performance of employees of PT. Maruki International Indonesia Makassar with p value = 0.272 and correlation value of -0.102. Therefore, it can be concluded that there is no correlation between work stress and musculoskeletal complaints on the performance of PT. Maruki International Indonesia Makassar.
Hubungan Dukungan Sosial Suami dengan Ketaatan Ibu tentang Pemberian Asi Eksklusif Sumarda Yastuti; Arman; Yusrah Taqiyah
Window of Nursing Journal Vol. 2 No. 1 (Juni, 2021)
Publisher : Pusat Kajian dan Pengelola Jurnal FKM UMI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/won.v2i1.299

Abstract

Cakupan ASI di Sulawesi Selatan pada tahun 2015 sebesar 71.5%, sedangkan untuk Kota Makassar pemberian ASI eksklusif pada tahun 2012 sebesar 63.68%, kemudian meningkat pada tahun 2013 sebesar 67.79%, akan tetapi penurunan sebesar 61.03% di tahun 2014. Sementara data Puskesmas Jumpandang Baru menunjukan potensi rendahnya ibu memberikan ASI Ekslusif karena faktor dukungan sosial suami. ini terlihat melalui wawancara langsung secara spontan peneliti terhadap dukungan sosial berupa sikap dan perilaku suami terhadap ketaatan pemberian ASI Eksklusif Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Dukungan Sosial Suami dengan Ketaatan Ibu tentang Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Jumpandang Baru Makassar Tahun 2020. Metode penelitian ini jenis kuantitatif menggunakan metode analitik observasional menggunakan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling dan didapat 43 sampel dengan 33 sampel yang taat melakukan ASI Eksklusif dan 10 sampel yang tidak melakukan ASI Eksklusif. Teknik pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Analisis data menggunakan uji Chi-Square. Hasil analisis bivariat Hubungan Dukungan Sosial Suami Dengan Ketaatan Ibu Tentang Pemberian Asi Eksklusif Di Puskesmas Jumpandang Baru Kota Makassar, didapatkan nilai p-value = 0,000 dengan α = 0,05. Kesimpulan penelitian ini Terdapat hubungan yang signifikan antara Dukungan Sosial Suami dengan Ketaatan ASI Eksklusif di Puskesmas Jumpandang Baru Makassar. Salah satu cara untuk meningkatkan ketaatan Ibu tentang pemberian ASI Eksklusif adalah pihak Puskesmas melakukan penyuluhan rutin dan tepat sasaran.
Edukasi Kelompok Kader tentang Gizi Seimbang dalam Rangka Pencegahan Stunting Arman; Sumiaty umy
Window of Community Dedication Journal Vol. 3 No. 1 (Juni, 2022)
Publisher : Pusat Kajian dan Pengelola Jurnal FKM UMI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/wocd.v3i1.188

Abstract

Penelitian menunjukkan anak (6-23 bulan) yang Stunting selain memilki tingkat IQ yang lebih rendah, mereka juga memiliki penilaian lebih rendah pada psikomotor. Kader posyandu dapat berperan dalam proses alih informasi dan keterampilan kesehatan kepada masyarakat.Kabupaten Maros merupakan salah satu Lokasi Fokus Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Tahun 2021 dan Desa Pucak adalah salah satu desa pengabdian UMI. Tujuan PkM adalah meningkatkan pengetahuanKader posyandu tentang gizi seimbang dalam upaya pencegahan Stunting. Solusi yang ditawarkan adalah Peningkatan pengetahuan tentang Stunting dan gizi seimbang melalui metode ceramah dan pembagian Brosur. Metode yang digunakan dalam kegiatan PkM yaitu ceramah dan pembagian Brosur. Pelaksanaan Kegiatan PkM ini dilakukan tiga sesi yaitu 1)Pengisian pre test oleh Kader, 2)Pemberian Materi yaitu Stunting, Gizi Seimbang pada Balita dan Resep MP-ASI 6-24 Bulan, 3)Pengisian Post test oleh Kader. Kesimpulan bahwa edukasi tentang gizi seimbang dalam rangka pencegahan Stunting menunjukkan bahwa terjadi perubahan pengetahuan Kader dengan Mean atau rata-rata nilai posttest 9,3846 di mana lebih besar dari pada nilai pretest yaitu 8,2308. Diharapkan Kader dapat mengimplementasikan informasi yang diperoleh pada saat pelatihan kepada ibu baduta sehingga dapat mencegah terjadinya Stunting pada anaknya.
Pengaruh AKtivator, Konsekuensi dan Behaviour Base Safety Terhadap Perilaku Aman Di PT. Industri Kapal Indonesia Makassar Muhammad Rifo Rianto; Nurhaedar Jafar; Muhammad Ikhtiar; Arman; Haeruddin; Nurmiati Muchlis
Journal of Muslim Community Health Vol. 4 No. 1 (2023): JANUARI-MARET (JMCH)
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52103/jmch.v4i1.1061

Abstract

Latar Belakang: Kecelakaan kerja dapat terjadi akibat dari perilaku yang tidak aman atau unsafe action sehingga perilaku aman dalam berkerja adalah tindakan yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Dalam pembentukan perilaku dapat dilakukan dengan beberapa intervensi perilaku yakni adalah activator, konsekuensi dan behaviour base safety. Metode: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional study. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling dengan sampel sebanyak 50 dan analisis data menggunakan uji regresi linear berganda. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara parsial activator terhadap perilaku aman dengan nilai thitung (2,159) > ttabel (2.01290) dan tingkat signifikansi 0,036 < 0.05, dan tidak terdapat pengaruh secara parsial konsekuensi terhadap perilaku aman dengan nilai thitung (0.590) < ttabel (2.01290) dan tingkat signifikansi 0,558 > 0.05, serta tidak terdapat pengaruh secara parsial behaviour base safety terhadap perilaku aman dengan nilai thitung (0.897) < ttabel (2.01290) dengan tingkat signifikansi 0,374 > 0.05. Kesimpulan: Penerapan activator seperti manajemen, prosedur, peraturan K3 dan pengetahuan serta persepsi berpengaruh secara signifikan dalam pembentukan perilaku aman namun konsekuensi dan behavioral base safety tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku aman pekerja.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Masyarakat dalam Pemanfaatan Layanan Promosi Kesehatan di Daerah Pegunungan Enrekang Bau Mila Tunnizha; Haeruddin Haeruddin; Arman Arman; Andi Asrina; Yusriani Yusriani
Journal of Muslim Community Health Vol. 4 No. 3 (2023): JULI- SEPTEMBER (JMCH)
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52103/jmch.v4i3.1139

Abstract

Latar Belakang: Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat untuk mempertahankan kesehatannya secara mandiri dengan memanfaatkan layanan kesehatan yang dipengaruhi oleh faktor predisposisi (jenis kelamin, umur, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, ras, agama, dan kepercayaan kesehatan), faktor kemampuan (penghasilan, asuransi, adanya sarana pelayanan kesehatan serta lokasinya dan ketersediaan tenaga kesehatan), dan faktor kebutuhan (penilaian individu dan penilaian klinik terhadap suatu penyakit). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan layanan promosi kesehatan di daerah pegunungan Enrekang. Metode: Rancangan penelitian yang digunakan Cross Sectional Study, dengan total sampel sebanyak 210 responden. Teknik Sampling yang digunakan pada penelitian kuantitatif ini ialah Accidental Sampling. Hasil: Penelitian menunjukan bahwa Pemanfataan layanan promosi kesehatan oleh masyarakat di daerah pegunungan Enrekang dari hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang baik, dibuktikan dengan 177 pasien (84.3%) dari 210 pasien menyatakan memanfaatkan layanan promosi kesehatan yang telah disediakan baik didalam gedung puskesmas maupun diluar gedung puskesmas dengan atau tidak menggunakan media. Kesimpulan: (1) Tidak terdapat hubungan pendidikan dengan partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan layanan promosi kesehatan di daerah pegunungan Enrekang. (2) Terdapat hubungan pekerjaan,penghasilan, keyakinan terhadap layanan promosi kesehatan, ketersediaan sarana dan prasarana, aksesibiltas dan persepsi sakit dengan partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan layanan promosi kesehatan di daerah pegunungan Enrekang. (3) Akesesibilitas adalah faktor yang paling berpengaruh dengan partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan layanan promosi kesehatan di daerah pegunungan Enrekang.
Gambaran Karakteristik Orang Tua Anak Balita Stunting di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pekkae Nurul Annisa; Andi Nurlinda; Arman Arman
Journal of Muslim Community Health Vol. 4 No. 3 (2023): JULI- SEPTEMBER (JMCH)
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52103/jmch.v3i4.1140

Abstract

Latar Belakang: Sebagian besar masyarakat mungkin belum memahami istilah yang disebut stunting. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik balita stunting di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pekkae. Metode: Metode cross-sectional study dengan jumlah 30 responden. Analisis univariate dengan SPSS 21.0. Hasil: Mayoritas balita dengan stunting dari keluarga dengan ekonomi kebawah.
Faktor Risiko Kejadian Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Malangke Barat Kec. Malangke Barat kab. Luwu Utara tahun 2022 Muhammad Sarwin; Arman Arman; Fatma Afrianty Gobel
Journal of Muslim Community Health Vol. 4 No. 2 (2023): APRIL-JUNI (JMCH)
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52103/jmch.v4i2.1146

Abstract

Skizofrenia merupakan salah satu jenis penyakit atau gangguan kejiwaan yang serius atau gagguan mental kronis yang dapat menurunkan kualitas hidup manusia. Penderita Skizofrenia   mengalami halusinasi, pikiran tidak logis, waham yang menyebabkan  mereka  berperilaku  agresif,  dan  sering  berteriak-teriak histeris. Walaupun gejala  pada  setiap  penderita  bisa berbeda,  tetapi  secara kasat mata perilaku penderita Skizofrenia berlainan dengan orang normal. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Skizofrenia antara lain faktor internal (riwayat pekerjaan); faktor eksternal (penyakit penyerta, Riwayat konsumsi obat); faktor psikososial (riwayat Trauma dan gagal mencapai cita–cita). Tujuan penelitian Untuk  menganalisis faktor risiko kejadian Skizofrenia   di Wilayah kerja Puskesmas Malangke Barat Kec. Malangke Barat Kab. Luwu Utara. Rancangan penelitian yang digunakan Case Control Study, dengan total sampel sebanyak 50 responden kasus dan 50 respondenkontrol. Teknik Sampling yang digunakan pada penelitian kuantitatif ini ialah Total Sampling. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat, bivariat menggunakan uji Chi Square, dan multivariat  menggunakan  regresi  logistik.  Penelitian  dilaksanakan  pada  01-30 September 2022. Hasil  Penelitian menunjukan  bahwa  Faktor  risiko  yang  hubungan  dengan kejadian skizofrenia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Malangke Barat Kabupaten Luwu Utara yaitu riwayat konsumsi NAPZA (p value=0,002 nilai OR=2,220, 95% CI =1,769–2,785), riwayat Kegagalan mencapai cita-cita (p value=0,041 nilai OR=2,007,95% CI = 1,694–2,571) dan riwayat trauma (p value=0,000 nilai OR=51,000, 95% CI= 10,997– 238,523) Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan kejadian skizofrenia yaitu riwayat pekerjaan (p value=0,145 nilai OR=2,020, 95% CI = 0,879– 4,645) dan riwayat penyakit (p value=0,308 nilai OR=1,490, 95% CI = 0,184–1,433). Hasil uji Multivariat dengan metode regresi logistik menunjukkan faktor risiko yang paling berpengaruh adalah riwayat trauma. Kesimpulan (1) riwayat pekerjaan tidak berpengaruh terhadap kejadian Skizofrenia (2) riwayat penyakit tidak berpengaruh terhadap kejadian Skizofrenia (3) riwayat konsumsi NAPZA berpengaruh terhadap kejadian Skizofrenia (4) riwayat Kegagalan mencapai cita-cita berpengaruh terhadap kejadian Skizofrenia (5) riwayat trauma paling berpengaruh terhadap kejadian Skizofrenia.
Faktor Risiko Kejadian Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas Malangke Barat Kec. Malangke Barat kab. Luwu Utara tahun 2022 Anas Dwi Yulinar Buhar; Arman Arman; Fatma Afrianty Gobel
Journal of Muslim Community Health Vol. 4 No. 3 (2023): JULI- SEPTEMBER (JMCH)
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52103/jmch.v4i3.1150

Abstract

Latar Belakang: Skizofrenia merupakan salah satu jenis penyakit atau gangguan kejiwaan yang serius atau gagguan mental kronis yang dapat menurunkan kualitas hidup manusia. Penderita Skizofrenia mengalami halusinasi, pikiran tidak logis, waham yang menyebabkan mereka berperilaku agresif, dan sering berteriak-teriak histeris. Walaupun gejala pada setiap penderita bisa berbeda, tetapi secara kasat mata perilaku penderita Skizofrenia berlainan dengan orang normal. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Skizofrenia antara lain faktor internal (jenis kelamin, Umur, Riwayat Keluarga dan riwayat pekerjaan); faktor eksternal (penyakit penyerta, Riwayat konsumsi obat); faktor psikososial (riwayat Trauma dan gagal mencapai cita–cita). Tujuan penelitian Untuk menganalisis faktor risiko kejadian Skizofrenia di Wilayah kerja Puskesmas Malangke Barat Kec. Malangke Barat Kab. Luwu Utara. Metode: Rancangan penelitian yang digunakan Case Control Study, dengan total sampel sebanyak 50 responden kasus dan 50 respondenkontrol. Teknik Sampling yang digunakan pada penelitian kuantitatif ini ialah Total Sampling. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat, bivariat menggunakan uji Chi Square, dan multivariat menggunakan regresi logistik. Penelitian dilaksanakan pada 01-30 September 2022. Hasil: Penelitian menunjukan bahwa Faktor risiko yang hubungan dengan kejadian skizofrenia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Malangke Barat Kabupaten Luwu Utara yaitu Umur (p value=0,000 nilai OR 79,947, 95% CI = 10,184 – 627,623), dan riwayat status perkawinan (p value=0,002 nilai OR=4,472, 95% CI = 1,749-11,423), Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan kejadian skizofrenia yaitu riwayat pekerjaan (p value=0,145 nilai OR=2,020, 95% CI = 0,879– 4,645), jenis kelamin (p value=0,162) nilai OR=1,097, 95% CI = 0,862–4,220) dan Riwayat keluarga (p value=0,504 nilai OR=1,490, 95% CI=0,618-3,592) Hasil uji Multivariat dengan metode regresi logistik menunjukkan faktor risiko yang paling berpengaruh adalah varible umur. Kesimpulan: (1) riwayat pekerjaan tidak berpengaruh terhadap kejadian Skizofrenia (2) jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap kejadian Skizofrenia (3) Riwayat keluarga tidak berpengaruh terhadap kejadian Skizofrenia (4) Status Perkawinan berpengaruh terhadap kejadian Skizofrenia (5) Umur paling berpengaruh terhadap kejadian Skizofrenia.
Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Galesong Kabupaten Takalar Sry Rahayu; Arman Arman; Fatma Afrianty Gobel
Journal of Muslim Community Health Vol. 3 No. 4 (2022): OKTOBER- DESEMBER (JMCH)
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52103/jmch.v3i4.1180

Abstract

Latar Bekalang: Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja insulin atau keduanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Galesong Kabupaten Takalar. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan menggunakan studi kasus kontrol dengan besar sampel sebanyak 86 orang yang terdiri atas 43 orang untuk kelompok kasus dan 43 orang untuk kelompok kontrol dengan perbandingan kasus kontrol 1:1. teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat, analisis bivariat (Odds Ratio) dan analisis multivariat dengan regresi logistic. Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi nira lontar (OR=1,694; 95%CI=0,613-4,682), pola makan (OR=4,772;95%CI=1,846-12,336), Riwayat keluarga DM (OR=2,870; 95%CI=1,135-7,252), aktivitas fisik (OR=2,777;95%CI=1,119-6,894) merupakan faktor risiko terhadap kejadian diabetes melitus di puskesmas Galesong Kabupaten Takalar. Pola makan merupakan faktor yang paling kuat pengaruhnya terhadap Kejadian Diabetes Melitus dengan nilai p = 0,001 dan nilai OR sebesar 5.794. Kesimpulan: onsumsi nira lontar, pola makan, Riwayat keluarga DM dan aktivitas fisik merupakan faktor risiko terhadap kejadian diabetes melitus sedangkan konsumsi nira lontar bukan merupakan factor risiko kejadian diabetes melitus di puskesmas Galesong Kabupaten Takalar. Penelitian ini menyarankan perlunya penerapan pola makan gizi seimbang dan membiasakan beraktifitas fisik secara teratur agar pengendalian diabetes mellitus dapat teratasi dengan baik.