Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

Muhammadiyah di Kabupaten Barru 1927-2020 Nur Syaldi; Mustari Bosra; Jumadi Jumadi
Attoriolong Vol 20, No 1 (2022): Attoriolong Jurnal Pemikiran Kesejarahan dan Pendidikan Sejarah
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Muhammadiyah di Kabupaten Barru 1927-2020, Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Makassar, dibimbing oleh Mustari Bosra dan Jumadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang hadirnya Muhammadiyah di Barru sampai pada perkembangan dan kemajuan yang dialami, serta peran Muhammadiyah di tengah-tengah masyarakat Barru. Adapun metode yang digunakan adalah metode sejarah yang melalui beberapa tahapan, yaitu: Heuristik (pengumpulan data dan sumber), kritik sumber (kritik internal dan kritik eksternal), interpretasi (penafsiran) dan historiografi (penulisan sejarah). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1) Hadirnya Muhammadiyah di Barru dilatar belakangi oleh dua faktor, yaitu: pengamalan ajaran Islam yang tidak murni dan lemahnya sistem pendidikan Islam. 2) Muhammadiyah masuk di Barru pada tahun 1927 melalui tiga jalur atau wilayah basis persebaran, yang dibawa oleh tiga orang pedagang yang masing-masing berasal dari wilayah basis itu sendiri, antara lain: di Kampung Baru dibawa oleh At-Tamimi, Takkalasi dibawa oleh H. Abd. Kadir, dan di Ele (Tanete) dibawa oleh Takim Dg Koro. Pada 1930 Muhammadiyah telah dikukuhkan di Barru dan sejak dibentuknya itu Muhammadiyah terus mengembangkan gerakannya dengan merealisasikan program-program yang bermanfaat bagi masyarakat luas. 3) Peran Muhammadiyah di Barru, diantaranya dalam bidang dakwah dan tabligh Muhammadiyah mengajarkan konsep ajaran agama secara murni yang bersumber pada Al-Qur'an dan Hadits. Dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah menyediakan fasilitas dan pengajaran Islam kepada masyarakat. Dalam bidang sosial kemasyarakatan, Muhammadiyah memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan dan menjalin kerjasama dengan masyarakat dan instansi pemerintah sebagai upaya untuk mencapai kesejahteraan bersama.
Kontribusi Cendekiawan Muslim Lokal Bagi Pembangunan Pendidikan Indonesia Mustari Bosra
Society Vol 10 No 2 (2022): Society
Publisher : Laboratorium Rekayasa Sosial FISIP Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/society.v10i2.481

Abstract

Education is an urgent matter in every culture and civilization. With education, mankind can change themselves and their civilization. The same is true for the process of spreading Islam in Indonesia. Since Islam was first introduced in Indonesia, its spreading has been inseparable from people’s daily lives, including the building and shaping of the education sector (Rochmawati et al., 2018; Vickers, 2013; Hasan, 2009). Java Island is one of Indonesia’s regions with a wider history of Islamic education (Ricklefs, 2012; Woodward, 2010). In the present manuscript, the author examines the contribution of Muslim scholars in developing Indonesia’s modern education. Data were collected from both primary and secondary sources. The mediator and social agency method has been used to facilitate the investigation. The author conducted a structural study that reconstructs historical events and occurrences regarding educational development and transformation in the country. The study’s findings are based on the question, “What is the contribution of Muslim Scholars in the development of Indonesia’s modern education, and how is the education process on Java Island? This question laid the foundation for this study, and it helps to understand the functions of local Muslim scholars in the development of education between the 19th and 20th centuries in the Indonesian archipelago. The findings show that the characteristics of Muslim scholars’ movements regarding education on Java Island consist of mainly two stages. Firstly, education is conducted at mosques, which later developed into Islamic schools classified as madrasahs and pesantren (Azra, 2018). In the second stage, education efforts are converted from its form of Islamic schools into Islamic organizations, leading to the establishment of several educational institutions and public schools, ranging from kindergarten to higher education (Daulay & Tobroni, 2017; Azra, 2015). Finally, it concludes that Indonesia’s education developed in stages, from education at mosques and small community gatherings in residences of Muslim scholars to Islamic schools. Finally, Islamic organizations were formed to develop today’s public education system.
Perkembangan Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO) Muhammadiyah Makassar, 1993-2018 nursyamsi Selfi; MUstari Bosra; Bustan Bustan
PATTINGALLOANG Vol. 6, No. 2, Agustus 2019
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v6i2.10414

Abstract

Penelitian bertujuan menguraikan sejarah dan perkembangan Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO) Muhammadiyah Makassar, mengungkapkan latar belakang berdirinya, perkembangan tenaga pendidik, administrasi, mahasiswa,  kurikulum, sarana dan prasarana. Serta kontribusi ATRO Muhammadiyah kepada dunia pendidikan dan kepada masyarakat. Menggunakan metode historis dengan tahapan, heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan masih kurangnya tenaga rontgen khusunya di Kawasan Indonesia Timur. Awal berdirinnya tahun 1993, kampus ini bernama Akademi Penata Rontgen (APRO), kemudian pada tahun selanjutnya yakni pada tahun 1995 berubah menjadi Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO) Muhammadiyah Makassar. ATRO Muhammadiyah Makassar mengalami perkembangan.Hal ini dapat dilihat dari perkembangan sarana dan prasarana, tenaga pendidik, tenaga administrasi dan mahasiswa. Kontribusi yang diberikan ATRO Muhammadiyah Makassar yaitu memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menempuh Pendidikan Tinggi Kejuruan dibidang Radiologi.Selain itu lulusan ATRO Muhammadiyah Makassar bekerja di Instansi milik pemerintah maupun SwastaKata kunci : Kampus, Radiologi, dan Muhammadiyah
Studi Naratif Politisi Muhammadiyah pada Era Orde Lama Hingga Orde Baru (Biografi Abdul Wahab Radjab) Hadisaputra Hadisaputra; Mustari Bosra; Andi Asywid Nur
HISTORIA : Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Vol 10, No 2 (2022): HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (409.716 KB) | DOI: 10.24127/hj.v10i2.5988

Abstract

Selama ini, studi yang membahas politisi berlatar belakang Muhammadiyah hanya berkisar pada tokoh di level Pusat. Sementara, politisi Muhammadiyah di tingkat lokal, jarang dibahas dalam riset terdahulu. Abdul Wahab Radjab merupakan politisi berlatarbelakang Muhammadiyah yang pernah menduduki posisi sebagai Ketua DPRD Kota Makassar pada Era Orde Lama dan Anggota DPR/MPR RI pada masa Orde Baru. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi naratif. Teknik pengumpulan data dengan studi dokumen, dan wawancara. Hasil penelitian berhasil memotret biografi Abdul Wahab Radjab sejak masa kecil pada masa penjajahan Jepang, hingga perjalanan hidupnya menjalani karir poitik sebagai politisi di Senayan.
BENDI SEBAGAI ALAT ANGKUTAN DI SOPPENG (STUDI SEJARAH, PROBLEMATIKA, DAN PELESTARIANNYA) TAHUN 2000-2021 Nurmayanti Nurmayanti; Darman Manda; Mustari Bosra; Andi Ima Kesuma
Phinisi Integration Review Volume 6 Nomor 1 Tahun 2023
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pir.v6i1.43274

Abstract

The aims of this research are (i) to reveal and explain the history of the existence of bendi in Soppeng. (ii) Describe the problems faced by bendi drivers in Soppeng. (iii) Revealing the role of the government and the community in preserving the bendi in Soppeng. In uncovering the existence of bendi in Soppeng Regency, this study uses historical research methods, namely (i) heuristics (ii) criticism (iii) interpretation (iv) historigraphy. In addition, to make it easier to understand the events under study, the authors use theoretical approaches such as (i) functional structure The results of this study indicate that, (i) the history of the existence of bendi in Indonesia which was originally only used for the nobility until finally it could be used in general by the community. (ii) Bendi in Soppeng begins with the existence of a bendi in Soppeng, knowing what it takes to become a bendi driver, types of traditional transportation in Indonesia and how the function and role of a bendi has changed from the colonial period to the modernization era, as well as the author describes the process of gradual decline in the bendi in Soppeng. (iii) regarding the preservation of the bendi carried out by the local government and the community.Tujuan Penelitian ini adalah (i) Mengungkapkan dan menjelaskan sejarah keberadaan bendi di Soppeng. (ii) Menjelaskan problematika yang dihadapi kusir bendi di Soppeng. (iii) Mengungkapkan bagaimana peran pemerintah dan masyarakat dalam pelestarian bendi di Soppeng. Dalam mengungkap keberadaan bendi di Kabupaten Soppeng, penelitian ini mengunakan metode penelitian sejarah yaitu (i)heuristik (ii) kritik (iii) interpretasi (iv) historigrafi.selian itu untuk lebih mudah memahami kejadian yang diteliti maka penulis menggunakan pendekatan teori seperti (i) struktur fungsional  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, (i) sejarah keberadaan bendi di Indonesia yang pada awalnya hanya digunakan untuk para kaum bangsawan saja hingga akhirnya bisa digunakan secara umum oleh masyarakat. (ii) Bendi di Soppeng di mulai dengan keberadaaan bendi di Soppeng, mengetahui apa saja yang dibutuhkan untuk menjadi kusir bendi, jenis-jenis trasportasi tradisional yang ada di Indonesia serta bagaimana perubahan fungsi dan peran bendi dari masa kolonial hingga era modernisasi, serta penulis juga menjalaskan proses kemunduran yang berangsur-asur terjadi pada bendi di Soppeng. (iii) tentang pelestraian bendi yang di lakukan oleh pihak pemerintah daerah serta masyarakat.