cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Kedokteran Diponegoro
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : 25408844     DOI : -
Core Subject : Health,
JKD : JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO ( ISSN : 2540-8844 ) adalah jurnal yang berisi tentang artikel bidang kedokteran dan kesehatan karya civitas akademika dari Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang dan peneliti dari luar yang membutuhkan publikasi . JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO terbit empat kali per tahun. JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO diterbitkan oleh Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang.
Arjuna Subject : -
Articles 932 Documents
PENGARUH PEMBERIAN MUSIK BER-GENRE AMBIENT TERHADAP KUALITAS TIDUR Akhsanul Yasril Ihza Laksono; Widodo Sarjana; Titis Hadiati
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 1 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (424.965 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i1.19337

Abstract

Latar Belakang : Mahasiswa kedokteran cenderung memiliki kualitas tidur yang buruk. Hal ini dapat berdampak berkurangnya capaian akademik. Musik ber-genre ambient, yang dapat dikategorikan menjadi musik relaksasi, dapat meningkatkan kerja sistem saraf parasimpatis, mengurangi kecemasan, tekanan darah, denyut jantung dan laju pernafasan dan dapat memberikan dampak positif pada kualitas tidur dengan cara relaksasi otot dan pengalihan pikiran.Tujuan : Mengetahui pengaruh pemberian musik ber-genre ambient terhadap kualitas tidur pada mahasiswa kedokteran.Metode : Penelitian ini menggunakan eksperimental kuasi. Sampel berasal dari mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (n=30). Kualitas tidur diukur dengan menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index sebelum penelitian dan tiap minggu selama intervensi berlangsung. Responden mendengarkan musik ber-genre ambient selama ± 30 menit (Kelompok 1). Kelompok kontrol (Kelompok 2) tidak menerima intervensi.Hasil    : Ditemukan penurunan skor global PSQI pada kelompok yang diperdengarkan musik ber-genre ambient dari 11.50 ± 3.386 menjadi 5.69 ± 2.442 dengan p = <0.001 (p < 0.05) yang mengindikasikan bahwa terdapat perbaikan kualitas tidur.Kesimpulan    : Musik ber-genre ambient memberikan pengaruh positif terhadap kualitas tidur pada mahasiswa kedokteran.
PERBEDAAN DERAJAT FIBROSIS HEPAR TIKUS WISTAR YANG DILAKUKAN LIGASI DUKTUS KOLEDOKUS ANTARA KELOMPOK PEMBERIAN KOMBINASI UDCA-GLUTATHIONE DENGAN PEMBERIAN TUNGGAL UDCA Novita Ikbar Khairunnisa; Agung Aji Prasetyo; Ika Pawitra Miranti
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (805.603 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.15594

Abstract

Latar Belakang: Kolestasis dapat memicu kematian sel, fibrosis, sirosis, dan kegagalan fungsi hepar. Walaupun dengan manfaat yang terbatas, Ursodeoxycholic Acid (UDCA) merupakan terapi yang direkomendasikan oleh Food and Drug Administration sebagai tatalaksana kolestasis. Glutathione memiliki peran penting sebagai antioksidan dan regulasi proses seluler seperti diferensiasi, proliferasi dan apopstosis sel. Terganggunya keseimbangan Glutathione memiliki korelasi terhadap penyakit hepar .Tujuan: Mengetahui adanya perbedaan derajat fibrosis hepar pada tikus yang dilakukan ligasi duktus koledokus antara kelompok pemberian kombinasi UDCA-Glutathione dengan pemberian tunggal UDCAMetode: Penelitian True Experimental dengan rancangan “post test only control group design”. Menggunakan 15 ekor tikus wistar yang dibagi menjadi tiga kelompok K , P1 dan P2. Tiap tikus dilakukan ligasi duktus koledokus. Kelompok K sebagai kontrol dan tidak diberi terapi, P1 diberi terapi UDCA 20 mg per oral dan P2 diberi kombinasi UDCA 20 mg per oral dan Glutathione 15 mg IM. Setelah intervensi selama 21 hari, seluruh tikus diterminasi dan dilakukan pembuatan preparat hepar dengan pengecatan Masson-trichrome. Derajat fibrosis ditentukan menggunakan sistem Laennec. Uji statistik menggunakan uji Kruskal Wallis dan dilanjutkan uji Mann Whitney.Hasil: Pemeriksaan derajat fibrosis menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok P2 dengan K (p = 0.013) dan antara kelompok P2 dengan P1 (p = 0.006). Tetapi tidak ditemukan perbedaan yang bermakna antara kelompok P1 dan K (p= 0.469)Simpulan: Pemberian terapi kombinasi memberikan gambaran fibrosis yang lebih rendah.
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS IRIGASI HIDUNG DENGAN SPUIT DAN NASAL WASH BOTTLE TERHADAP DERAJAT SUMBATAN HIDUNG : STUDI PADA PETUGAS GERBANG TOL Anisa Rochmah Maulida; Anna Mailasari Kusuma Dewi; Zulfikar Naftali
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.338 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21473

Abstract

Latar Belakang : Asap kendaraan bermotor dapat menimbulkan inflamasi pada mukosa hidung. Hal ini memunculkan gejala sumbatan hidung. Irigasi hidung menggunakan larutan salin dapat menurunkan gejala tersebut.Tujuan : Mengetahui perbandingan efektivitas irigasi hidung dengan spuit dan nasal wash bottle terhadap derajat sumbatan hidung pada petugas gerbang tol.Metode : Penelitian ini berjenis eksperimental dengan rancangan penelitian pretest and posttest randomized group. Subjek sebanyak 43 orang dibagi menjadi kelompok perlakuan (irigasi hidung dengan spuit) dan kontrol (irigasi hidung dengan nasal wash bottle). Irigasi hidung dengan NaCl 0,9% selama 14 hari. Derajat sumbatan hidung dinilai sebelum dan setelah 14 hari dengan NOSE Scale dan PNIF.Hasil : Rerata selisih derajat sumbatan hidung berdasarkan NOSE Scale antara kelompok perlakuan dengan kontrol adalah 1,57 dan 1,55; sedangkan pengukuran PNIF adalah 21,43 dan 23,86. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p NOSE Scale=0,692; p PNIF=0,789)Simpulan : Tidak terdapat perbedaan efektivitas irigasi hidung dengan spuit dan nasal wash bottle terhadap derajat sumbatan hidung pada petugas gerbang tol.
HUBUNGAN LAMANYA MENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN TERJADINYA PENINGKATAN AMBANG PENDENGARAN Diva Natasya Krismanita; Zulfikar Naftali; Rakhma Yanti Hellmi
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (418.612 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18563

Abstract

Latar Belakang Gangguan pendengaran sensorineural dapat terjadi sebagai komplikasi dari diabetes melitus. Salah satu faktor yang memengaruhi terjadinya gangguan pendengaran adalah lamanya menderita diabetes melitus.Tujuan Membuktikan hubungan antara lamanya menderita Diabetes Mellitus dengan terjadinya peningkatan ambang pendengaran.Metode Penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian Cross-sectional pada pasien diabetes melitus yang berusia kurang dari sama dengan 65 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Semarang.Hasil Terdapat 50 pasien diabetes melitus berusia kurang dari atau sama dengan 65 tahun. Empat puluh sembilan orang (98%) dengan derajat pendengaran telinga kanan normal dan 1 orang (2%) dengan derajat pendengaran telinga kanan dengan gangguan ringan. Sedangkan pada telinga kiri terdapat 45 orang (90%) dengan derajat pendengaran normal, 4 orang (8%) dengan gangguan pendengaran ringan, dan 1 orang (2%) dengan gangguan pendengaran sedang. Hubungan lamanya menderita diabetes melitus dengan terjadinya peningkatan ambang pendengaran adalah tidak bermakna (p=0,390 untuk telinga kanan dan p=0,060 untuk telinga kiri)Kesimpulan Tidak ada hubungan yang signifikan antara lamanya menderita diabetes melitus dengan gangguan pendengaran
HUBUNGAN LINGKAR LEHER DAN LINGKAR PERGELANGAN TANGAN DENGAN SINDROM METABOLIK Muhammad Ryan Radifan Gustisiya; Aryu Candra; Etisa Adi Murbawani; Martha Ardiaria
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (289.209 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i4.25352

Abstract

Latar belakang : Prevalensi sindrom metabolik dapat dikatakan cukup tinggi,  mengingat banyaknya komplikasi dan berbahayanya komplikasi yang ditimbulkan oleh sindrom metabolik, sangat berguna untuk mengetahui metode-metode skrining untuk mendeteksi sindrom metabolik, salah satunya dengan pengukuran antropometri lingkar pergelangan tangan dan lingkar leher. Tujuan :Mengetahui hubungan antara lingkar leher dan lingkar pergelangan tangan dengan sindrom metabolik. Metode : Penelitian ini adalah penelitian studi observasional analitik dengan pendekatan crossectional yang dilakukan di posyandu Tandang Ijen Kelurahan Jomblang Kota Semarang. Subjek penelitian adalah dewasa usia 50-70 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Uji hipotesis menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil : Hasil penelitian dengan uji mann-whitney menunjukan hasil yang signifikan dengan p=0,000 pada lingkar pergelangan tangan dan p=0,003 pada lingkar leher. Kesimpulan : Terdapat hubungan antara Lingkar Leher dan Lingkar Pergelangan Tangan dengan Sindrom Metabolik.Kata Kunci : Lingkar Leher, Lingkar Pergelangan Tangan, Sindrom Metabolik.
FAKTOR RISIKO RINITIS AKIBAT KERJA PADA PEKERJA PENGECATAN MOBIL PENGGUNA CAT SEMPROT (Studi pada Bengkel Pengecatan Mobil di Kota Semarang) Andhita Restu Damayanti; Willy Yusmawan; Zulfikar Naftali
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.41 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14222

Abstract

Latar belakang : Masalah rinitis masih menjadi masalah kesehatan global di Indonesia. Rinitis akibat kerja (RAK) dapat mempengaruhi produktivitas pekerja, salah satu pekerjaan yang berisiko tinggi adalah pekerja pengecatan mobil terutama yang menggunakan cat semprot.Tujuan : Mengetahui faktor-faktor risiko yang terkait dengan rinitis akibat kerja (RAK) yang disebabkan oleh pajanan cat semprot pada pekerja bengkel pengecatan mobil.Metode : Penelitian ini dilakukan pada 49 pekerja bengkel pengecatan mobil pengguna cat semprot di kota Semarang yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian rinitis akibat kerja. Penelitian ini menggunakan desain belah lintang. Data diolah dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, kemudian dilakukan analisis data melalui tiga tahap yaitu analisis univariat, bivariat dengan menggunakan uji chi square dan uji Fisher’s exact, dan multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik.Hasil : Dari analisis chi square dan Fisher’s exact, tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian rinitis akibat kerja (nilai p = 0,058), tidak ada hubungan antara lama paparan dengan kejadian rinitis akibat kerja (nilai p = 0,342), ada hubungan antara kepemilikan ruang khusus pengecatan dengan kejadian rinitis akibat kerja (nilai p = 0,000), ada hubungan antara penggunaan masker dengan kejadian rinitis akibat kerja (nilai p = 0,019). Hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang bermakna secara statistik pada kepemilikan ruang khusus pengecatan dengan nilai p = 0,004 dan odds ratio 9,626.Kesimpulan : Dapat disimpulkan bahwa dari empat variabel yang diteliti terdapat dua variabel yang berhubungan dengan kejadian RAK, yaitu variabel kepemilikan ruang khusus pengecatan dan penggunaan masker. Variabel kepemilikan ruang khusus pengecatan merupakan variabel yang paling berpengaruh.
PERBEDAAN KONDISI RONGGA MULUT PENDERITA DM TIPE 2 TIDAK TERKONTROL DAN TERKONTROL Paramestri Sekar Kinanthi; Oedijani Santoso
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.572 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.20668

Abstract

Latar Belakang : Keluhan kondisi mulut yang paling menonjol pada penderita DM adalah menurunnya aliran saliva yang menyebabkan mulut kering. Penurunan aliran saliva dapat meningkatan glukosa saliva dan menurunkan efek self-cleansing yang dapat menjadi kontribusi terhadap peningkatan prevalensi karies gigi. Tujuan : Mengetahui perbedaan kondisi rongga mulut pada penderita DM  tipe 2 tidak terkontrol dan terkontrol.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dengan consecutive sampling sejumlah 32 orang penderita DM tipe 2 tidak terkontrol dan terkontrol di Instalasi Rawat Jalan Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi. StatusDM dinilai dengan kadar glukosa darah puasa (GDP), kondisi rongga mulut dinilai dengan indeks kebersihan mulut (OHI-S) dan indeks karies (DMF-T).Hasil : Nilai rerata OHI-S kelompok penderita DM tipe 2 tidak terkontrol adalah 3,40±0,90SD, sedangkan penderita DM tipe 2 terkontrol adalah 1,78±0,74SD (p<0,001)dan rerata nilai DMF-T penderita DM tipe 2 tidak terkontrol adalah 14,63±5,28SD, sedangkan penderita DM tipe 2 terkontrol 10,84±5,04 SD (p=0,052). Korelasi antara OHI-S dan kontrol plak didapatkan nilai p=0,192 dan hubungan antara DMF-T dan kontrol plak didapatkan nilai p=0,412.Kesimpulan : Terdapat perbedaan yang bermakna OHI-S penderita DM  tipe 2 tidak terkontrol dan terkontrol. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara DMF-T penderita DM tipe 2 tidak terkontrol dengan terkontrol.Kontrol plak tidak mempengaruhi OHI-S  dan DMF-T.
PENGARUH MELATONIN TERHADAP JUMLAH LEUKOSIT PADA TIKUS WISTAR MODEL SEPSIS Rizqi Indah Riani; Satrio Adi Wicaksono
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.119 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.15916

Abstract

Latar Belakang Melatonin merupakan radikal bebas yang sering digunakan sebagai antioksidan. Melatonin berperan dalam meningkatkan respon imun, dan membantu proses sitoprotektif. Dalam beberapa model hewan, melatonin telah diidentifikasi untuk membantu melawan infeksi yang disebabkan bakteri, virus, dan parasit dengan melalui berbagai mekanisme, seperti immunomodulasi atau aktivitas antioksidan. Melatonin dapat mengurangi kadar sitokin inflamasi, stress oksidatif dan disfungsi mitokondria. Melatonin merupakan salah satu obat yang dikembangkan sebagai terapi sepsis.Tujuan Mengetahui pengaruh melatonin terhadap jumlah leukosit pada tikus wistar model sepsis dan memperoleh informasi melatonin dapat menurunkan jumlah leukosit.Metode Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan randomized control grup pre post test . Sampel adalah 12 ekor tikus wistar jantan dengan kriteria tertentu, dibagi secara acak menjadi 2 kelompok. Kelompok I diberi injeksi intraperitoneal lipopolisakarida (LPS) dan tidak diberi melatonin sebagai kelompok kontrol, sedangkan kelompok II diberi injeksi intraperitoneal lipopolisakarida (LPS) sebagai kelompok perlakuan dan diberi melatonin via sonde oral sebagai kelompok perlakuan. Setelah adaptasi tikus selama seminggu, pada hari ke 8 tikus diambil darahnya melalui pembuluh darah retroorbita. Uji statistik menggunakan uji paired t-test, independent t-test dan Mann Whitney Test.Hasil Pada uji independent test didapatkan nilai rerata jumlah leukosit pada kelompok kontrol lebih tinggi dibanding kelompok perlakuan. Pada uji paired t-test kelompok kontrol mengalami perubahan yang signifikan (p<0,05) dibandingkan dengan kelompok perlakuan yang menunjukkan hasil yang tidak bermakna. Pada uji Mann Whitney Test didapatkan hasil kelompok kontrol selisih pre– post1 dan post 2 mengalami peningkatan yang signifikan. Sedangkan pada kelompok perlakuan selisih pre LPS – post1 dan post2 (p<0,05) mengalami penurunan yang signifikan.Kesimpulan Pemberian melatonin tidak menyebabkan penurunan jumlah leukosit yang signifikan.
PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI VITAMIN C DAN E TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGI HEPAR TIKUS WISTAR YANG DIPAPAR GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK PONSEL Destia Afta Nugroho; Desy Armalina
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (693.531 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23306

Abstract

Latar Belakang: Ponsel merupakan perangkat telekomunikasi yang memancarkan radiasi gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik dapat menyebabkan stres oksidatif sehingga menyebabkan kerusakan organ tubuh, salah satunya hepar. Vitamin C dan E diketahui sebagai antioksidan yang efeknya akan meningkat jika dikombinasikan. Tujuan: Membuktikan pengaruh pemberian kombinasi vitamin C dan E terhadap gambaran histologi hepar tikus wistar yang diberi paparan gelombang elektromagnetik ponsel. Metode: Penelitian ini menggunakan jenis true experimental dengan Post Test Only Control Group Design dengan sampel 20 ekor tikus wistar jantan yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel diadaptasi selama 7 hari. Kelompok kontrol negatif hanya diberi pakan dan minum standar, kontrol positif diberi paparan gelombang elektromagnetik ponsel 16 jam/hari, perlakuan 1 diberi paparan gelombang elektromagnetik ponsel 16 jam/hari dan kombinasi 8 mg/hari vitamin C dan 0,54 mg/hari vitamin E, perlakuan 2 diberi paparan gelombang elektromagnetik ponsel 16 jam/hari dan kombinasi 16 mg/hari vitamin C dan 1,08 mg/hari vitamin E. Perlakuan dilakukan selama 14 hari, selanjutnya tikus wistar dianestesi kemudian diterminasi untuk diambil organ heparnya, lalu dilakukan pemeriksaan histopatologi hepar. Hasil: Rerata perubahan histologis sel hepar tertinggi terdapat pada kelompok kontrol positif. Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kontrol negatif dengan kontrol positif, perlakuan 1 dan perlakuan 2 dan antara kelompok kontrol positif dengan perlakuan 1 dan perlakuan 2, sedangkan antara perlakuan 1 dan perlakuan 2 tidak berbeda bermakna. Simpulan: Paparan gelombang elektromagnetik ponsel menyebabkan kerusakan sel hepar berupa degenerasi hidropik dan nekrosis yang dapat dihambat oleh kombinasi vitamin C dan E.Kata kunci: gelombang elektromagnetik ponsel, vitamin C, vitamin E, hepar, histopatologi
UJI BEDA SENSITIVITAS BAKTERI NEISSERIA GONORRHOEAE TERHADAP LEVOFLOKSASIN DAN KANAMISIN SECARA IN VITRO Lydia Eryna Triastuti; Muslimin Muslimin; Purnomo Hadi
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (458.946 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18595

Abstract

Latar belakang : Gonore adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Kasus resistensi antibiotik yang menjadi pilihan untuk pengobatan gonore saat ini kian meningkat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat resistensi bakteri  Neisseria gonorrhoeae adalah dengan melakukan uji sensitivitas antibiotik. Obat lini pertama yang saat ini digunakan adalah levofloksasin, namun pendataan mengenai efektivitas antibiotik ini masih sangat kurang. Kanamisin merupakan pilihan obat lain yang dapat digunakan untuk pengobatan gonore.Tujuan : Menilai perbedaan sensitivitas levofloksasin dan kanamisin terhadap bakteri Neisseria gonorrhoeae secara in vitro.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional design. Sampel  adalah 14  biakan  bakteri Neisseria gonorrhoeae yang  didapatkan  dari  hasil  swab  endoserviks  penderita  yang dikonfirmasi melalui pengecatan gram, tes oksidase, uji fermentasi, dan kultur pada media Thayer-Martin (TM).  Biakan  bakteri  kemudian  diinokulasikan pada media Mueller Hinton-Thayer Martin untuk dilakukan uji sensitivitas antibiotik dimana pembacaan hasil uji tersebut adalah dengan mengukur diameter zona hambat yang terbentuk. Uji statistik menggunakan fisher’s exact test.Hasil : Jumlah sampel yang sensitif terhadap levofloksasin 0 (0%) sampel dan yang resisten sebesar 14 (100%) sampel. Sedangkan untuk kanamisin, jumlah sampel yang sensitif 6 (42.86%) sampel dan yang resisten 8 (57.14%) sampel.Kesimpulan : Terdapat perbedaan bermakna sensitivitas bakteri Neisseria gonorrhoeae terhadap levofloksasin dan kanamisin secara in vitro, dimana kanamisin tingkat sensitivitasnya lebih baik daripada levofloksasin.

Page 3 of 94 | Total Record : 932


Filter by Year

2016 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 12, No 6 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 5 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 4 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 3 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 2 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 1 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 6 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 5 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 4 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 3 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 2 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 1 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 6 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 5 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 4 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 3 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 2 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 1 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 9, No 6 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (Jurnal Kedokteran Diponegoro) Vol 9, No 4 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 3 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 2 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 1 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 3 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 2 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 4 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 1 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 4 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 3 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 1 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 3 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 2 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 1 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO More Issue