Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

STRUKTUR UKURAN, HUBUNGAN PANJANG-BOBOT DAN FAKTOR KONDISI IKAN TUNA DI PERAIRAN PRIGI, JAWA TIMUR Erfind Nurdin; Am Azbas Taurusman; Roza Yusfiandayani
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 4, No 2 (2012): (Agustus 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.4.2.2012.67-73

Abstract

Penelitian tentang struktur ukuran dan faktor kondisi ikan tuna yang tertangkap di perairan sekitar rumpon di Selatan Prigi, Jawa Timur dilakukan pada bulan Juli 2010, Desember 2010 dan Januari 2011. Sampel ikan diperoleh di PPN Prigi, diidentifikasi menurut jenis dan diukur panjang cagak serta ditimbang bobotnya.  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan dan faktor kondisi ikan tuna yang tertangkap di sekitar rumpon.  Hasil penelitian menunjukkan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) yang diukur sebanyak 115 ekor dengan dominasi ukuran panjang berkisar antara 32–36 cmFL dan bobot antara 0,75–1,20 kg; tuna mata besar (Thunnus obesus) sebanyak 114 ekor dengan dominasi panjang pada kisaran 40–44 cmFL dan bobot antara 0,75– 1,20 kg; dan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) 107 ekor dengan dominasi panjang berkisar antara 28–32 cmFL dengan bobot 0,30–0,75 kg. Hubungan panjang bobot ikan cakalang mengikuti persamaan W= 0,055FL2,733, tuna mata besar W= 0,014FL3,096 dan tuna sirip kuning W= 0,0006FL3,960.   Faktor kondisi (K) ikan cakalang adalah 2, tuna mata besar 2,1 dan tuna sirip kuning 2,0. Study on size structure and condition factor of tuna caught around FADs in the south of Prigi, East Java was conducted in July 2010, December 2010 and January 2011.  The objectives of this study are to investigate that the size distribution, L-W relationship and condition factor of dominant fish caught around of FADs.  The result showed that the size distribution of skipjack tuna dominated in range of  32–36 cmFL and 0.75–1.20 kg (body weight), bigeye tuna range of 40–44 cmFL and 0.75– 1.20 kg (body weight), yellowfin tuna range of 28–32 cmFL and 0.30–0.75 kg (body weight).  Length weight relationship of skipjack tuna can described as W= 0.055FL2.733, bigeye tuna W= 0.014FL3.096 and yellowfin W= 0.0006FL3.960.  The value of condition factor was 2.0 for skipjack tuna, mean while for bigeye tuna was 2.1 and for yellowfin tuna was 2.0. 
PRIORITAS STRATEGI PENGELOLAAN PERIKANAN GIOB YANG BERKELANJUTAN DI KAYOA, HALMAHERA SELATAN Imran Taeran; Mulyono S Baskoro; Am Azbas Taurusman; Daniel R. Monintja; Mustaruddin Mustaruddin
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 5, No 1 (2013): (Mei 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2527.561 KB) | DOI: 10.15578/jkpi.5.1.2013.39-45

Abstract

Perikanan giob di Kayoa, dikhususkan untuk mengeksploitasi ikan julung-julung. Kegiatan eksplotasi dilakukan sangat intensif dan hingga saat ini belum ada upaya pengelolaan. Penelitian bertujuan menentukan prioritas strategi pengelolaan perikanan giob yang berkelanjutan dan menyusun konsep implementasi dari strategi pengelolaan perikanan giob terpilih. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dan pengisian kuisoner. Analisis data menggunakan metode AHP (Analisis Hierarki Proses). Hasil penelitian menunjukkan bahwa prioritas strategi pengelolaan perikanan giob yang berkelanjutan di Kayoa, Halmahera Selatan yaitu pengawasan terhadap eksploitasi sumberdaya ikan julung julung. Konsep implementasi dari strategi prioritas pengawasan adalah pengaturan waktu penangkapan, pengawasan terhadap penangkapan ilegal, pengawasan terhadap pengolahan hasil tangkapan, pengawasan terhadap jaringan pemasaran, dan sosialisasi tentang pentingya Pendapatan Asli Daerah. Perlu dibentuk daerah perlindungan laut di Kayoa, Halmahera Selatan sehingga dapat memantau kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya ikan julung-julung sebagai target tangkapan utama alat tangkap giob.Giob fisheries in Kayoa is specialized to exploitat halfbeak fish. This activitiy is undertaken intensively and no management effort until now. The research objective were to determine the priority of management strategies for sustainable giob fisheries and to formulate the implementation of the selected management strategy for giob fisheries. Data was collected by using interviews and questionnaires. The data analysis used AHP (Analysis of Hierarchy Process). The result showes that the priority of management strategices for sustainable giob fisheries in Kayoa, South Halmahera, was the supervision of exploitation of halfbeak resources. The implementation concepts of monitoring the priority strategy are: setting the fishing time, supervisie the illegal fishing, supervisie the catch processing, supervisie the marketing network, and socialize the impotance of region income. It is necessary to develop a local marine sanctuary in Kayoa, South Halmahera which is in charge of overseeing the utilization and management of halfbeak fish resources as the main target of giob.
DAMPAK PENANGKAPAN TERHADAP EKOSISTEM: LANDASAN PENGELOLAAN PERIKANAN BERKELANJUTAN Am Azbas Taurusman; Budy Wiryawan; Besweni -; Isdahartati -
ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut Vol. 4 No. 1 (2020): Albacore
Publisher : Departemen PSP IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/core.4.1.109-118

Abstract

Kegiatan penangkapan berdampak langsung dan tidak langsung terhadap ekosistem secara dinamis (spasial dan temporal). Perikanan tangkap harus dikelola pada batas yang memberikan dampak yang dapat ditoleransi oleh ekosistem, merupakan prinsip pertama dalam pengelolaan perikanan dengan pendekatan ekosistem (EAFM). Ekosistem merupakan unit organisasi biologi dimana terjadi hubungan fungsional antara komponen-komponen biotik dan lingkungan abiotiknya pada suatu area tertentu (ecological boundary). Penangkapan berdampak terhadap ikan target, non-target (bycatch), serta habitat (lingkungan), yang diindikasikan oleh degradasi populasi (kematian) ikan target dan non-target, degradasi (kerusakan) fisik habitat, dan pencemaran lingkungan perairan. Pada gilirannya akan mengakibatkan terjadi degradasi dinamis struktur (jumlah jenis, kelimpahan, biomassa) dan fungsi ekosistem (reproduksi dan rantai makanan). Intensitas dampak penangkapan ditentukan oleh karakteristik kegiatan penangkapan dan kondisi sumberdaya ikan. Suatu analisis terintegrasi dengan memperhitungkan parameter-parameter tersebut diperlukan dalam studi dampak penangkapan terhadap ekosistem. Dalam kerangka EAFM terdapat solusi teknologi dan manajemen untuk mengatasi dampak penangkapan yakni: perbaikan teknologi, pengendalian input-output, manipulasi ekosistem, dan pengelolaan berbasis hak (right-based). Kata kunci: EAFM, dampak penangkapan, perikanan berkelanjutan, struktur-fungsi ekosistem
KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN IKAN SIDAT MENGGUNAKAN BUBU DI SUNGAI TERUSAN, KABUPATEN KAUR, PROVINSI BENGKULU Ronny Irawan Wahju; Am Azbas Taurusman; Muji Nopriansah
ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut Vol. 4 No. 3 (2020): Albacore
Publisher : Departemen PSP IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/core.4.3.295-305

Abstract

Sidat merupakan ikan yang unik karena dalam siklus hidupnya melakukan migrasi dari perairan tawar menuju ke perairan laut (katadromus) untuk memijah. Informasi mengenai perikanan jenis sidat serta komposisi hasil tangkapan menjadi penting dalam pemanfaatan sidat secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifkasi jenis dan sebaran hasil tangkapan sidat, serta menganalisis komposisi dan keraragaman hasil tangkapan bubu sidat. Penelitian dilakukan dengan melakukan penangkapan menggunakan bubu di bagian hulu dan hilir sungai pada bulan Januari-Februari 2020 di Sungai Terusan Kabupaten Kaur, Bengkulu. Hasil identifikasi ciri morfologi dan perbandingan nilai ano-dorsal terhadap tangkapan sidat yang diperoleh selama penelitian ditemukan tiga spesies sidat yakni A. bicolor bicolor dengan nilai perbandingan ano-dorsal sebesar 3,43-3,58 % tertangkap pada bagian hilir sungai sedangkan A. marmorata (13,7-18,81 %) dan A. nebulosa (9,21-9,36 %) tertangkap pada bagian hulu sungai. Komposisi spesies hasil tangkapan antara hulu dan hilir sangat berbeda dengan indeks keragaman (H’) hasil tangkapan perairan hulu sungai sebesar 1,73 dan perairan hilir sungai 1,64. Kata kunci: A. bicolor bicolor, A. marmorata, A. nebulosa, bubu, sidat
ANALISIS PEMANFAATAN DATA KUALITAS PERAIRAN UNTUK PERENCANAAN ZONASI PESISIR Handy Chandra; Domu Simbolon; Budy Wiryawan; Budhi H. Iskandar; Am Azbas Taurusman
Jurnal Kelautan Nasional Vol 11, No 3 (2016): DESEMBER
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (843.5 KB) | DOI: 10.15578/jkn.v11i3.6119

Abstract

Perairan pesisir pulau Wangi-wangi di kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara telah mengalami tekanan aktifitas manusia (antropogenik) sejak menjadi kabupaten baru tahun 2003. Tekanan antropogenik diukur menggunakan parameter kualitas air (suhu dan oksigen terlarut). Tujuan riset ini adalah menganalisis pemanfaatan data pemonitoran waktu serial dan pemanfaatannya untuk perencanaan zonasi perairan, yang dikaitkan dengan data parameter kualitas air. Dinamika perairan pesisir telah terjadi pada musim angin timur dan barat, pada kedalaman 5 meter dan 25 meter. Hasil menunjukkan kegunaan data waktu serial untuk dinamika zonasi perairan pesisir. Bagian timur dan utara perairan direkomendasikan untuk zona konservasi, sementara zona pemanfaatan lainnya dialokasikan buat sub-zona perikanan berkelanjutan (rumput laut)
KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN SIDAT (Anguilla spp) DI SUNGAI LUAS DAN SUNGAI KINAL, PROVINSI BENGKULU Gillang Fernando; Ronny Irawan Wahju; Am Azbas Taurusman
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 12 No. 2 (2021): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jmf.v12i2.40273

Abstract

The fishing activity of eel fish for daily consumption has been carried out by the local people in the Kaur Regency. However, the data related to the species of the eel fish, catch structure, and the eel fishing ground in Kaur Regency is still very limited, especially in the Luas River and Kinal River. Data and information on the eel fisheries in Kaur Regency are expected to be used as basic information in sustainable use of the eel fisheries. This study aims to analyze the catch composition of the eel caught and to determine the eel fishing ground for both rivers. Experimental fishing using eel hand line was carried out from June to August 2021 in Luas River and Kinal River, Kaur Regency, Bengkulu. The composition of catch eel only one species of eel, namely Anguilla marmorata with ano-dorsal ratio of 14.05-18.23%. The A. marmorata eel was caught at every station in both rivers. The Shannon – Wiener (H') diversity index of the catches at all stations in both rivers was relatively similar, ranging from 1.14 to 1.69. The eel fishing grounds in the Luas river and Kinal river are divided into 3 areas: estuary, mid- part of the rivers, and upstream area. Keywords: Anguilla marmorata, catch composition, eel, Kinal river, Luas river.
ESTIMASI PRODUKTIVITAS DAN EFEKTIVITAS ALAT TANGKAP BENIH SIDAT (GLASS EEL) DI SUNGAI CIMANDIRI, SUKABUMI Ronny Irawan Wahju; Am Azbas Taurusman; Viola Azzuhra Haryono
ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut Vol. 5 No. 3 (2021): Albacore
Publisher : Departemen PSP IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/core.5.3.291-301

Abstract

Saat ini kegiatan budidaya sidat masih mengandalkan benih sidat atau glass eel dari alam. Muara Sungai Cimandiri menjadi salah satu lokasi penangkapan glass eel di Kabupaten Sukabumi yang sangat potensial. Tujuan penelitian ini adalah mengestimasi produktivitas dan efektivitas alat tangkap glass eel di muara Sungai Cimandiri berdasarkan hasil tangkapan utama dan sampingan. Metode penelitian yang digunakan adalah pengamatan langsung. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis produktivitas dan efektivitas serta analisis hasil tangkapan sampingan. Hasil estimasi nilai produktivitas seser sebesar 33,22 g/jam dan sodok sebesar 46,03 g/jam. Hasil tangkapan yang diperoleh yaitu 92,58% hasil tangkapan utama dan 7,42% hasil tangkapan sampingan. Efektivitas dari alat tangkap seser memiliki nilai sebesar 91,76% untuk hasil tangkapan utama dan 8,24% hasil tangkapan sampingan. Sodok memiliki nilai efektivitas sebesar 93,40% untuk hasil tangkapan utama dan 6,60% untuk hasil tangkapan sampingan. Dari nilai tersebut maka alat tangkap sodok memiliki nilai efektivitas yang lebih tinggi daripada alat tangkap seser untuk menangkap glass eel. Kata kunci: benih sidat, efektivitas, hasil tangkapan sampingan, seser, sodok
PENYEBAB KEMATIAN BENUR LOBSTER DAN MITIGASINYA PADA OPERASI PENANGKAPANNYA (STUDI KASUS DI KECAMATAN SIMPENAN KABUPATEN SUKABUMI) Muhammad Faishal Ashshiddiqi; Wazir Mawardi; Zulkarnain; Am Azbas Taurusman
ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut Vol. 6 No. 1 (2022): Albacore
Publisher : Departemen PSP IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/core.6.1.077-089

Abstract

Puerulus atau yang biasa dikenal dengan benur lobster merupakan fase transisi antara fase phyllosoma lobster dan fase juvenile lobster pada life cycle lobster. Penangkapan benur lobster biasanya menggunakan jaring pocong. Kurangnya pengetahuan nelayan di Kecamatan Simpenan terkait penanganan benur lobster dibuktikan dengan fakta bahwa benur hasil tangkapan pernah mengalami mortalitas. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan unit penangkapan, operasional penangkapan, dan proses transportasi benur lobster dari daerah penangkapan ikan hingga pengepul; mengidentifikasi faktor penyebab kematian benur lobster pada operasi penangkapan serta strategi untuk menanganinya. Metode penelitian ini adalah observasi dan wawancara dengan menggunakan pendekatan teknik accidental sampling. Analisis yang digunakan ialah deskriptif dan fishbone analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat tangkap yang digunakan adalah jaring pocong dan alat bantu berupa lampu. Operasi penangkapan benur lobster biasa dilakukan pada malam hari. Transportasi ketika operasi penangkapan biasa menggunakan styrofoam box. Komposisi hasil tangkapan utama terdiri dari benur pasir dan benur. Strategi penanggulangan kematian benur terbagi menjadi 4; nelayan, metode, material, dan alat. Strategi tersebut diantaranya penggunaan air yang cocok sebagai media hidup benur membawa box cadangan, penyimpanan/pengondisian box menghindari perubahan parameter air, pemberian tali sumbu pada jaring. Kata kunci: benur lobster, fishbone analysis, Panulirus ornatus, Puerulus
KELAYAKAN USAHA PERIKANAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.): STUDI KASUS DI DESA KANDANGSEMANGKON, LAMONGAN Lina Indriani; Julia Eka Astarini; Am Azbas Taurusman; Sugeng Hari Wisudo; Mohammad Imron
ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut Vol. 6 No. 2 (2022): Albacore
Publisher : Departemen PSP IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/core.6.2.145-154

Abstract

Desa Kandangsemangkon merupakan salah satu tempat pendaratan ikan kakap merah di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Fasilitas yang ada di wilayah tersebut masih sangat minim dan terbatas sehingga perlu untuk dikembangkan. Namun, sumber dana yang dimiliki masih sangat terbatas sehingga membutuhkan investor untuk mendukung pembangunan fasilitas. Pemilik dana (investor) memerlukan studi kelayakan usaha sebagai bahan pertimbangan untuk mengoptimalkan investasinya. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kondisi terkini dan menganalisis kelayakan usaha perikanan kakap merah yang berbasis di Desa Kandangsemangkon. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria responden yaitu pemilik kapal pancing ulur di Desa Kandangsemangkon yang menangkap ikan kakap merah. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan kondisi perikanan kakap merah. Kelayakan usaha dihitung menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha perikanan kakap merah dengan menggunakan pancing ulur di Desa Kandangsemangkon menggunakan kapal berukuran 10-20 GT, lama trip berkisar 10-12 hari per trip, dengan hasil tangkapan sekitar 786,2 kg per trip. Analisis kelayakan finansial diperoleh nilai NPV sebesar Rp842.664.286, nilai net B/C sebesar 4,04, IRR sebesar 76%, dan nilai PP sebesar 2,75. Usaha perikanan kakap merah yang berbasis di Desa Kandangsemangkon layak untuk diusahakan. Kata kunci: investasi, kakap merah, Kandangsemangkong, kelayakan usaha, Lamongan, pancing ulur
An ecosystem approach to manage pelagic thresher shark (Alopias pelagicus) based in Kutaraja Ocean Fishing Port, Aceh Inda Mardhatillah; Am Azbas Taurusman; Muhammad Fedi Alfiadi Sondita; Ilham Fajri; Muhammad Aris
Depik Vol 11, No 2 (2022): August 2022
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (526.541 KB) | DOI: 10.13170/depik.11.2.25479

Abstract

Sharks is the dominant bycatch of purse seine and bottom longline vessels that landed in Kutaraja ocean fishing port, particularly pelagic thresher shark species (Alopias pelagicus). The management of shark fisheries  in Aceh water is not well implemented.  According to the IUCN red list, the pelagic thresher shark has been classified as an endangered species. The capture and trade of pelagic thresher sharks are regulated by CITES (Appendix II). So that Indonesia has to comply with the procedures of CITES due to it has been adopted through the Decree of Minister of Marine Affairs and Fisheries of the Republic of Indonesia Number 61/PERMEN-KP/2018. However, the exploitation and trading of the A. pelagicus continues and is not properly managed. It will threaten the extinction of the pelagic thresher shark population and in terms of a negative image of fisheries management in Indonesia, in particular.  Thus, integrated management such as the ecosystem approach to fisheries management (EAFM) is needed to solve this problem. This study aims to evaluate the fisheries management status of the pelagic thresher shark based on EAFM indicator of fish resources domain, focusing in the Kutaraja ocean fishing port. This research was conducted by field measurement and interviews with key stakeholders. Data were analyzed using a multi-criteria analysis (MCA) approach through development of a composite index. The results showed that the trend of CPUE  tends to fluctuate in the last 5 years. The total length of the sharks was relatively constant. The proportion of juvenile pelagic thresher sharks was 16% male, and 28% (female), and the shark was bycatch (1%) of the purse seine fishery, the fishing ground was getting further away and seemed to go close to the shark habitat.  Based on this assessment, one could conclude that shark's fishery resources were in 'good' category, however, some indicators need to improve through better fisheries management actions. Keywords: EAFM; Alopias pelagicus; pelagic thresher shark; Kutaraja ocean fishing port