Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan

Potensi Yogurt Rosella Probiotik Lactobacillus plantarum IIA-1A5 atau Lactobacillus fermentum B111K dalam Mengasimilasi Kolesterol Asti Yosela Oktaviana; Irma Isnafia Arief; Irmanida Batubara
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 7, No 3 (2018): Agustus 2018
Publisher : Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.956 KB) | DOI: 10.17728/jatp.2760

Abstract

Yogurt rosella susu kambing merupakan susu kambing fermentasi menggunakan bakteri stater “Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus” serta ditambah ekstrak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L). Bakteri Lactobacillus plantarum IIA-1A5 dan Lactobacillus fermentum B111K digunakan sebagai probiotik pada pembuatan minuman yogurt rosella. Tujuan penelitian untuk mengevaluasi karakteristik dan kemampuan yogurt rosella probiotik dengan menggunakan L. plantarum IIA-1A5 dan L. fermentum B111K dalam mengasimilasi kolesterol secara in vitro dengan lama penyimpanan berbeda. Perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah P1 : Yogurt dengan bakteri L. bulgaricus dan S. thermophilus, P2 : Yogurt rosella dengan L. bulgaricus dan S. thermophilus,  P3 : Yogurt rosella dengan bakteri L. bulgaricus, S. thermophilus dan L. plantarum IIA-1A5,  P4 : Yogurt rosella dengan bakteri L. bulgaricus, S. thermophilus dan L. fermentum B111K. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri L. plantarum IIA-1A5 dan L. fermentum memberikan pengaruh nyata (P<0.05) terhadap nilai viskositas, aktivitas air, total asam tertitrasi (TAT) selama penyimpanan 15 hari. Penggunaan bakteri L. plantarum IIA-1A5 dan L. fermentum B111K tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0.05) terhadap nilai total bakteri asam laktat (BAL) tetapi lama penyimpanan 15 hari memberikan pengaruh nyata (P<0.05). Karakteristik fisik, kimia dan mikrobiologi yogurt rosella probiotik Lactobacillus plantarum IIA-1A5 dan Lactobacillus fermentum B111K selama penyimpanan 15 hari masih baik dan layak untuk dikonsumsi. Selama penyimpanan 15 hari yogurt rosella probiotik Lactobacillus fermentum B111K (YRPF) memiliki potensi mengasimilasi kolesterol tertinggi dengan kolesterol terasimilasi sebesar 4.59 µg/ml dan persentase kolesterol terasimilasi sebesar 15.7%.Potency of Yogurt Roselle Probiotic Lactobacillus plantarum IIA-1A5 or Lactobacillus fermentum B111K in Assimilating CholesterolAbstractYogurt roselle milk goat is fermented milk goat using starter bacteria "Lactobacillus bulgaricus and Streptococcus thermophilus" probiotic bacteria added with rosella flower extract (Hibiscus sabdariffa L). The Lactobacillus plantarum IIA-1A5 and Lactobacillus fermentum B111K bacteria are used as probiotics in the manufacture of functional beverages of rosella yogurt. The objective of the study was to evaluate the characteristics and abilities of probiotic rosella yogurt by using L. plantarum IIA-1A5 and L. fermentum B111K in assimilating cholesterol by in vitro analysis with different storage times. Treatment conducted in this research was P1: yogurt with L. bulgaricus and S. thermophilus bacteria, P2: Yogurt with L. bulgaricus and S. thermophilus bacteria, P3: Yogurt with bacteria L. bulgaricus, S. thermophilus and L. plantarum IIA-1A5 bacteria, P4: rosella yogurt with stater bacteria and L. fermentum B111K. The results showed that L. plantarum IIA-1A5 and L. fermentum had significant effect (P <0.05) on viscosity, water activity, total titrated acids (TAT) during 15 days storage. The use of L. plantarum IIA-1A5 and L. fermentum B111K bacteria did not give significant effect (P> 0.05) to the total value of lactic acid bacteria (BAL) but 15 days storage time gave significant effect (P <0.05). Physical, chemical and microbiological characteristics of yogurt roselle probiotic L. plantarum IIA-1A5 and yogurt roselle probiotic L. fermentum B111K for 15 days storage are still good and feasible for consumption. During the 15 day storage of probiotic yogurt rosella L. fermentum B111K (YRPF) has the potential to assimilate the highest cholesterol with assimilated cholesterol by 4.59 μg/ml and the assimilated cholesterol percentage of 15.7% 
Potensi Ekstrak Daun Senduduk (Melastoma malabathricum L.) sebagai Food Additive pada Sosis Daging Sapi Suharyanto Suharyanto; Henny Nuraini; Tuti Suryati; Irma Isnafia Arief; Dondin Sajuthi
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 8, No 1 (2019): Februari 2019
Publisher : Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (425.223 KB) | DOI: 10.17728/jatp.3147

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi esktrak daun senduduk (EDS) sebagai food additive ditinjau dari sifat fisikokimia dan mikrobiologi sosis daging sapi selama penyimpanan dingin. Sebanyak 40 g bubuk daun senduduk dimaserasi dalam air destilata (1:4; b/v) selama 24 jam pada suhu kamar, disaring, kemudian di-freeze dry. Empat perlakuan diaplikasikan, yaitu kontrol yang mengandung daging sapi, minyak nabati, susu skim bubuk, tepung tapioka, garam, fosfat, es, dan bumbu-bumbu (kontrol); formula kontrol ditambah dengan ekstrak 0,55% (EDS), ditambah garam nitrit 0,0011% (nitrit), dan ditambah keduanya (EDS+nitrit). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan EDS dan kombinasinya dengan nitrit menurunkan susut masak sosis. Kandungan nutrisi semua sosis penelitian masuk dalam kategori SNI. Nilai pH sosis menurun akibat pemberian EDS, bukan oleh lamanya penyimpanan. Lama penyimpanan berpengaruh terhadap meningkatnya aw sosis dengan menghasilkan nilai yang sama pada penyimpanan hari ke-12 untuk semua sosis. EDS dan nitrit memberikan efek yang sama terhadap daya mengikat air (DMA) yang lebih rendah dibanding kontrol pada hari ke-0, tetapi memiliki DMA yang sama pada penyimpanan hari ke-12. Warna sosis tidak berbeda antar sosis dan lamanya penyimpanan kecuali pada sosis yang diberi nitrit memiliki derajat kemerahan lebih tinggi. Penambahan EDS dapat meningkatkan kandungan senyawa fenolat, aktivitas antioksidan pada sosis, dan menurunkan nilai TBARS serta mereduksi nitrit pada setiap masa penyimpanan. Kombinasi EDS dan nitrit menekan pertumbuhan bakteri hingga penyimpanan hari ke-12. Pemberian EDS saja hanya menekan pertumbuhan bakteri hingga hari ke-6. Meskipun demikian secara mikrobiologis, sosis masih masuk kategori SNI kecuali keberadaan Salmonella yang muncul pada hari ke-9.Potential Use of Senduduk (Melastoma malabathricum) Leaf Extract as Food Additive on Beef SausageAbstractThis study aimed to analyze the potency of senduduk leaf extracts (SLE) as a food additive to physicochemical and microbiological properties of beef sausages during refrigerated storage. A-40 g powder was macerated with distilled water (1:4; w/v) for 24 h at room temperature, filtered, and then was freeze-dried. Four treatments were employed including control containing beef, vegetable oil, skimmed milk powder, tapioca, salt, phosphate, ice, and seasons (control); control added extract 0.55% (SLE); sodium nitrite 0.0011% (nitrite); and both (SLE+nitrite). The results showed the addition of SLE and SLE+nitrite decreased the cooking loss. The nutritional content of all sausages fit SNI (Indonesia Nasional Standard) category. The pH of sausage decreased caused by SLE, not by storage. The storage affected increasing aw sausages by yielding the similar value at day 12th. SLE and nitrites exerted an equivalent effect on water holding capacity (WHC) compared to control on day 0 but gave the same WHC at day 12 storage. The Sausage color was not different between treatment and storage except for sausage added with nitrite, which had a higher redness. The SLE increased phenolic compounds, antioxidant activity, but decreased the TBARS value and reduced nitrite residue at each storage period. The SLE and nitrite combination declined the bacterial growth until the 12th day of storage, while SLE delayed bacterial growth until day 6. Nevertheless, microbiologically, sausage was still included in the SNI category except for the presence of Salmonella on day 9.
Karakterisasi Plantarisin IIA-1A5 sebagai Antimikroba dan Evaluasi Aktivitas Sediaan Kering Beku Terenkapsulasi Mochammad Sriduresta Soenarno; Irma Isnafia Arief; Cece Sumantri; Epi Taufik; Lilis Nuraida
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 9, No 1 (2020): February 2020
Publisher : Faculty of Animal and Agricultural Sciences, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1280.627 KB) | DOI: 10.17728/jatp.5480

Abstract

Bakteriosin adalah peptida dengan aktivitas antibakteri yang diproduksi oleh bakteri asam laktat dan digunakan sebagai pengawet alami. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Lactobacillus plantarum IIA-1A5 memproduksi bakteriosin yang diberi nama Plantarisin IIA-1A5 pada medium pertumbuhan yang dibuat dari whey yang diperkaya skim. Untuk aplikasi sebagai pengawet alami dan untuk memperbaiki masa simpan dan aktivitas anti mikrobanya, plantarisin perlu dienkapsulasi dan dikeringbekukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkarakterisasi dan mengevaluasi aktivitas antimikroba dari sediaan plantarisin IIA-1A5 yang terpurifikasi parsial dan terenkapsulasi kering beku. Ekstraksi dan purifikasi dari bakteriosin dimulai dengan presipitasi dengan ammonium sulfat, yang diikuti dengan dialysis, dan penukar kation kromatografi. Purifikasi parsial dari plantarisin kemudian dimikroenkapsulasi dengan maltodextrin kemudian dilanjutkan dengan proses kering beku. Berdasarkan pada SDS-PAGE, fraksi protein ke-7 (F7) dari plantarisin yang dipurifikasi parsial memiliki pita tunggal dan berat molekul sekitar 9,65 kDa. Konfirmasi lebih lanjut dengan menggunakan MALDI-TOF MS, ternyata pita tunggal tersebut terdiri dari 5 peptida yang diidentifikasi berbobot molekul masing-masing sebagai berikut 5,5, 7,80, 7,96, 9,09, dan 9,27 kDa. Plantarisin kering beku memiliki aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus  aureus tiga kali lipat dibandingkan dengan aktivitas antimikroba dari supernatan bebas sel, dan lebih tinggi dibandingkan dengan nisin, namun kurang bila dibandingkan dengan antibiotik ampisilin dan penisilin. Kesimpulannya, aktivitas antimikroba plantarisin kering beku dapat ditentukan dan lebih tinggi dibandingkan dengan nisin, ampisilin dan penisilin.Characterization of Plantarisin IIA-1A5 as Antimicrobial subtances and Evaluation of Acitivity of Freeze-dried Microencapsulated PreparationAbstractBacteriocins are peptides with antibacterial activity produced by lactic acid bacteria and used as natural preservatives. Previous studies showed that Lactobacillus plantarum IIA-1A5 produces bacteriocin named plantaricin IIA-1A5 in the medium consisting whey enriched with skim milk. For application as food preservatives and to improve its shelf-lie and activity, plantaricin was needed to be microencapsulated and freeze dried. The objective of this research was to characterize and evaluate the activity of partially purified freeze dried microencapsulated plantaricin IIA-1A5. Characterisation of partially purified plantaricin IIA-IA5 includes the identification of active fractions and molecular weight, evaluation of activity at different stage of purification and evaluation of antimicrobial activity of freeze dried microencapsulated plantaricin IIA-IA5. Extraction and prificafication of the bacteriocins started with precipitacion with ammonium sulfate, followed by dialysis, and cation exchange chromatography. The partial purified of plantaricin was then microencapsulated in maltodextrin followed by freeze drying. Based on SDS-PAGE, the protein fraction F7 of partially purified plantaricin had a single band and molecular weight about 9.65 kDa. Further analyses using MALDI-TOF, it revealed that five peptides were identified from one single band plantaricin with molecular weight 5.5, 7.80, 7.96, 9.09, and 9.27 kDa, respectively. The freeze dried plantaricin freeze showed antimicrobial activity against Staphylococcus aureus three times stringer as compared to the activity of cell free supernatant, and was higher than nicin, but less than antibiotic ampicilin and penicilin. As concusion, the activity of freeze dried plantaricin could be determined and had a higher value than nicin, ampicilin and penicilin.