Claim Missing Document
Check
Articles

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN DAERAH PROSPEKTIF UNTUK PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KELAPA Hermiza Mardesci; Santosa Santosa; Novizar Nazir; Rika Ampuh Hadiguna
Sistemasi: Jurnal Sistem Informasi Vol 8, No 2 (2019): Sistemasi: Jurnal Sistem Informasi
Publisher : Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.567 KB) | DOI: 10.32520/stmsi.v8i2.503

Abstract

Pengembangan agroindustri kelapa di sentra daerah penghasil kelapa masih perlu ditingkatkan. Hal ini disebabkan karena masih banyaknya petani kelapa yang masih bertahan dengan tradisi lama, yaitu menjual kelapa bulat tanpa mengolahnya terlebih dahulu. Salah satu strategi pengembangan adalah dengan menentukan daerah potensial untuk pengembangan agroindustri tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan daerah potensial atau daerah yang prospektif untuk pengembangan agroindustri kelapa. Kriteria yang digunakan adalah jumlah penduduk, luas areal, jumlah produksi, dan jumlah petani kelapa. Sedangkan alternatif adalah mencakup semua daerah penghasil kelapa. Lokasi penelitian dilakukan di kabupaten Indragiri Hilir, yang terdiri atas 20 daerah penghasil kelapa, yaitu Batang Tuaka, Concong, Enok, Gaung Anak serka, Gaung, Kateman, Kempas, Kemuning, Keritang, Kuala Indragiri, Mandah, Pelangiran, Pulau Burung, Reteh, Sungai Batang, Tanah Merah, Teluk Belengkong, Tembilahan, Tembilahan Hulu, dan Tempuling. Penentuan daerah prospektif menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan bantuan program Expert Choice. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa daerah yang paling prospektif untuk pengembangan agroindustri kelapa di Indragiri Hilir adalah Kecamatan Mandah, dengan bobot 0.150.Hasil dari penelitian ini bisa digunakan sebagai pendukung keputusan dalam menentukan daerah untuk pengembangan agroindustri kelapa.
Nilai Tambah yang Adil pada Pelaku Rantai Pasok Gambir di Sumatera Barat Hendra Saputra; Novizar Nazir; Rina Yenrina
Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Vol 7, No 3 (2018)
Publisher : Department of Agro-industrial Technology, University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (856.36 KB) | DOI: 10.21776/ub.industria.2018.007.03.5

Abstract

AbstrakGambir merupakan komoditas unggulan Sumatera Barat. Di dalam pemasaran produk gambir, terdapat rantai pemasaran yang sangat panjang hingga diterima ditangan konsumen akhir. Distribusi nilai tambah masing-masing pelaku rantai pemasaran tidak mendapatkan porsi yang seimbang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keseimbangan nilai tambah yang diperoleh setiap pelaku rantai pasok menggunakan metode Hayami Termodifikasi untuk menghitung nilai tambah dan analytical network process untuk menganalisis tingkat risiko pada pelaku rantai pasok gambir. Pada skala industri dengan kapasitas pabrik pengolahan 1.250 kg gambir/jam di tingkat eksportir, harga jual gambir masyarakat Rp45.000/kg dan harga gambir katekin (produksi eksportir) Rp189.000/kg diperoleh perbandingan porsi nilai tambah petani (21%): pedagang pengumpul (27%): eksportir lokal (52%), hal ini menunjukan petani medapatkan porsi nilai tambah terendah dibandingkan pedagang pengumpul dan eskportir lokal. Tingkat risiko yang dihadapi petani memperoleh nilai tertinggi (0,477), eksportir lokal (0,281), pedagang pengumpul (0,183) dan konsumen (0,058). Hasil penyeimbangan prosi nilai tambah dan tingkat risiko masing-masing pelaku rantai pasok gambir yaitu petani mengalami peningkatan porsi nilai tambah Rp/kg produk yaitu dari Rp39.242 menjadi Rp88.722, pedagang pengumpul mengalami penurunan yaitu dari Rp49.514 menjadi Rp34.038 selanjutnya ekportir lokal mengalami penurunan dari Rp97.244 menjadi Rp52.266. Keseimbangan nilai tambah ini dapat dijadikan kebijakan untuk menetapkan harga yang stabil untuk komoditas gambir dengan tujuan mempertahankan keberlangsungan bisnis gambir di Sumatera Barat.Kata kunci: gambir, keseimbangan nilai tambah, nilai tambah, rantai pasok, risiko AbstractGambier is a superior commodity in West Sumatra. Marketing process in gambier products have a very long marketing chain until it is accepted by the end consumer. The value-added distribution of each marketing chain does not get a balanced portion. This research was conducted to determine the balance of added value obtained by each supply chain actor using the Modified Hayami method to calculate added value and analytical network process to analyze the level of risk in gambier supply chain actors. On an industrial scale with a processing plant capacity of 1250 kg gambier/hour at the exporter level, the selling price of community gambier is IDR 45,000 / kg and the price of catechin gambier (exporter production) IDR 189,000 / kg is obtained by comparison of the value-added portion of farmers (21%): traders collectors (27%): local exporters (52%), this shows that farmers get the lowest portion of added value compared to local collectors and exporters. The level of risk faced by farmers is the highest (0.477), local exporters (0.281), collector traders (0.183) and consumers (0.058). The proceeds of equal value-added risk and the level of risk of each gambier supply chain actor, namely farmers experience an increase in the value-added portion of IDR/kg of product, from IDR 39,242 to IDR 88,722, collector traders decrease, from IDR 49,514 to IDR 34,038. Local exporters decreased from IDR 97,244 to IDR 52,266. This balance of added value can be used as a policy to set a stable price for gambier commodities with the aim of maintaining the sustainability of gambier business in West Sumatra.Keywords: balance value-added, gambier, risk, supply chain, value-added
STUDI PEMURNIAN GAMBIR (Uncaria gambir Roxb) DENGAN MENGGUNAKAN ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG KELAPA SAWIT SEBAGAI ADSORBEN Norman Ferdinal; Novizar Nazir
Jurnal Riset Kimia Vol. 4 No. 1 (2010): September
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jrk.v4i1.81

Abstract

  ABSTRACTThe purpose of this research is to know the effect of particle size and concentration activator MgCl2 to effectiveness the active carbon and examine the ability of the best active carbon that produced as adsorben to purifying gambier. This research is done in 3 steps: (A) the making of the active carbon from variety of size : ≥ 250µm (A1),180µm < F ≤ 250µm (A2), 125µm < F ≤ 80 µm (A3) and F ≤ 125 (A4) and some the activator concentration MgC12 : 0% (B1), 20% (B2), 40% (B3), 60% (B4) and 80% (B5), (B) the testing quality of the active carbon include the content of water and adsorbable Iod and (C) the testing of active carbon as adsorben to purifying of gambier. To examine about the quality of active carbon got the best active carbon from carbon of coconut shell of sawit by size ≤ 125µm with activator concentration 20% MgC12 with the content of water 2.23% and adsorbable Iod 3080.97 (mg/g). The gambir rendemen the best purifying that produced is 55.5% by the content of dust 1.303% and the content of catechin 72.40%. Keywords: Catechin compounds, Active carbon.   
Model Kebijakan Perkebunan Nilam di Pasaman Barat dengan Pendekatan Sistem Dinamis Dina Rahmayanti; Rika Ampuh Hadiguna; Santosa Santosa; Novizar Nazir
Jurnal Optimasi Sistem Industri Vol. 18 No. 1 (2019): Published in May 2019
Publisher : The Industrial Engineering Department of Engineering Faculty at Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (604.623 KB) | DOI: 10.25077/josi.v18.n1.p65-74.2019

Abstract

This study aims to design a model by providing several policy alternatives that are useful to assist the government in determining appropriate policies in increasing patchouli oil production from the supply aspect. The supply to be studied is patchouli plantations. The plantation is one of the important aspects affecting patchouli oil production. The choice of alternatives is based on testing alternative policies on a computerized model. Patchouli plantation models are made in line with real systems using system dynamics. From the results of the study, there are several policy alternatives that can be taken by the government, policies related to land expansion and conversion, policies related to increasing agricultural production, policies related to human resource improvement, policies related to agricultural equipment assistance and policies related to the use of superior seeds in plantations.
SYNTHESIS, CHARACTERIZATION AND MODIFICATION OF FLEXIBLE POLYURETHANE FOAMS USING RAW MATERIALS FROM BIOPOLYOLS BASED ON PALM OIL AND OTHER VEGETABLE OILS: A REVIEW Neswati Neswati; Novizar Novizar; Syukri Arif; Yusniwati Yusniwati
Jurnal Agroindustri Vol 9, No 2 (2019)
Publisher : BPFP Faperta UNIB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/j.agroindustri.9.2.66-82

Abstract

Flexible polyurethane foams is the most produced foam compared to other types of polyurethane foams. The raw material for polyurethane foams is usually derived from petroleum polyols. The availability of petroleum which is getting thinner needs to be sought alternative raw materials for polyurethane foams from vegetable polyols (biopolyols). The relatively high productivity of palm oil causes the potential of palm oil to be used as raw material for flexible polyurethane foams compared to other vegetable oils. Various formulations and modifications that have been made in synthesizing flexible polyurethane foams from various types of biopolyols are aimed at increasing the usability and to produce flexible polyurethane foams with characteristics close to polyols made from petroleum-based foams.Busa poliuretan fleksibel merupakan busa yang paling banyak diproduksi dibanding dengan jenis busa poliuretan yang lain. Bahan baku busa poliuretan biasanya berasal dari poliol minyak bumi. Semakin berkurangnya ketersediaan  minyak bumi,  maka perlu dicari alternatif  bahan baku busa poliuretan dari poliol nabati (biopoliol). Produktivitas kelapa sawit yang cukup tinggi menyebabkan minyak kelapa sawit cukup potensi digunakan sebagai bahan baku busa poliuretan dibandingkan dengan minyak nabati lain. Berbagai formulasi dan modifikasi yang telah dilakukan dalam mensintesis busa poliuretan fleksibel  dari berbagai jenis biopoliol  bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan untuk menghasilkan busa poliuretan fleksibel dengan karakteristik mendekati busa berbahan baku poliol dari minyak  bumi.
Utilization of mensiang (Actinoscorpus grosus L.) as a cellulose-rich material for furfural synthesis Fransiska Angelina G Rezekinta; Anwar Kasim; Novizar Nazir; F Failisnur
Jurnal Litbang Industri Vol 11, No 2 (2021)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24960/jli.v11i2.7212.117-123

Abstract

The cellulose content of mensiang varies from 22% in the flower to 33% in the root. This could be used as a starting point for furfural synthesis. To separate furfural, several conditions are set for the distillation and evaporation processes. The conditions were rootstock part (A), upper stem part (B), whole stem part (C), whole stem with flowers part (D), and whole stem, flowers, and root part (E). Furfural content in the mensiang plant was conducted using Gas Chromatography-Mass Spectroscopy (GCMS) for the highest yield 11.78%, D treatment. Furfural synthesized from the mensiang plant has a furfural content of 96%. Furfural's density was 1.160 g/ml, boiling point was 161 oC, refractive index was 1.5120 obrix, and its viscosity was 1.46 cp.
Pengaruh Komposisi Arang Sekam Padi dan Arang Kulit Biji Jarak Pagar Terhadap Mutu Briket Arang Nilma Yuliza; Novizar Nazir; Masrul Djalal
Jurnal Litbang Industri Vol 3, No 1 (2013)
Publisher : Institution for Industrial Research and Standardization of Industry - Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (504.846 KB) | DOI: 10.24960/jli.v3i1.617.21-30

Abstract

Briquette is a fuel derived from biomass. Biomass used in this study were rice husks and Jatropha seed husks. Adhesives are materials which are used to provide adhesion to the briquettes.  Adhesives used was 5% of the weight of charcoal.  Briquettes are made from jatropha seed husks is higher in density and compressing strength,  but lower in the water content, carbon and calorific value. While briquettes made from rice husk has a high calorific value and flammable, but lower in density and compressing strength. The purpose of this study to determine the effect of different composition levels of rice husk and jatropha seeds husks to  briquettes quality according to  Indonesian National Standard SNI 01-6235-2000 for  briquettes. The design used was Completely Randomized Design (RCD), with 4 treatments and 3 replications. In this study, the composition of jatropha seeds husks and  rice husk were as follow: 30%: 70%;  25%: 75%; 20%: 80%;  and 15%: 85%.  Each product was then analyzed chemically and physically. Data were analyzed using the F test followed by a test of Duncan's New Multiple Range Test (DNMRT) on the significant level of 5%. The results of this study indicated that the composition of the material for briquettes were  significantly  effect on moisture content, ash content, heating value,  volatile matter, fixed carbon, density and compressive strength as well as the combustion rate.  The average value of ash content, heating value quality, volatile matter and the density of the wood yet meet the SNI 01-6235-2000 for briquette.  While the average value of moisture content, fixed carbon, compressing strength meet SNI 01-6235-2000 standard for briquettes. The results showed that the best briquette was the composition treatment of 30%: 70% (30% of jatropha seed husks: 70% of rice husks) with a calorific value of 3906.27 cal/g.ABSTRAKBriket arang merupakan bahan bakar yang berasal dari biomassa. Biomassa yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekam padi dan kulit biji jarak pagar dengan pemakaian perekat 5% dari berat arang. Briket arang adalah arang yang diolah lebih lanjut menjadi bentuk briket yang dapat digunakan untuk keperluan energi sehari-hari. Briket yang terbuat dari kulit biji jarak pagar lebih tinggi di dalam kerapatan dan keteguhan tekan, tetapi lebih rendah di dalam kadar air, karbon terikat dan nilai kalor. Sedangkan briket yang terbuat dari sekam padi memiliki nilai kalor yang cukup tinggi dan mudah terbakar, tetapi lebih rendah di dalam kerapatan dan keteguhan tekan.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan tingkat perbandingan komposisi arang sekam padi dengan arang kulit biji jarak pagar terhadap mutu briket arang yang dihasilkan dan mendapatkan komposisi terbaik dalam pembuatan briket arang berdasarkan SNI 01/6235/2000 briket arang kayu. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan,  dengan perlakuan tingkat perbandingan komposisi arang kulit biji jarak pagar dengan arang sekam padi sebanyak 30%:70%, 25%:75%, 20%:80%, dan 15%:85%. Masing-masing produk tersebut kemudian dilakukan analisa kimia dan fisik. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan uji F kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komposisi bahan pembuat briket arang memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar air, kadar abu, kualitas nilai kalor, volatile matter, fixed carbon, kerapatan dan kekuatan tekan serta laju pembakaran. Rata-rata nilai kadar abu, kualitas nilai kalor, volatile matter dan kerapatan belum memenuhi SNI 01-6235-2000 briket arang kayu. Sedangkan rata-rata nilai kadar air, fixed carbon, kekuatan tekan memenuhi SNI 01-6235-2000 briket arang kayu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa briket arang yang terbaik adalah pada perlakuan 30%:70% dengan nilai kalor 3906,27 kal/gram.
PERMINTAAN DAN PENAWARAN TANAMAN OBAT TRADISIONAL DI PROVINSI SUMATERA UTARA Rahmad Syukur Siregar; Rika Ampuh Hadiguna; Insannul Kamil; Novizar Nazir; Nofialdi Nofialdi
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 13 No 1 (2020): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jtoi.v13i1.2037

Abstract

ABSTRACT Medicinal plants are plants that can be used as raw materials for traditional medicine, which if it consumed will increase immunity. Indonesian medicinal plants have a high contribution to world drug production. North Sumatra is one of the provinces producing a variety of traditional medicinal plants. There are 63.10% of Indonesian people choose self-medication and there are 21.41% of them take traditional medicine and 3.96% do other treatments. In less than 6 years from 2000 to 2006 there was an increase of the traditional medicine utilization reach of 23.10%. This fact shows that traditional medicinal plants have a strong potential in improving the economy of North Sumatra Province. This study aims to determine (1) the development of traditional medicinal plant production, (2) the form of consumption of traditional medicinal plants, (3) the trade of traditional medicinal plants in North Sumatra, (4) the relationship between the exchange rate and the amount of exports of traditional medicinal plants. The research was carried out by literature study and quantitative approach study. The population and sample study was the people who use medicinal plant and traditional medicine in the province of Sumatra. The study also used secondary data from various sources about the use of traditional medicinal plants. The results of the study revealed that (1) Production of traditional medicinal plants (ginger, galangal, kencur, turmeric, lempuyang, temulawak, temuireng, temulawak, temukunci, cucumber, cardamom, Noni, crown of the gods, kejibeling, bitter and aloe vera) in North Sumatra Province from 2013-2017 were very fluctuatif (2) Consumption of traditional medicinal plants in the North Sumatra province from 2013-2017 has increased and the consumption was vary as follows of: traditional medicine ingredients and as raw material for the pharmaceutical industry, industry of traditional medicinal plants and microbusiness of medicinal plants traditional, (3) trade in traditional medicinal plants in the province of North Sumatra carried out between districts, provinces and international (export) (4) There is no relationship between international trade in medicinal plants with the exchange rate of the rupiah. Keywords: traditional medicinal plants, trade, consumption, exchange rates, exports ABSTRAK Tanaman obat merupakan tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat tradisional, yang bila dikonsumsi akan meningkatkan kekebalan tubuh. Tanaman obat Indonesia memiliki kontribusi yang tinggi terhadap produksi obat dunia. Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi penghasil aneka ragam tanaman obat tradisional. Data menyebutkan bahwa 63,10% masyarakat Indonesia memilih pengobatan sendiri, sebanyak 21,41% melakukan pengobatan tradisional dan 3,96% melakukan pengobatan lain. Dalam kurun waktu 6 tahun dari tahun 2000 sampai 2006 terjadi peningkatan penggunaan obat tradisional sebanyak 23,10%. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tanaman obat tradisional memiliki potensi yang kuat dalam meningkatkan perekonomian Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) perkembangan produksi tanaman obat tradisional, (2) bentuk konsumsi tanaman obat tradisional, (3) perdagangan tanaman obat tradisional di Sumatera Utara dan (4) hubungan antara nilai kurs dengan jumlah ekspor tanaman obat tradisional. Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur dan kuantitatif. Populasi dan sampel penelitian merupakan masyarakat yang melakukan pengobatan secara tradisional di berbagai kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara dan juga menggunakan data sekunder dari berbagai sumber terkait penggunaan tanaman obat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Produksi tanaman obat tradisional (jahe, lengkuas, kencur, kunyit, lempuyang, temulawak, temuireng, temulawak, temukunci, dringgo, kapulaga, mengkudu, mahkota dewa, kejibeling, sambiloto dan lidah buaya) di Provinsi Sumatera Utara mengalami fluktuasi dari tahun 2013-2017 (2) Konsumsi tanaman obat tradisional di Provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan dari tahun 2013-2017 dan konsumsi dilakukan dalam bentuk ramuan oleh masyarakat serta dijadikan sebagai bahan baku untuk industri farmasi, industri tanaman obat tradisional dan usaha mikro tanaman obat tradisional, (3) perdagangan tanaman obat tradisional di provinsi Sumatera Utara dilakukan antar kabupaten, provinsi dan internasional (ekspor) (4) Tidak ada hubungan antara perdagangan tanaman obat secara internasional dengan nilai kurs rupiah. Kata kunci: tanaman obat tradisional, perdagangan, konsumsi, kurs, ekspor
TANAMAN BIOFARMAKA; PENYAKIT DAN EKONOMI Rahmad Syukur Siregar; Rika Ampuh Hadiguna; Insannul Kamil; Novizar Nazir; Nofialdi Nofialdi
JURNAL PERTANIAN CEMARA Vol 17 No 1 (2020): JURNAL PERTANIAN CEMARA (CENDEKIAWAN MADURA)
Publisher : Fakultas Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24929/fp.v17i1.1041

Abstract

Penentuan komoditas unggulan tanaman biofarmaka menjadi fokus utama Kota Medan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat sekaligus menjadi lokomotif ekonomi berkelanjutan. Metode penelitian ini menggunakan metode LQ dan SS, IJAH Analytics dan Studi Pustaka (library research). Hasil analisis melalui metode LQ ditetapkan 3 komoditas tanaman biofarmaka Kota Medan dengan pertumbuhan yang berbeda dan mampu bersaing dengan berbagai komoditas sejenis daerah lain. Pengunaan IJAH Analytics membuktikan komoditas tersebut menghasilkan 14 protein, 52 senyawa kimia dan mampu mengobati 25 penyakit. Hasil studi pustaka memberikan informasi bahwa berbagai jenis penyakit yang dapat disembuhkan menggunakan tanaman Biofarmaka menjadi peluang ekonomi bagi Kota Medan. Menciptakan industrialisasi terhadap komoditas, melalui penciptaan produk akhir yang siap dikonsumsi masyarakat, promosi serta menyediakannya dalam pengobatan medis pada rumah sakit, maka komoditas tanaman biofarmaka akan menjadi lokomotif percepatan ekonomi Kota Medan.
PENYULUHAN, PELATIHAN, DAN PERAGAAN PROSES PENGOLAHAN KENTANG MENJADI BERBAGAI PRODUK PANGAN KOMERSIL Rini B; Fauzan Azima; Kesuma Sayuti; Novelina Novelina; Rina Yenrina; Novizar Nazir; Tuty Anggraini; Hasbullah Hasbullah; Aisman Aisman; Daimon Syukri; Diana Sylvi; Purnama Dini Hari; Ismed Ismed; Cesar Welya Refdi; Wellyalina Wellyalina; Felga Zulfia Rasdiana; Reni Koja
LOGISTA - Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 5 No 1 (2021)
Publisher : Department of Agricultural Product Technology, Faculty of Agricultural Technology, Universitas Andalas Kampus Limau Manis - Padang, Sumatera Barat Indonesia-25163

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/logista.5.1.248-252.2021

Abstract

Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas Padang ini bekerja sama dengan mitrayaitu Pondok Pesantren Dr M Natsir di Batu Bagiriak Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat. Lokasi kegiatan pengabdian merupakan pondok pesantren yang mana di lingkungan sekitar kaya akan hasil pertanian dan perkebunan. Salah satu komoditi yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat sekitaran pondok pesantren adalah kentang. Tanaman kentang ditanam masyarakat di pinggiran kebun atau di pekarangan rumah, tanaman ini tumbuh subur dan berproduksi cukup tinggi di daerah ini. Permasalahan yang dihadapi oleh mitra adalah 1) Umumnya kentang hanya dijual dalam bentuk mentah, pengolahan yang umum dilakukan masyarakat setempat hanya sekedar direbus atau digoreng saja dengan campuran dengan cabe merah, 2) Kurangnya pengetahuan anggota kelompok dalam aspek pengolahan berbagai macam produk olahan. Kegiatan yang telah dilaksanakan oleh tim pengabdian masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan mitra adalah 1) Mengevaluasi kegiatan budidaya pertanian dan perkebunan yang ada dilokasi mitra, 2) Kegiatan penyuluhan pengolahan produk olahan dari kentanguntuk meningkatkan nilai jual produk dan ekonomi petani 3) Diversifikasi produk olahan dari kentang untuk meningkatkan umur simpan produk dengan pembuatan berbagai macam produk yaitu donat frozen, stik frozen, es krim, kulit kebab, dan minuman fungsional. Kegiatan ini berlangsung dengan baik dan lancar serta tingginya antusias peserta dalam mengikuti kegiatan ini terutama pada kegiatan pengolahan produk. Kegiatan ini diharapkan meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi usaha mitra,dan peningkatan pendapatan mitra. Kata Kunci: Batu Bagiriak Alahan Panjang, Pertanian, Kentang, Diversifikasi, Wirausaha
Co-Authors ., Yusniwati ADIF, RIANDY MARDHIKA Aisman Aisman Aisman Aisman Alfi Asben Anak Agung Ketut Sudharmawan Anak Agung Sagung Putri Risa Andriani Andriani, Novia Anggraini, Tuty Anwar Kasim Aprialis Aprialis Aprialis, Aprialis Aswin, Shabrina Nashya Atqonnul Fadli Cesar Wellya Refdi Cesar Welya Refdi Daimon Syukri Desniorita Desniorita Dewi Larasati Dewi Larasati, Dewi Diana Sylvi Dina Rahmayanti Dinata, Wanda Krisna Dzulqa, Rahma Dzulqa Eko Rini Indrayatie Ery Pratiwi F Failisnur Fachrur Rozi Farida Yani Fauzan Azima Felga Zulfia Radiana Felga Zulfia Rasdiana Felga Zulfia Rasiana fitriana, ika Fitriana, Ika Fransiska Angelina G Rezekinta Gumala, Rilda Gunarif Taib Gustiarini Rika Putri Hasbullah Hasbullah Haslina Haslina Haslina Haslina Hathiqah, Nurul Hendra Saputra Hendra Saputra Hijratun Amini Idil Saputra Irfan Suliansyah Ismed Ismed Ismed Ismed Jufriadif Na`am, Jufriadif Kamil, Insannul Krisnawan Kalimutu Leffy Hermalena Leffy Hermalena Lubis, Alfian Syukri Lucia Saraswati Mardesci, Hermiza Masrul Djalal Masrul Djalal Melinda Noer Nalwida Rozen Neswati Neswati Neswati Neswati Ni Luh Putu Putri Setianingsih Nilma Yuliza Nilma Yuliza, Nilma Ninsix, Retti Nofialdi, Nofialdi Norman Ferdinal Norman Ferdinal Novelina Novia Andriani Nurul Hathiqah Pratiwi, Ery Purnama Dini Hari Rahma Dzulqa Dzulqa Rahma Yanti, Nika RAHMAT SYAHNI Rahmatika Rahmatika Rahmatika, Rahmatika Rahmayani Rahmayani Reni Koja Retti Ninsix Riandy Mardhika Adif Rika Ampuh Hadiguna Rilda Gumala Rina Yenrina Rince Alfia Fadri Rince Alfia Fadri Rini B Rini Rini Rozi Atifah Nur Salim, Emil Santosa Santosa Santosa Santosa Santosa Santosa Santosa Santosa Saputra, Idil Sari, Wiwit Juita Sayuti, Kesuma Shabrina Nashya Aswin Shabrina Nashya Aswin Shinta Mutia Sari Siregar, Rahmad Syukur Syukri Arif Wanda Krisna Dinata Warnita Warnita Warnita Warnita Wellyalina, Wellyalina Welya Refdi, Cesar Widyatmani Sih Dewi Wiwit Juita Sari Yofita Sandra, S.Pd., M.Pd., Zico Farlin, Dr. Budiwirman, M.Pd., Yurniwati Yurniwati Zaadah Zaadah Zaadah, Zaadah