Winarso D. Widodo
Departemen Agronomi Dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Bogor Agricultural University), Indonesia Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680

Published : 49 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

The Use of Clay as Potassium Permanganate Carrier to Delay the Ripening of Raja Bulu Banana Edi Santosa; Winarso D. Widodo; , Kholidi
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 1 No. 2 (2010): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1412.931 KB) | DOI: 10.29244/jhi.1.2.88-95

Abstract

ABSTRACTThe objective of this experiment was to study the usage of clay as potassium permanganate (KMnO4) carrier during storage of banana var. Raja Bulu. A 1,000 g air-dried-clay was incorporated well with 500 ml aquadest, added with 100 ml KMnO4 solution (75 %) made into paste. After air dried for 24 hours and then the powder was put in cheese cloth. Three different amount of clay powder were used as treatment, i.e., 10 g, 30 and 50 g for six fingers of banana with three replicates. Results showed that clay powder effective as KMnO4 carrier for storage of banana var. Raja Bulu. Level of clay powder 30 and 50 g significantly increased banana shelf life as indicated by skin color and hardness by 18 days after treatments, as compared to the control. Application of 30 g clay powder resulted in optimum banana storage as compared to other treatments. This experiment indicates that clay powder is promising as KMnO4 carrier.Key words: absorber, clay powder, post harvest, potassium permanganate, Raja Bulu
Kriteria Kemasakan Buah Pepaya (Carica papaya L.) IPB Callina dari Beberapa Umur Panen M. Luthfan Taris; Winarso D. Widodo; Ketty Suketi
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 6 No. 3 (2015): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.916 KB) | DOI: 10.29244/jhi.6.3.172-176

Abstract

ABSTRACTPapaya is one of the climacteric fruit that has a short shelf life. It has high potential as a source of vitamins and minerals. This research was aimed at studying the maturity criteria of postharvest ripeness of Callina papaya fruit of several picking ages and to determine the best picking ages for postharvest handling in order to extend the shelf life. Experiment was conducted in the Research Center for Tropical Horticulture, Bogor Agricultural University (PKHT, IPB) Papaya Farm Tajur, Bogor and postharvest ripening test was conducted at Postharvest Laboratory, Department of Agronomy and Horticulture, Bogor Agricultural University in February to July 2014. Experiment consisted of 4 treatments: 115, 120, 125 and 130 days after anthesis (DAA) with 3 replications. The longest shelf life for papaya Callina was obtained by fruit picked at 115 DAA (heat unit 2010.06 0C day) with the shelf life of 8 days. Picking ages 120 DAA (heat unit 2102.13 0C day) was the best picking ages for treatment to extend the shelf life because of the good chemical quality contained and its shelf life of 7 days. The older papaya fruits ripened faster than the younger papaya fruit. Younger papaya has a lower respiration rate than the older papaya. Picking ages did not affect the physical quality but affect the chemical quality of papaya fruit at the same postharvest maturity level.Kata kunci: Callina, chemical quality, physical quality, shelf life ABSTRAK Pepaya merupakan salah satu buah klimakterik yang memiliki daya simpan pendek, tetapi memiliki potensi yang tinggi sebagai sumber vitamin dan mineral. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kriteria kematangan pascapanen buah pepaya Callina dari beberapa umur panen dan menentukan saat panen terbaik untuk penanganan pascapanen dalam rangka memperpanjang masa simpan. Buah untuk percobaan diperoleh dari kebun pepaya Pusat Kajian Hortikultura Tropika, Institut Pertanian Bogor (PKHT, IPB) Tajur, Bogor dan pengujian kematangan pascapanen dilakukan di Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor pada bulan Februari - Juli 2014. Percobaan terdiri atas 4 perlakuan: 115, 120, 125 dan 130 hari setelah antesis (HSA) dengan 3 ulangan. Umur simpan terlama pepaya Callina diperoleh pada umur panen 115 HSA (satuan panas sebesar 2010.06 0C hari) dengan umur simpan 8 hari. Umur panen 120 HSA (satuan panas sebesar 2102.13 0C hari) merupakan umur panen terbaik untuk perlakuan memperpanjang umur simpan karena mutu kimia baik dengan umur simpan 7 hari. Buah pepaya yang dipanen tua lebih cepat masak dibandingkan dengan buah pepaya yang dipanen muda. Pepaya yang dipanen muda memiliki laju respirasi yang lebih rendah dibandingkan dengan pepaya yang dipanen tua. Umur panen tidak mempengaruhi mutu fisik tetapi mempengaruhi mutu kimia buah pepaya pada tingkat kematangan pascapanen yang sama.Kata kunci: Callina, mutu fisik, mutu kimia, umur simpan
Appropriate Duration of Drought Stress for Madura Tangerine Flower Induction Resa Sri Rahayu; Roedhy Poerwanto; Darda Efendi; Winarso Drajad Widodo
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 11 No. 2 (2020): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jhi.11.2.82-90

Abstract

Cekaman kekeringan merupakan salah satu teknik yang dilakukan untuk menginduksi bunga jeruk keprok di luar musim dalam upaya memenuhi ketersediaan buah jeruk keprok sepanjang tahun. Durasi cekaman kekeringan yang tepat penting dipelajari untuk menghindari cekaman berat dan mendapatkan hasil bunga yang optimum. Penelitian ini bertujuan menentukan durasi cekaman kekeringan yang tepat untuk menginduksi bunga jeruk keprok dataran rendah varietas Madura. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan PKHT-IPB dengan ketinggian ± 300 mdpl dari bulan April-Mei 2019. Percobaan dirancang dengan RAK (Rancangan Acak Kelompok) dengan satu faktor perlakuan yaitu durasi cekaman kekeringan dengan lima taraf: tanpa cekaman kekeringan sebagai kontrol, durasi cekaman kekeringan satu minggu, durasi cekaman kekeringan dua minggu, durasi cekaman kekeringan tiga minggu dan durasi cekaman kekeringan empat minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa durasi cekaman kekeringan mempengaruhi keberhasilan induksi bunga jeruk keprok Madura. Durasi cekaman kekeringan selama 2, 3 dan 4 minggu dengan nilai kadar air secara berturut-turut 81.81%, 65.21% dan 55.39% dari kapasitas lapang berhasil menginduksi bunga. Bunga muncul pada 3, 2 dan 1 minggu setelah rewatering dan pengairan rutin secara berturut-turut pada perlakuan durasi cekaman 2, 3 dan 4 minggu. Tiga minggu tanpa irigasi merupakan durasi cekaman kekeringan optimum untuk induksi bunga jeruk keprok Madura.
Cekaman Severe Drought Stress Influences the Success of Madura Tangerine Flower InductionKekeringan Berat Mempengaruhi Keberhasilan Induksi Bunga Jeruk Keprok Madura Resa Sri Rahayu; Roedhy Poerwanto; Darda Efendi; Winarso Drajad Widodo
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 11 No. 1 (2020): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jhi.11.1.13-23

Abstract

Induksi bunga jeruk keprok di luar musim melalui cekaman kekeringan merupakan salah satu upaya memenuhi ketersediaan buah jeruk keprok sepanjang tahun. Tingkat cekaman kekeringan yang dapat menginduksi bunga memiliki ambang batas tertentu sehingga cekaman yang terlalu berat dapat mempengaruhi keberhasilan induksi bunga. Penelitian ini bertujuan membuktikan bahwa cekaman kekeringan yang terlalu berat dapat mempengaruhi keberhasilan induksi bunga jeruk keprok dataran rendah varietas Madura. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Tajur PKHT-IPB dengan ketinggian ± 300 mdpl dari bulan Maret-Oktober dan dirancang dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor yaitu tingkat cekaman kekeringan dengan tiga taraf: tanpa cekaman kekeringan sebagai kontrol (pengairan rutin dengan 100% kadar air kapasitas lapang), cekaman kekeringan 50% kadar air kapasitas lapang (tanpa pengairan sampai 50% kadar air kapasitas lapang) dan cekaman kekeringan 40% kadar air kapasitas lapang (tanpa pengairan sampai 40% kadar air kapasitas lapang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air 50% dan 40% dari kapasitas lapang tidak menginduksi bunga jeruk keprok Madura yang dibuktikan dengan kadar giberelin yang sangat tinggi. Kadar air 50% dan 40% dari kapasitas lapang terlalu rendah sehingga tanaman mengalami cekaman kekeringan berat dan mengganggu proses induksi bunga. Cekaman kekeringan berat tersebut ditandai dengan potensial air daun dan tanah yang tinggi, kadar prolin daun tinggi, kerapatan stomata menurun, dan daun menggulung. Kata kunci: jeruk keprok dataran rendah, kadar air kapasitas lapang, luar musim, Rancangan Acak Kelompok (RAK), rewatering
Heat Unit Optimization as Harvest Criteria on Banana “Barangan” at Five Time Anthesis Turi Handayani; Winarso Drajad Widodo; Ani Kurniawati; Ketty Suketi
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 11 No. 1 (2020): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jhi.11.1.24-31

Abstract

Harvest time can affect the shelf life and quality of fruit during storage, therefore, the right method is needed in accordance with harvest time. This study aimed to optimize heat units as a harvest criteria of Barangan banana and its effect on fruit quality. The study was conducted at Sukabumi, West Java PTPN VIII in October 2018 to February 2019 using a Randomized Complete Block Design with single factor and five anthesis time: anthesis 1 (October 13rd 2018), anthesis 2 (October 20th 2018), anthesis 3 (October 27th 2018), anthesis 4 (November 03rd 2018), anthesis 5 (November 10th 2018). The results showed Barangan banana was harvested at a minimum heat unit of 1 234.50±2.76 0C degree days with a harvest time of 72-73 days and a shelf life of 16-17 days and can be used as a harvesting criteria. Different time of anthesis did not affect to harvested fruit size, shelf life, weight loss, physical quality and chemical quality of fruit. Keywords: fruit quality, maturity, shelf life, temperature, weight loss
Heat Unit Establishment as Harvest Criteria for Raja Bulu Banana Winarso Drajad Widodo; Ketty Suketi; Aidil Fitriansyah
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 12 No. 2 (2021): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jhi.12.2.99-107

Abstract

The determination of the harvest time for Raja Bulu banana based on the age of the fruit causes the post-harvest ripe quality is not uniform between bunches. Determination of more precise harvest criteria has been carried out by converting the age of the flower anthesis to fruit harvest to the accumulated heat unit and obtaining the optimum heat unit accumulation of 1400 oC days in Raja Bulu banana plantations in the low lands (± 10 m asl). To confirm these results, an experiment was carried out with a complete randomized block design of 3 anthesis times with one week intervals with 4 replications at heat units of 1400 oC days. The anthesis flower tagging was carried out at Parakansalak Garden, PTPN VIII, Sukabumi (670 m asl) In July 2018. Postharvest observations were carried out at the Postharvest Laboratory of the Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB. The heat unit accumulation of 1400 oC days was achieved at 88 – 91 days after anthesis. The postharvest ripeness (skin color scale 6) was reached at 11 – 14 days after harvest. At the similar ripe level, the difference in anthesis time did not affect the postharvest ripeness criteria for Raja Bulu banana fruit which included shelf life, weight loss, respiration rate, fruit hardness, total soluble solids, total titrated acid, and vitamin C contents. Keywords: anthesis, fruit age, postharvest ripeness, shelf-life
Agro-ecology Characteristic and Diversity of Fruit Tree Species as Street Greenery in Bandung City Imron Gempur Saputro; Winarso Drajad Widodo; Edi Santosa
Indonesian Journal of Agronomy Vol. 50 No. 2 (2022): Jurnal Agronomi Indonesia
Publisher : Indonesia Society of Agronomy (PERAGI) and Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB University, Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (985.764 KB) | DOI: 10.24831/jai.v50i2.42013

Abstract

Di Indonesia, tren penggunaan pohon buah sebagai tanaman penghijauan di perkotaan terus meningkat. Di sisi lain, karakterisasi agro-ekologi pohon buah sebagai tanaman penghijauan di perkotaan masih belum teridentifikasi dengan baik, termasuk faktor pembatas yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik agro-ekologi dan keragaman pohon buah sebagai tanaman penghijauan di pinggir jalan. Pemilihan objek pengamatan dalam penelitian ini adalah keragaman tanaman penghijauan yang ada di pinggir jalan Kota Bandung dengan metode transek mengikuti jalur jalan kendaraan. Secara umum, ditemukan 23 spesies tanaman penghijauan di pinggir jalan dengan 14 tanaman adalah pohon buah. Indeks keragaman Shannon-Wiener’s (H’) tanaman penghijauan pinggir jalan yakni 1.29-1.94 termasuk keragaman sedang. Indeks dominansi Simpson (C) berkisar antara 0.18-0.48, menunjukkan tidak ada jenis tanaman yang mendominasi pada setiap segmen jalan. Pohon kersen dapat ditemukan pada seluruh tipe jalan yang diamati, mengindikasikan pohon buah ini secara sengaja ditanam sebagai tanaman penghijauan pinggir jalan. Kajian lanjut pada 14 pohon buah di 11 ruas jalan menunjukkan faktor pembatas utama yang dihadapi adalah bawah pohon sebagai tempat usaha, kabel melintang di atas pohon, dan lokasi akar sempit. Asesmen risiko pohon buah secara keseluruhan tidak ditemukan tingkat risiko tinggi. Berdasarkan hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pohon buah yang teridentifikasi laik dipertimbangkan sebagai tanaman penghijauan pinggir jalan dengan kajian lanjut berkaitan dengan karakteristik morfologi dan kesesuaian fungsi tanaman. Kata kunci: ketahanan pangan, kota cerdas, kota hutan, tanaman multi fungsi
Pertumbuhan dan Hasil Tebu (Saccharum officinarum L.) Keprasan Pertama pada Residual Kompos Blotong dan Residual Pupuk Anorganik Ahmad Fauzi Ridwan; Purwono; Winarso Drajad Widodo
Indonesian Journal of Agronomy Vol. 50 No. 3 (2022): Jurnal Agronomi Indonesia
Publisher : Indonesia Society of Agronomy (PERAGI) and Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB University, Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.092 KB) | DOI: 10.24831/jai.v50i3.41761

Abstract

Intensifikasi tebu keprasan lahan kering merupakan salah satu cara dalam rangka meningkatkan produksi gula nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respon pertumbuhan dan hasil dua varietas tebu terhadap residual kompos blotong dan pupuk anorganik pada budidaya tebu lahan kering. Penelitian dilakukan bulan Agustus 2019 sampai dengan Juli 2020 pada tebu keprasan pertama di lahan percobaan PT Kebun Tebu Mas, Lamongan, Jawa Timur dengan rancangan split split plot. Perlakuan terdiri atas tiga faktor yaitu varietas (PS 881 dan PS 862) sebagai petak utama, residual kompos blotong (taraf 0, 5, dan 10 ton ha-1) sebagai anak petak, dan residual pupuk anorganik (25%, 50%, 75%, dan 100% dosis rekomendasi sebesar 600 kg ha‑1 ZA dan 400 kg ha‑1 NPK 15-15-15) sebagai anak-anak petak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan varietas PS 862 lebih tinggi daripada PS 881 pada keragaan tinggi tanaman, panjang ruas, diameter, panjang batang, dan jumlah batang. Residual kompos blotong memiliki pengaruh nyata lebih baik pada taraf 10 ton ha-1 pada panjang ruas. Residual pupuk anorganik taraf 75% menyebabkan respon yang nyata lebih baik pada peubah jumlah daun, jumlah tunas, jumlah batang dan diameter. Varietas PS 862 dengan 5 ton ha-1 residual kompos blotong menghasilkan bobot batang terbaik sebesar 0.48 kg m-1. Varietas PS 881 memiliki nilai optimum sebesar 71.19% residual pupuk anorganik untuk mencapai hasil tebu sebesar 60.31 ton ha-1. Kata kunci: gula, intensifikasi, lahan kering, PS 862, PS 881
TYPE OF ERROR IN COMPLETING MATHEMATICAL PROBLEM BASED ON NEWMAN’S ERROR ANALYSIS (NEA) AND POLYA THEORY Winarso, Widodo; Wahid, Sirojudin; Rizkiah, Rizkiah
Jurnal Pendidikan Matematika dan IPA Vol 13, No 1 (2022): January 2022
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (951.542 KB) | DOI: 10.26418/jpmipa.v13i1.44765

Abstract

This study disscusses student’s errors in completing mathematical problems based on Newman’s Errror Analysis and Polya Theory. The study uses a qualitative descriptive approach. The subject of this study are 78 students of Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Cirebon. The study uses tests and interviews as data collection techniques. Students take a test to determine their mathematical ability, and the test uses sequence and series as subjects. There are 3 phases in collecting data: data reduction, data presentation, and conclusion. Outline of Error analysis is created using five types of student mathematical error of Newman's Error Analysis and four types of student mathematical error of Polya Theory. The study results based on Newman's Error Analysis are errors reading by 1%, error understanding by 0%, error transforms by 3%, error processing ability by 5%, and error encoding by 7%. As the result of the study based Polya theory, errors when understanding the problem by 31%, errors when devising a plan by 11%, errors when carrying out the plan by 9%, and errors when Looking back by 33%. The result of the interview shows that the error occurs when students don’t do calculations carefully, don’t learn the formula, and cannot distinguish between sequence and series. Students also have a lack of understanding when completing the problem about compound interest.