Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Majalah Kedokteran Andalas

POLIMORFISTIE GEN TNF-q G-238A DAN IL-4 T-34C SERTA HUBUNGAN DENGAN KADAR IL-4 DAN TNF-q PASIEN PENYAKIT GRAVES Raveinal Raveinal; Siti Nurhajjah; Dwitya Elvira; Suci Maulida
Majalah Kedokteran Andalas Vol 37 (2014): Supplement 2 | Published in December 2014
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4170.55 KB)

Abstract

Pendahuluan: Penyakit Graves adalah hipertiraidisme ditandai pembesaran tiroid difus dengan penyebab imunologi. Kondisi autoimun dengan adanya antibodi lmunoglobulin G (lgG) yang mengikat dan mengaktifkan reseptor tirotropin. Pemberian PTU dapat menurunkan hormon tiroid mencapai normal akan tetapi kadar lL-4 tidak pernah mencapai nilai normal. Penyakit Graves di Taiwan didapatkan polimorfisme gen promotor sitokin TNF-q G-238A, sedangkan gen IL-4 tidak berbeda dibanding kontrol sehat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui danmenganalis polimorfrsme TNF-o G-238A dan gen ll-i T-34C serta hubungannya dengan antibcCr tiroid, kadar lL-4 dan TNF-q pasien penyakit Graves. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik, dengan jumlah sampel 35 orang pasien penyakit Graves di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Darah vena diambil sebanyak 10 cc untuk isolasi DNA, kadar TNF-q dan lL-4. Pemeriksaan polimorfisme gen gen TNF-o G-238Adan IL-4 T-34C dengan teknik PCR-RFLP menggunakan enzym retriksi /'lzlsp/ dan Mnll serta dielektroporesis pada agarose 2%. Pemeriksaan TNF-q dan kadar IL-4 rnengunakan teknik ELISA. Analisis statistik untuk polimorfisme gen dengan uji Chi-Square dan untuk melihat hubungan antar variabel menggunakan uji ANOVA. Hasil: Didapatkan polimorfisme TNF-q G-238A dengan distribusi alel GG (91,4%), GA (8,6%) dan AA (0%). Frekuensi alel G adalah 95,99% dan alel A 4,3%.Rerata kadar TNF-q adalah 62,8+16,6 pg/ml. Polimorfisme gen lL-4 T-34C dengan distribusi alel TT t28,6 % ),TC ( 28,6 oA ), CC (42,9 %). Frekuensi alel T adalah 42,9 % dan alel C adalah 57,1 %. Rerata kadar lL-4 adalah sebesar 22,8 t9,4 pg/ml. Kesimpulan: penelitian ini dapat disimpulkan bahwa polimorfisme gen lL-4 T-34C lebih tinggi didapatkan pada penderita penyakit Graves dan terdapat kaiian antara polimorfisme gen inidengan peningkatan kadar IL-4. Kemungkinan adanya kaitan antara polimorfisme gen lL-4 T-34C dengan kejadian penyakit Graves.
POLIMORFISME GEN TNF-α -308G>A PADA PENDERITA SINDROM DOWN Siti Nurhajjah; Safrina D Ratnaningrum; Farmaditya EP Mundhofir; Sultana MH Faradz
Majalah Kedokteran Andalas Vol 37, No 1 (2014): Published in May 2014
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.33 KB) | DOI: 10.22338/mka.v37.i1.p44-49.2014

Abstract

Penderita sindrom Down (SD) sering mengalami gangguan sistem imun, yang menyebabkan kerentanan terhadap infeksi, tingginya angka kesakitan dan kematian. Polimorfisme gen TNF-α -308G>A berkaitan dengan peningkatan kerentanan terhadap infeksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui polimorfisme gen TNF-α -308G>A pada penderita SD di Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan jumlah sampel 68 orang (34 penderita SD dan 34 kontrol) yang ada di laboratorium CEBIOR. Pemeriksaanpolimorfisme gen ini dilakukan dengan menggunakan metode PCR-RFLP dan enzim retriksi NcoI serta dielektroporesis pada gel agarose 2%. Polimorfisme gen TNF-α -308G>A pada penderita SD didapatkan 4,4%, sedangkan pada kelompok kontrol 2,9%. Polimorfisme gen TNF-α -308G>A pada penderita SD ditemukan di daerah ini lebih rendah dibandingkan dengan tempat lain. Kemungkinan adanya perbedaan etnik mempengaruhi kejadian polimorfisme gen TNF-α pada populasi di Indonesia dibandingkan dengan populasi di Caucasia.
KARAKTERISTIK PENDERITA RETARDASI MENTAL DI SLB KOTA BUKITTINGGI Raysa Ramayumi; Adnil Edwin Nurdin; Siti Nurhajjah
Majalah Kedokteran Andalas Vol 37, No 3 (2014): Published in December 2014
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.045 KB) | DOI: 10.22338/mka.v37.i3.p181-186.2014

Abstract

AbstrakRetardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap yang dikarakteristikkan dengan tingkat IQ dibawah 70-75. Frekuensi penderita retardas mental pada laki-laki lebih tinggi. Retardasi mental dapat disebabkan oleh aspek biologis yang mencakup gangguan kromosom dan genetik. Sindrom Down merupakan salah satu bentuk retardasi mental berat yang terkait dengan usia ibu saat hamil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita retardasi mental di SLB Kota Bukittinggi. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 50 orang yang diambil dengan teknik random sampling. Data dikumpulkan melalui data dasar siswa berupa jenis kelamin dan usia ibu saat hamil serta tes IQ yang kemudian dikategorikan berdasarkan derajat retardasi mental Hasil dari penelitian ini dengan 46 sampel yang memenuhi kriteria inklusi didapatkan bahwa frekuensi laki-laki dengan perempuan sama, 41,3% termasuk derajat retardasi mental ringan, dan 34,8% dari ibu penderita hamil pada usia lebih dari 35 tahun. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa sebagian penderita memiliki derajat retardasi mental ringan, dengan usia ibu saat hamil pada usia lebih dari 35 tahun.AbstractMentally retardated is a state of mental development stalled or incomplete which characterized by an IQ level below 70-75. Frequency mentally retarded of male is higher. Mentally retardated caused by biological aspects that include chromosomal and genetic disorders. Down syndrome is a severe form of mentally retardated associated with maternal age. This study aims to investigate the characteristics of individuals with mentally retardated at special school in Bukittinggi. This study used a descriptive design and 50 people with random sampling. Data was collected through student basic data such as gender and maternal age and IQ tests were then categorized based on the degree of mentally retardated. The results of 46 samples that complied inclusion criteria was found that the frequency of male same with female, 41.3% including the degree of mild mentally retardated, and 34.8% of maternal age is over than 35 years old. This study concluded that most individuals have a mild degree of mentally retardated, with maternal age is over than 35 years old.
EKSFRESI GEN SUPEROXIDE DISMUTASE 1 SERTA I{UBUNGANNYA DENGAN FUNGSI TIMUS PENDERITA SINDROMA DOWN Siti Nurhajjah; Rinang Mariko; Raysa Ramayumi
Majalah Kedokteran Andalas Vol 37 (2014): Supplement 2 | Published in December 2014
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3403.28 KB)

Abstract

lnfeksi merupakan masalah kesehatan pada penderita sindroma Down (SD), sehingga tinggiangka kesakitan dan kematian. Peningkatan ekspresi SOD1 1,5 kali pada penderita SDyang berefek terhadap peningkatan peroksidasi (Hr0r), sehingga diperkirakan sebagai faktorpenyebab apoptosis timus. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ekspresi gen SOD1 danhubungannya dengan sel timus pada penderita SD. Penelitian ini nnengunakan desain crosssectionalcomparative sfudydengan jumlah sampelsebanyak 50 orang (25 orang penderita SDdan 25 orang kontrol). Darah vena diambil sebanyak 5 cc setiap sampel untuk isolasi RNAdanDNA, ekspresi gen SODl dengan teknik Real Time PCR, sedangkan fungsi timus dilihat dariprensentas TREC. Analisis statistik untuk ekspresi gen dan hubungan antar variabel denganmengunakan uji t. Penelitian ini ditemukan log copy nurnber SOD 1 pada kelompok penderita$D adalah 11,10T t0,44lng cDNA, sedangkan pada kontrol 10,501 t 0,48/ng cDNA,secarastatistik terdapat perbedaan bermakna (P=0,000). Presentase TREC adalah 44,7 + 7,4o/opada kelompok penderita SD dan 57,9t5,4% pada kelompok kontrol. secara st-atistik terdapatperbedaan bermakna p<0,05. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatanekspresi gen SOD 1 pada penderita SD dibandingkan kontrol dan rendahnya prensentasiTREC pada penderita SD dibandingkan kontrol, hal ini mungkin disebabkan terjadi penurunanfungsi timus akibat peningkatan ekspresi gen SOD1.Kata Kunci: sindrom Down, ekspresi gen SOD 1, prensentasi TREC
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ASCARIASIS PADA MURID SEKOLAH DASAR Atikah Mardhika Ihsan; Selfi Renita Rusjdi; Siti Nurhajjah
Majalah Kedokteran Andalas Vol 38, No 2 (2015): Published in September 2015
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (414.683 KB) | DOI: 10.22338/mka.v38.i2.p80-88.2015

Abstract

AbstrakKejadian Ascariasis masih tinggi di Kota Padang, terutama pada anak usia sekolah dasar. Banyak faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian Ascariasis ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Ascariasis pada murid Sekolah Dasar. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan metode cross sectional study yang dilakukan pada 122 murid SDN 25 dan 28 Purus, Kota Padang pada bulan Desember 2013. Faktor-faktor yang diteliti antara lain higienitas perorangan, tingkat pengetahuan ibu, sanitasi lingkungan, tempat tinggal, dan tingkat penghasilan orang tua. Hubungan antar variabel dianalisis dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa murid yang positif Ascariasis sebesar 34,4%. Kejadian Ascariasis ditemukan pada murid yang higienitas perorangan kurang baik sebesar 52%, tingkat pengetahuan ibu yang rendah sebesar 34,9%, sanitasi lingkungan yang kurang baik sebesar 29,3%, dan tingkat penghasilan orang tua yang rendah sebesar 37%. Analisis statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara higienitas perorangan (p=0.06), pengetahuan ibu (p=1), sanitasi lingkungan (p=0,35), dan tingkat penghasilan orang tua (p=0,59) dengan kejadian Ascariasis. Kesimpulan: Kejadian Ascariasis pada pada murid SDN 25 dan 28 Purus, Kota Padang tahun 2013 tidak berkaitan dengan higienitas perorangan, pengetahuan ibu, sanitasi lingkungan, dan tingkat penghasilan orang tua.AbstractThe prevalence of Ascariasis is still high in Padang, especially at primary school age children. There are many factors contribute to the high incidence of this Ascariasis. The purpose of this study was to know the factors that associated with the incidence of Ascariasis in primary school. This study uses an analytical design method of cross -sectional study on 122 students in 25 and 28 primary school Purus, Padang in December 2013. The factors studied include personal hygiene, level of maternal knowledge, sanitary living environment, and the level of parental income. The relationship between all variables was analyzed by Chi-Square test. The results showed that students were positive Ascariasis was 34.4%. Ascariasis incidence in poor individual hygiene students was 52%, a low level of maternal knowledge was 34,9%, poor environmental sanitation was 29,3%, and a low level of parental income was 37%. Statistical analysis showed there was not significant relationship between the individual hygiene (p=0.06), the level of maternal knowledge (p=1), environmental sanitation (p=0,35), and the parental income (p=0,59) with Ascariasis. Conclusion: Ascariasis incidence in 25 and 28 primary school Purus, Padang in 2013 was not associated with individual hygiene, the level of maternal knowledge, environmental sanitation, and the parental income.