Claim Missing Document
Check
Articles

Screening of Antibacterial and Antioxidant Activity from the Soft Corals Sinularia sp. and Sarcophyton sp. Origin Palu Bay, Central Sulawesi, Indonesia Tanod, Wendy Alexander; Dewanto, Didit Kustantio; Ndobe, Samliok; Riyadi, Putut Har; Putra, Masteria Yunovilsa
Squalen, Buletin Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 14, No 2 (2019): August 2019
Publisher : Research and Development Center for Marine and Fisheries Product Processing and Biotechnol

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5379.021 KB) | DOI: 10.15578/squalen.v14i2.394

Abstract

This study aimed to evaluate the potential antibacterial and antioxidant activities of Sinulariasp. and Sarcophyton sp. from the Palu Bay, Central Sulawesi, Indonesia. Soft corals were identified as Sinulariasp. (SC1), Sinularia sp. (SC2), andSarcophytonsp. (SC3). Antibacterial activity was examined using agar diffusion well method. Antioxidant activity was measured by the DPPH radical scavenging method. The samples were macerated in MeOH: DCM. The crude extracts were partitioned with DCM, EtOAc, and BuOH. The crude extract of Sinulariasp. (SC2) showed a very strong antibacterial activity as it was able to inhibit the growth of Staphylococcus aureusand Escherichia coliup to 10 mg/mL. Sinularia sp. (SC1) crude extract showed strong activity againstS. aureus, whereas it showed moderate against E. coli.Sarcophyton sp. (SC3) crude extract showed moderate activity against S. aureus, whereas it showed weak against E. coli. The partition fractions of the three soft coral extracts had the potential to be a potent antioxidant agent.
Sex Ratio and Size at First Maturity of Snakehead Gudgeon (Giuris margaritacea) Caught with Gillnets at Bolano Sau Lake, Parigi Moutong District Putra, Aswad Eka; Nurdin, Muh. Saleh; Hasanah, Nur; Ndobe, Samliok; Mansyur, Kasim
AgriSains Vol 21, No 3 (2020)
Publisher : FAPETKAN UNTAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (17.935 KB)

Abstract

The research aimed to sex ratio and size at first maturity of snakehead gudgeon at Bolano Sau Lake. The research was conducted at Bolano Sau Lake from August to December 2019. Snakehead gudgeon samples were obtained from the fishermen using a gillnet with a mesh size 2½-3½ inches. Sample analysis was carried out at the Water Quality Laboratory, State College of Fisheries and Marine, Palu. The difference in sex ratios of snakehead gudgeon used the Chi-square test, while the size at first maturity was estimated based on the Spearman - Karber method. Snakehead gudgeon caught on a gillnet in Bolano Sau Lake measuring 79-163 mm. The sex ratio between males and females is not balanced where males are more dominant in females. The size at first maturity was 119.19 mm. Suggestion minimum legal size > 120 mm. The use of gillnets in snakehead gudgeon fishing activities has an effect on the balance of male and females, but is very selective with size.
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP GLASS EEL IKAN SIDAT (Anguilla marmorata) YANG DIPELIHARA DALAM MEDIA BERSALINITAS BERBEDA Rahmat, Abi; Tantu, Fadly Yasin; Ndobe, Samliok
AgriSains Vol 19, No 2 (2018)
Publisher : FAPETKAN UNTAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (438.386 KB)

Abstract

Peningkatan salinitas pada media budidaya pembesaran glass eel ikan sidat (Anguilla marmorata) perlu dilakukan sebagai pengalihan energi yang digunakan untuk osmoregulasi menjadi energi yang digunakan untuk pertumbuhan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan kelangsungan hidup glass eel ikan sidat (Anguilla marmorata) yang dipelihara dalam media bersalinitas berbeda. Penelitian dilakukan di Laboratorium Perikanan/Budidaya Perairan Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah. Penelitian dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan 5 (lima) perlakuan yang masing-masing diulang sebanyak 4 (empat) kali sehingga diperoleh 20 unit percobaan. Perlakuan tersebut adalah S0 (kontrol), S3 (salinitas 3 ppt), S6 (salinitas 6 ppt), S9 (salinitas 9 ppt) dan S12 (salinitas 12 ppt). Hasil penelitian menunjukan pertumbuhan terbaik bobot rata-rata glass eel ikan sidat (Anguilla marmorata) pada perlakuan salinitas 3 ppt dengan nilai 0,8 g, pertumbuhan terbaik panjang rata-rata pada salinitas 3 ppt dengan nilai 4,96 cm dan kelangsungan hidup terbaik pada perlakuan 6 ppt dengan presentasi 94,16%.
Pengaruh Perendaman Larva Ikan Pterapogon kauderni dengan Hormon 17α-Methyltestosteron Menggunakan Dosis yang Berbeda terhadap Rasio Kelamin Jantan Muhammad Safir; Samliok Ndobe; Madinawati Madinawati; Septina Fifi Mangitung; Novalina Serdiati; Moh. Riyadi
Jurnal Pertanian Terpadu Vol 9 No 2 (2021): Jurnal Pertanian Terpadu Jilid IX Nomor 2 Desember 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Pertanian Kutai Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36084/jpt..v9i2.330

Abstract

Banggai cardinalfish (Pterapogon kauderni) adalah salah satu ikan hias endemik perairan Sulawesi Tengah. Dalam proses pemijahannya, induk jantan akan mengerami telur hingga memasuki fase juvenil. Kondisi tersebut (lamanya masa pengeraman) tentunya akan menghambat peningkatan populasi ikan P. kauderni dengan target jumlah dalam waktu tertentu terlebih jumlah induk jantan yang terbatas. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan dosis hormon 17α-methyltestosteron (17α-MT) terbaik dalam menghasilkan rasio kelamin jantan ikan P. kauderni yang tinggi. Penelitian didesain menggunakan rancangan acak lengkap dengan mengujikan empat perlakuan dosis 17α-MT meliputi 0 mg/L; 2 mg/L; 4 mg/L dan 6 mg/L air yang diterapkan melalui metode perendaman selama 4 jam. Setiap perlakuan dilakukan 4 kali ulangan. Hasil perlakuan perendaman larva dengan hormon 17α-MT pada dosis berbeda tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan harian ikan P. kauderni (P>0,05). Pertambahan biomasa dan kelangsungan hidup lebih rendah pada perlakuan dosis 6 mg/L air. Rasio kelamin jantan ikan P. kauderni tertinggi terjadi pada perlakuan dosis 2 mg/L air yakni sebesar 91,67%.
Growth of Banggai Cardinalfish Pterapogon kauderni Reared at Different Salinity in a Controlled System . Madinawati; Samliok Ndobe; Afiat Gamgulu
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 8 No. 2 (2009): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (81.28 KB) | DOI: 10.19027/jai.8.193-198

Abstract

The research was conducted to study the effect of salinity on the growth of Banggai Cardinalfish Pterapogon kauderni. The research was set up in completely randomized design with different salinity as the main variable, i.e. 27, 29, 31, 33 and 35 ppt with 4 replications. The result showed that the lowest salinity (27 ppt) resulted in the highest fish growth (1.625 g). Keywords : Growth, salinity, Banggai Cardinalfish   ABSTRAK Penelitian telah dilakukan  untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan ikan kardinal banggai Pterapogon kauderni yang dipelihara dalam akuarium. Penelitian  menggunakan  Rancangan  Acak   Lengkap  dengan 5 perlakuan salinitas, yaitu 27, 29, 31, 33 dan 35 ppt, masing-masing 4 kali ulangan.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan berat mutlak (1,625 g) tertinggi diperoleh pada salinitas 27 ppt. Kata kunci : Pertumbuhan, salinitas, Kardinal Banggai
PENGELOLAAN BANGGAI CARDINALFISH (Pterapogon kauderni) MELALUI KONSEP ECOSYSTEM-BASED APPROACH (Banggai cardinalfish (Pterapogon kauderni) Management an Ecosystem-Based Approach) Samliok Ndobe; Abigail Moore; Al Ismi M. Salanggon; . Muslihudin; Daduk Setyohadi; Endang Y. Herawati; . Soemarno
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 4 No. 2 (2013): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (569.047 KB) | DOI: 10.29244/jmf.4.2.115-126

Abstract

ABSTRACTThe Banggai Cardinalfish (Pterapogon kauderni) or capungan Banggai (often abbreviated as BCF) is a marine fish endemic to the waters around the Banggai Archipelago, caught in large numbers for the marine aquarium trade. The conservation of this endemic species became an international issue, in 2007 the BCF was proposed for CITES listing by the USA and listed as Endangered in the IUCN Red List. The CITES proposal was withdrawn, with Indonesia committed to conserve the Banggai Cardinalfish through a sustainable ornamental fishery approach. The multi-stakeholder Banggai Cardinalfish Action Plan (2007-2012) and other initiatives have aimed towards this goal; however the initiative to secure limited protected status in 2011 failed. Studies during 2011-2012 found many positive developments in the BCF fishery, and if the carrying capacity (stocks and ecosystems) was similar to the early 2000’s, current official exploitation levels should be sustainable. However a stock assessment analysis using FISAT II revealed a high exploitation level (0.5), indicating catches may have reached or possibly exceeded sustainable limits. Survey/monitoring results indicate the endemic population is not in a steady state, with sharp declines in the past decade. There are strong indications that habitat degradation is the main cause of this decline, including over-exploitation of key BCF micro-habitat (sea urchins and sea anemones). Without an effective solution to protect the supporting ecosystem, P. Kauderni will be increasingly threatened with extinction, with or without fishing pressure. The case of the BCF highlights the importance of an ecosystem-based approach to fisheries policy and management.Key words: ecosystem-based approach to fisheries management, Pterapogon kauderni, stockassessment, sustainable ornamental fishery-------ABSTRAKBanggai cardinalfish (Pterapogon kauderni) yang sering disingkat BCF atau capungan Banggai merupakan ikan laut endemik di perairan Banggai Kepulauan dan sekitarnya yang ditangkap dalam jumlah besar untuk diperdagangkan sebagai ikan hias. Kelestarian spesies endemik tersebut menjadi isu internasional dan pada tahun 2007 diusulkan pada CITES oleh Amerika Serikat dan didaftarkan sebagai Endangered pada Red List IUCN. Status terdaftar pada CITES ditangguhkan, namun Indonesia berkomitmen untuk menjamin kelestarian Banggai cardinalfish dengan pola sustainable ornamental fishery. Rencana Aksi Banggai Cardinalfish multi-stakeholder (2007-2012) dan beberapa inisiatif lain bertujuan mewujudkan tujuan tersebut antara lain penetapan status jenis lindung terbatas, namun upaya yang diinisiasi pada tahun 2011 tersebut gagal. Berdasarkan data kajian 2011-2012, banyak perubahan positif dalam perikanan BCF, dan jika daya dukung alam (stok dan ekosistem) masih seperti pada awal tahun 2000-an tingkat pemanfaatan resmi seharusnya sustainable. Hasil kajian menggunakan FISAT II bahwa tingkat pemanfaatan (0,5) tergolong tinggi, dan merupakan indikasi bahwa tingkat pemanfaatan telah pada atau melebihi batas maksimal lestari. Hasil survey/monitoring menunjukkan bahwa populasi endemik tidak pada kondisi steady state dan menunjukkan penurunan tajam dalam dekade terakhir. Terindikasi kuat bahwa penyebab utama penurunan tersebut adalah degradasi habitat, antara lain akibat pemanfaatan lebih mikrohabitat (bulu babi dan anemon laut). Tanpa solusi efektif untuk melestarikan ekosistem pendukung, P. kauderni akan semakin terancam punah, dengan atau tanpa adanya penangkapan. Kasus BCF menunjukkan pentingya pendekatan ecosystem-based approach terhadap kebijakan dan manajemen perikanan tangkap.Kata kunci: ecosystem-based approach to fisheries management, Pterapogon kauderni,pengkajian stok, sustainable ornamental fishery
Pertumbuhan Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio) Pada Media Biofilter Berbeda Sabrina Sabrina; Samliok Ndobe; Musayyadah Tis’i; Desiana T Tobigo
Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan Vol 12, No 3 (2018)
Publisher : Program Studi Penyuluhan Perikanan Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33378/jppik.v12i3.111

Abstract

Budidaya ikan secara intensif, dengan padat penebaran dan dosis pemberian pakan yang tinggi akan mengakibatkan penurunan kualitas air budidaya, dimana sisa pakan dan sisa metabolisme ikan pada wadah budidaya, akan menghasilkan toksin berupa amonia sehingga dibutuhkan sistem budidaya yang dapat mereduksi toksin. Akuaponik merupakan salah satu sistem budidaya yang mampu mereduksi toksin di perairan dengan cara mempertahankan kualitas air selama periode tertentu tanpa mengganggu pertumbuhan ikan yang dipelihara dengan menggunakan tanaman sebagai biofilter. Tanaman akuaponik yang sering digunakan pembudidaya adalah tanaman yang memiliki akar serabut, antara lain kangkung air, sawi, selada. Jenis-jenis tanaman tersebut dapat memanfaatkan unsur hara yang ada dalam air media budidaya dari hasil buangan bahan organik oleh bakteri nitrifikasi berupa nitrat untuk pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan. Adapun jenis ikan yang sering digunakan dalam sistem akuaponik adalah ikan mas, nila, lele, bawal dan patin. Ikan mas (Cyprinus carpio L.) pada saat ini merupakan ikan air tawar yang paling tinggi produksinya dan sudah dibudidayakan secara komersil. Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan ikan mas (C. carpio) pada media biofilter dengan menggunakan jenis tanaman berbeda. Ikan mas yang digunakan dalam penelitian berukuran 5 – 7 cm. Penelitian didesain dengan menggunakan pola rancangan acak lengkap (RAL) 4 perlakuan (sebagai biofilter, yaitu tanaman sawi, kangkung, selada dan tanpa tanaman sebagai kontrol. Semua perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan biofilter tanaman sawi memberikan pertumbuhan bobot mutlak tertinggi pada ikan mas.
IDENTIFICATION OF FRESHWATER GOBY SPECIES FROM THE BIAK AND KOYOAN RIVERS, LUWUK BANGGAI, CENTRAL SULAWESI Abdul Gani; Achmad Afif Bakri; Devita Tetra Adriany; Nurjirana Nurjirana; Muh. Herjayanto; Monicha Indrasari Bungalim; Samliok Ndobe; Andi Iqbal Burhanuddin
Jurnal Ilmu Kelautan SPERMONDE VOLUME 5 NOMOR 2, 2019
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jiks.v5i2.8931

Abstract

Sulawesi is an island famous for its biodiversity, including many endemic species. In particular, Sulawesi has the highest number of gobies in the world, including species with potential as food and/or ornamental fishes. The exploration of freshwater ichthyofauna is important in the context of Indonesian and global biodiversity. This research aimed to identify gobies found in the Luwuk Banggai area of Central Sulawesi, as a contribution to the exploration of Indonesian ichthyofaunal biodiversity. Gobies were sampled from January to March 2019 in the Biak and Koyoan Rivers. The sampled fish were measured and identified based on morphological characteristics. A total of 52 specimens were collected, and identified as belonging to 17 species within two families, the Gobiidae and Eleotridae. Gobies from the Koyoan River comprised 32 specimens from 8 species, while 20 specimens belonging to species were found in the Biak River. Only two species were found in both rivers: Stiphodon semoni and Sicyopterus lagocephalus. These results augment the body of knowledge regarding the presence and distribution of gobies in Indonesia
A preliminary study on the effect of enriching feed with fish oil on the growth and survival rate of climbing perch Anabas testudineus Desiana Trisnawati Tobigo; Samliok Ndobe; Adriansyah Adriansyah
Aceh Journal of Animal Science Vol 6, No 2 (2021): June 2021
Publisher : Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/ajas.6.2.18270

Abstract

The climbing perch (Anabas testudineus) is an economically valuable freshwater fish. Relatively slow growth has been a challenge in the domestication of this species in Indonesia. Nutrition, including feed lipid content, is one factor affecting growth. This study examined the effect of enriching feed with fish oil on the growth and survival of climbing perch (A. testudineus) fingerlings. The research was carried out at the Water Quality and Aquatic Biology Laboratory, Faculty of Animal Husbandry and Fisheries, Tadulako University, Palu, Central Sulawesi, Indonesia from 17 December to 18 January 2020. A completely randomized design (CRD) was used with 4 treatments and 5 replicates. The fish oil feed enrichment treatments were: A (control, 0%); B (1%); C (2%) and D (3%). Water quality remained within the optimum range throughout the research period. Over the month, climbing perch absolute weight gain ranged from 2.4±0.981 g (A) to 3.4 ± 0.836 g (D), while growth in length ranged from 0.404±0.092 cm (A) to 0.504±0.071 cm (D); however, the differences were not statistically significant (P0.05). The survival rate of climbing perch over the one month study period was 100% under all treatments, indicating that basic nutritional needs were met. Enrichment of a commercial feed with fish oil (Scott’s emulsion) at rates of 1-3% did not provide a significant benefit in terns of climbing perch fingerling growth.
Ekstraksi dan Karakterisasi Gelatin Tulang Tuna Pada Berbagai Konsentrasi Enzim Papain Eko Cahyono; Rostiati Rahmatu; Samliok Ndobe; Asriaty Mantung
Jurnal FishtecH Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/fishtech.v7i2.6594

Abstract

Gelatin adalah sejenis protein yang dapat diekstraksi dari tulang dan kulit ikan maupun hewan lainnya. Gelatin bersifat mudah larut dalam air, pada suhu ±71 ºC gelatin akan tercampur secara homogen. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi enzim papain dalam perendaman tulang ikan tuna. Analisis data dilakukan menggunakan analisis ragam (Anova) dengan uji-F. Hasil analisis menunjukkan rendemen gelatin tertinggi 1.50% pada konsentrasi enzim papain 16% dan rendemen gelatin teredah sebesar 1.39% pada konsentrasi enzim papain 24%. Berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa konsentrasi enzim papain sebesar 16% v/w dapat meningkatkan rendemen gelatin yang dihasilkan.
Co-Authors . Muslihudin . Soemarno A.A. Ketut Agung Cahyawan W Abd Waris Abdillah Abdillah Abdul Gani Abdul Gani Abdul Gani Abdul Gani Abigail Mary Moore Abigail Mary Moore Abigail Mary Moore Abigail Mary Moore Abigail Moore Abigail Moore Achmad Afif Bakri Achmad Rizal Adriansyah Adriansyah Afiat Gamgulu Alimudin Laapo Andi Heryanti Rukka Andi Iqbal Burhanuddin Asriaty Mantung Astri Rahma Danty Aswad Eka Putera Aswad Eka Putra Daduk Setyohadi Deddy Wahyudi Deddy Wahyudi Deddy Wahyudi Desiana T Tobigo Desiana Trisnawati Tobigo Deva Elvina Sari Devi Elvina Sari Devita Tetra Adriany Dewanto, Didit Kustantio Didit Kustantio Dewanto Eka Rosyida Eko Cahyono Ellen Oktanike Merpati Endang Y. Herawati Endang Yuli Herawati Fadly Y Tantu Fifi Mangitung Finarti Finarti Gatot Siswo Hutomo Herjayanto, Muh. Irawati Mei Widiastuti Jamaluddin Jompa James Yosep Walalangi Karimullah Karimullah Kasim Mansyur, Kasim Kris Handoko Madinawati Moh. Fadlan Daeng Pawaro Moh. Riyadi Moh. Yasir Monicha Indrasari Bungalim Monoarfa, Viny Desiyanti Moore, Abigail Mary Muamar Muamar Muh. Herjayanto Muh. Saleh Nurdin Muhammad Fadli Muhammad Safir Muhammad Zamrud, Muhammad Musayyadah Tis’in Musdalifa Musdalifa Nanang Rahmayanti Nasmia Novalina serdiati Novalina Serdiati Novian Suhendra Nur Hasanah Nur Hasanah Nurjirana Nurjirana Puput Melaty Putra, Masteria Yunovilsa Putut Har Riyadi Rahmat, Abi Risa Apriana A. Dg. Masese Roni Hermawan Roni Hermawan Rostiati Dg Rahmatu Rusaini Rusaini Rusaini, Rusaini Rusdi Rusdi Rusdin Sabrina Sabrina Salanggon, Alismi M Septina Fifi Mangitung Soemarno _, Soemarno Sri Herlina Suriani Suriani Syukri Syukri Wendy Alexander Tanod Yulina Irawati Zamrud, Mohammad