Artikel ini mendiskusikan berbagai bentuk pedebatan konsep perilaku rasional dalam ilmu ekonomi, selanjutnya dari pedebatan itu dihubungkan dengan terbentuknya biaya transaksi ilegal masuk pegawai negeri. Konsep rasionalitas diawali dengan pemikiran neo-klasik yang menganggap manusia selalu rasional dalam setiap tindakannya, dalam arti setiap tindakan selalu dilalui dengan kalkulasi benefit dan cost. Sementara itu, Keynes menganggap perilaku rasional terbangun lewat apa yang disebutnya sebagai direct acquitance, yang terdiri dari tiga komponen experience, understanding dan perception. Pemikir ekonomi kelembagaan lama (old institutional economics) memiliki dasar konsep yang bertentangan dengan neo-klasik, dengan menganggap bahwa rasionalitas perilaku didasari oleh habits (kebiasaan) dan routins (rutinitas), sementara itu Herbert Simon salah satu tokoh new institutional economics menganggap rasionalitas sebagai bounded rationality (rasionalitas terbatas) karena keterbatasan kognitif dan informasi yang tidak sempurna. Ekonomi sosiologi dan psikologi juga memiliki garis pemikiran sendiri, dimana rasionalitas dimodelkan sebagai RREEMM, yaitu Recourserfull, Restricted, Expecting, Evaluating, Motivated dan Meaning. Dalam konteks psikologi, perilaku ekonomi dipengaruhi juga oleh sikap, keyakinan dan kepribadian, kadang-kadang juga dipengaruhi oleh delusi dan gangguan kepribadian. Dalam menjelaskan terbentuknya biaya transaksi ilegal, masing-masing teori di atas memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun, yang diabaikan, dan yang terpenting dalam mempengaruhi rasionalitas perilaku adalah keimanan dalam hal ini kita sebut sebagai rasionalitas derajat keimanan.  This article discusses the forms of debating rational activity concepts in economics and then linked by formating civil servantsâ illegal enter cost of transaction. Rationality concept started by neoclassical thought assuming that human must be rational in activity, in terms of every activities always do with benefit and cost calculations. Otherwise, Keynes assumes that rational activity formed by direct acquitance, followed by three components such as experience, understanding and perception. Old institutional economists had some basic concepts contrary to neoclassic thinkers, assuming that rational activity formed by habits and routins, on the other side, Herbert Simon, one of the new institutional economists, assuming that rationality works as a bounded rationality because of cognitive limitation and assymetric information. Sociology economic and psychology have also some line of thoughts, whereby rationality modeled as a RREEMM (Recourserfull, Restricted, Expecting, Evaluating, Motivated and Meaning). In psychology context, economic activities influenced by attitude, believe and personality, sometimes influenced by delution and personality disorder. In explaining the formation of illegal cost of transaction, each theory above have an excess and insufficiency. However, mostly ignored, the most important factor in affecting rational activity is the faith, in this analogy we called the rational degree of faith (Rasionalitas Derajat Keimanan).