Claim Missing Document
Check
Articles

Karakterisasi Protein VirB4 Brucella abortus Isolat Lokal dengan Teknik Sodium Dodecyl Sulfate Polyacrylamide Gel Electrophoresis Ratih Novita Praja; Didik Handijatno; Setiawan Koesdarto; Aditya Yudhana
Jurnal Veteriner Vol 18 No 3 (2017)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (112.368 KB) | DOI: 10.19087/jveteriner.2017.18.3.416

Abstract

Brucellosis is a zoonotic disease cause by pathogenic bacteria of the genus Brucella. The disease infects livestock mammals such as cows, goats, pigs, and including humans. Brucella abortus has several potential virulence factors, i.e. Proteins VirB. Type IV secretion system (T4SS) which is a combination of 12 proteins from VirB1-VirB11 and VirD4. Brucella can survive for long periods in the environment despite the limitations of nutrients and oxygen. This study aims to characterize the protein VirB4 of local isolate of B. abortus using SDS PAGE (Sodium Dodecly sulfate-polyacrylamide gel electrophoresis). The results showed that the protein contained 10 protein bands with a molecular weight of 158.93; 110.89; 99.931; 70.60; 64.61; 59.25; 45.32; 42.35; 23.63; and 16.70 kDa, respectively. Protein VirB4 of the local isolate of B. abortus have a molecular weight of 59.25 kDa. ABSTRAK Brucellosis merupakan salah satu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri patogen genus Brucella. Penyakit ini menyerang hewan ternak mamalia seperti sapi, kambing, babi, dan dapat menular ke manusia. Bakteri Brucella abortus memiliki faktor virulensi potensial yaitu protein VirB. Type IV Secretion System (T4SS) merupakan gabungan dari 12 protein yaitu VirB1–VirB11 dan VirD4. Brucella dapat bertahan hidup lama di dalam lingkungan meskipun memiliki keterbatasan nutrisi dan oksigen. Penelitian ini dilakukan untuk karakterisasi protein VirB4 B. abortus isolat lokal dengan metode Sodium Dodecly Sulfate-Polyacrylamide Gel Electrophoresis (SDS PAGE). Hasil karakterisasi protein B. abortus isolat lokal dengan teknik SDS-PAGE terdapat 10 pita protein dengan bobot molekul 158,93; 110,89; 99,931; 70,60; 64,61; 59,25; 45,32; 42,35; 23,63; dan 16,70 kDa. Simpulan penelitian ini adalah terdapat protein VirB4 B. abortus isolat lokal yang mempunyai bobot molekul 59,25 kDa.
Deteksi Gen Resisten Insektisida Organofosfat pada Aedes aegypti di Banyuwangi, Jawa Timur Menggunakan Polymerase Chain Reaction Aditya Yudhana; Ratih Novita Praja; Maya Nurwartanti Yunita
Jurnal Veteriner Vol 18 No 3 (2017)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (112.158 KB) | DOI: 10.19087/jveteriner.2017.18.3.446

Abstract

Banyuwangi is still listed as areas not completely free from hemorrhagic dengue fever outbreak. Changes in the genome of Aedes aegypti mosquito as the main vector of dengue virus is estimated to be the cause of difficulty in controlling the disease. Expression of Voltage Gated Sodium Channel (VGSC) genes can be used as an important indication of Aedes aegypti mosquitoes resistancy to certain groups insecticides. The purpose of this study was to detect the Voltage Gated Sodium Channel (VGSC) genes coding in Aedes aegypti using Polymerase Chain Reaction (PCR); as it is related to the mechanism of resistance to organophosphate insecticides groups. Results of resistency by susceptibility test showed that Aedes aegypti mosquito samples from three district ie. Tegaldlimo, Purwoharjo, and Banyuwangi were resistant to malathion 0.8% insecticide (organophosphates group). PCR results detected gen band with 250 bp length, which confirmed that insecticide resistance gene has been detected in the tested samples. Based on this study results, it is recommended to use alternative insecticides apart from organophosphate group for dengue vector control in Banyuwangi. ABSTRAK Kabupaten Banyuwangi masih tercatat sebagai daerah yang belum sepenuhnya bebas dari wabah demam berdarah dengue (DBD). Perubahan genom nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama virus dengue diperkirakan menjadi penyebab sulitnya pengendalian penyakit DBD. Ekspresi gen Voltage Gated Sodium Channel (VGSC) dapat dijadikan indikasi penting sejauh mana perkembangan nyamuk Aedes aegypti resisten terhadap insektisida golongan tertentu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeteksi gen penyandi VGSC pada nyamuk A. aegypti yang berkaitan dengan mekanisme resistensi terhadap insektisida golongan organofosfat menggunakan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR). Hasil uji resistensi susceptibility test menunjukkan sampel nyamuk A. aegypti dari tiga kecamatan di Kabupaten Banyuwangi yaitu Kecamatan Tegaldlimo, Purwoharjo, dan Banyuwangi resisten terhadap insektisida malathion 0,8 % (kelompok organofosfat). Hasil deteksi gen melalui PCR didapatkan band yang muncul dengan panjang 250 bp. Hal tersebut menunjukkan bahwa gen pembawa resistensi insektisida (VGSC) telah terdeteksi pada sampel yang diuji. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk pengendalian vektor DBD di Kabupaten Banyuwangi dengan menggunakan alternatif insektisida selain dari golongan organofosfat.
Diagnosa dan Observasi Terapi Infestasi Ektoparasit Notoedres cati Penyebab Penyakit Scabiosis pada Kucing Peliharaan Aditya Yudhana
Media Kedokteran Hewan Vol. 32 No. 2 (2021): Media Kedokteran Hewan
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/mkh.v32i2.2021.70-78

Abstract

Scabiosis merupakan penyakit parasitik yang paling sering terjadi pada kucing peliharaan. Penyebab scabiosis pada kucing palin dominan adalah ektoparasit tungau Notoedres cati. Jumlah kasus scabiosis pada kucing peliharaan di Indonesia masih terbilang tinggi sehingga diperlukan pendekatan diagnosa yang tepat dan pengendalian yang komprehensif. Laporan kasus ini bertujuan untuk menginvestigasi aspek diagnose dan terapi kasus scabiosis pada kucing peliharaan sekaligus laporan pertama di dari wilayah Banyuwangi, Jawa Timur. Berdasarkan pemeriksaan gejala klinis dan skin scraping dapat dikonfirmasi bahwa diagnosa untuk pasien kucing adalah positif scabiosis akibat infestasi tungau Notoedres cati. Tindakan terapi yang dilakukan adalah dengan obat injeksi ivermektin yang dikombinasikan dengan terapi topical menggunakan sulfur sebagai anti parasitik. Hasil kombinasi terapi yang diperoleh dengan menggunakan injeksi ivermectin dan sulfur secara topikal, dapat dikonfirmasi proses perkembangan yang signifikan, ditandai dengan adanya perbaikan lesi kulit atau terjadi proses keratolisis pada bagian yang mengalami lesi khas scabiosis yaitu hiperkeratosis. Laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi para dokter hewan praktisi dalam menentukan diagnosa dan terapi scabiosis pada kucing. Selain itu, informasi ilmiah pada laporan kasus juga berfungsi sebagai edukasi kepada para pemilik hewan peliharaan terkait dengan pentingnya manajemen perawatan dan pencegahan penyakit yang berpotensi zoonosis.
Gastrointestinal Endoparasite Infection on Red Foot (Chelonoidis carbonaria) in Surabaya City Based on Fecal Examination Nurin Ardhiani; Endang Suprihati; Aditya Yudhana; Faisal Fikri
Journal of Parasite Science (JoPS) Vol. 5 No. 1 (2021): Journal of Parasite Science
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (744.5 KB) | DOI: 10.20473/jops.v5i1.29963

Abstract

Infectious disease which caused by parasite is the most serious problem in tortoise breeding. This study identifies gastrointestinal endoparasites infection on Red Foot (Chelonoidis carbonaria) during November 2020 to February 2021 in Surabaya City. Fecal samples from a tortoise, a total of 14 tortoises were collected and examined by native, sedimentation and floatation methods for parasitic eggs and oocyst. Fecal samples for this research were collected from breeding farm in Surabaya City. Data obtained from this study were presented descriptively and analyzed by Chi-Square test. Based on examination results, the occurrence of gastrointestinal endoparasite infection on Red foot was recorded at 100% from the total samples. The gastrointestinal parasites were identified as helminths and protozoa namely which is dominately by Tachygonetria spp. (14%), Angusticaecum spp. (3%), and Balantidium coli (2%) respectively. The provision of deworming medication as a curative measure by the owner is carried out regularly and continuously on tortoises that are positively infected with gastrointestinal endoparasites and prevention can be done by paying attention to the management and cleanliness of the cage to prevent potential transmission of endoparasites from the environment to the tortoise.
Prevalensi Parasit Cacing Saluran Pencernaan Pada Kucing Liar di Kota Banyuwangi Aditya Yudhana; Ratih Novita Praja
Jurnal Medik Veteriner Vol. 1 No. 1 (2017): October
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (459.673 KB) | DOI: 10.20473/jmv.vol1.iss1.2017.1-5

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka prevalensi kasus infeksi cacing saluran cerna dan mengidentifikasi jenis cacing pada kucing liar di wilayah Kota Banyuwangi. 126 sampel feses kucing yang berasal dari wilayah Kota Banyuwangi dikoleksi dan disimpan dalam larutan formaldehide 10%. Seluruh sampel feses tersebut diperiksa dengan dua metode berbeda yaitu metode natif dan metode pengapungan untuk mengidentifikasi telur cacing yang terdapat pada feses kucing. Pada penelitian ini teridentifikasi tiga genus cacing yang menginfeksi kucing liar di wilayah Kota Banyuwangi yaitu Toxocara, Ancylostoma, dan  Diphyllobothrium. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi kasus infeksi cacing saluran cerna pada kucing liar wilayah Kota Banyuwangi masih tinggi, yaitu Toxocara Spp (43,65%), Ancylostoma Spp (3,96%), dan Diphyllobothrium Spp (52,38%). Untuk itu diperlukan program pengendalian yang tepat terhadap kasus infeksi cacing saluran cerna pada kucing liar di wilayah Kota Banyuwangi.
Isolasi Dan Identifikasi Aspergillus Spp pada Paru-Paru Ayam Kampung Yang Dijual di Pasar Banyuwangi Ratih Novita Praja; Aditya Yudhana
Jurnal Medik Veteriner Vol. 1 No. 1 (2017): October
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (515.887 KB) | DOI: 10.20473/jmv.vol1.iss1.2017.6-11

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi Aspergillus Spp pada paru-paru ayam kampung. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 paru-paru ayam kampung yang diambil secara acak dari Pasar Banyuwangi yang terletak pada wilayah tengah Kota Banyuwangi, Jawa Timur. Sampel dicuci dengan aquades steril yang berisi antibiotik selanjutnya ditanamkan pada media spesifik Sabouraud’s Dextrose Agar (SDA) kemudian diinkubasikan pada suhu kamar selama 3-7 hari. Pertumbuhan morfologi Aspergillus diamati secara makroskopis. Koloni yang diduga Aspergillus Spp diperiksa secara mikroskopis. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Aspergillus Spp dapat diisolasi pada 9 dari 20 sampel paru-paru. Dapat disimpulkan bahwa 45% sampel paru-paru yang diperiksa positif terinfeksi Aspergillus Spp dan 55% bebas dari infeksi Aspergillus Spp.
Laporan Pertama Spesies Kutu Craspedorrhynchus platystomus dari Elang Ular Bido (Spilornis cheela bido) di Banyuwangi Aditya Yudhana; Ratih Novita Praja
Jurnal Medik Veteriner Vol. 1 No. 2 (2018): April
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (396.843 KB) | DOI: 10.20473/jmv.vol1.iss2.2018.52-56

Abstract

Ectoparasit seperti kutu dapat memainkan peran penyebaran penyakit antar hewan, ini bisa lebih buruk jika ektoparasit bertindak sebagai vektor. Hilangnya mulai dari penurunan berat badan, penurunan produksi, rambut rontok atau bulu, trauma, iritasi, anemia, hingga kematian dan sering terjadi pada hewan liar di hutan. Belum ada penelitian yang menjelaskan sebelumnya tentang infestasi kutu pada elang ular bido (Spilornis cheela bido) di Banyuwangi. Penelitian ini bertujuan untuk melaporkan infestasi kutu yang dikumpulkan dari elang ular bido di Banyuwangi. Elang ular bido diperiksa dengan hati-hati untuk mengambil kutu pada permukaan tubuh, hanya satu spesies kutu yang diamati yaitu Craspedorrhynchus platystomus. Spesies lain dari ektoparasit tidak diisolasi dari elang yang terinfestasi selama periode penelitian.
Perbedaan Sarang Alami dengan Semi Alami Mempengaruhi Masa Inkubasi dan Keberhasilan Menetas Telur Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) Pantai Boom Banyuwangi Sabrina Hatoguan Samosir; Tatik Hernawati; Aditya Yudhana; Wiyanto Haditanojo
Jurnal Medik Veteriner Vol. 1 No. 2 (2018): April
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (538.501 KB) | DOI: 10.20473/jmv.vol1.iss2.2018.33-37

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh kondisi lingkungan dalam aspek pH, suhu dan kelembaban antara sarang alami dengan sarang semi alami terhadap presentase daya tetas dan masa inkubasi telur Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) di kawasan Pantai Boom Banyuwangi. Sampel dipilih dengan metode purposive sampling berupa 20 telur Penyu Lekang yang berasal dari satu induk yang sama. Telur Penyu Lekang yang di inkubasi pada sarang alami dan sarang semi alami masing-masing berjumlah 10 butir. Rancangan penelitian menggunakan metode deskriptif, dengan melakukan observasi terhadap kondisi lingkungan antara sarang alami dengan semi alami. Uji t independent digunakan untuk membandingkan presentase daya tetas. Analisis dilakukan dengan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan presentase daya tetas pada sarang alami berbeda sangat nyata dengan sarang semi alami, sedangkan masa inkubasi tidak dapat diambil data. Presentase daya tetas pada sarang alami lebih baik dibandingkan dengan sarang semi alami. Sarang semi alami memiliki pH yang lebih asam dibandingkan pH pada sarang alami. Simpulan penelitian ini terdapat perbedaan kondisi lingkungan pada aspek pH, suhu, dan kelembaban antara sarang alami dan sarang semi alami yang mempengaruhi masa inkubasi dan daya tetas telur Penyu Lekang.
Isolasi dan Identifikasi Jamur pada Cangkang Telur Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) Gagal Menetas di Pantai Boom Banyuwangi Ratih Novita Praja; Aditya Yudhana; Wiyanto Haditanojo
Jurnal Medik Veteriner Vol. 1 No. 2 (2018): April
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (411.519 KB) | DOI: 10.20473/jmv.vol1.iss2.2018.43-47

Abstract

Banyuwangi sebagai Kabupaten terluas di Jawa Timur memiliki kawasan konservasi dan tempat penangkaran penyu, salah satunya adalah penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) yang sering ditemukan bertelur di kawasan pantai Boom Banyuwangi. Infeksi jamur merupakan salah satu faktor yang menyebabkan telur penyu gagal menetas, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk isolasi dan identifikasi jenis jamur yang terdapat pada cangkang telur penyu Lekang yang gagal menetas. Sampel cangkang telur penyu Lekang dengan kriteria gagal menetas diambil secara acak dari sarang. Isolasi dilakukan di kawasan penangkaran penyu di pantai Boom Banyuwangi dan identifikasi dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Prodi Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga, PSDKU Banyuwangi. Hasil penelitian menunjukkan dua jenis jamur yang teridentifikasi, yaitu Fusarium spp. dan Aspergillus spp. dari cangkang telur penyu Lekang yang gagal menetas.
Pengaruh Ekstrak Kulit dan Jus Buah Delima Putih (Punica granatum L.) Terhadap Titer Antibodi Ayam Kampung Super yang Divaksin Newcastle Disease Anlisia Rahmawati; Nanik Sianita Wijaya; Muhammad Thohawi Elziyad Purnama; Jola Rahmahani; Aditya Yudhana; Maya Nurwartanti Yunita
Jurnal Medik Veteriner Vol. 1 No. 3 (2018): October
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.132 KB) | DOI: 10.20473/jmv.vol1.iss3.2018.68-73

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak kulit dan buah delima terhadap titer antibodi ayam kampung super yang divaksin Newcastle Disease. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sampel terdiri dari 40 ekor ayam kampung super yang dibagi acak menjadi 4 kelompok perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah K- tidak divaksin. K+, P1 dan P2 divaksin dengan ND Lasota. Kemudian setelah titer antibodi ayam rendah, K- diberikan aquadest steril, K+ diberikan CMC-Na 0,5 %, P1 diberikan ekstrak kulit delima (200 mg/kg BB), P2 diberikan jus buah delima (3 ml/kg BB). Sampel berupa serum di uji HI untuk mengetahui titer antibodi. Hasil rata-rata jumlah titer antibodi uji pertama pada K- yaitu (log 2) 1,10a±0,994, pada K+ yaitu (log 2) 4,60b±0,699, pada P1 yaitu (log 2) 5,90c±0,876, dan pada P2 yaitu (log 2) 7,20d±0,632. Dan pada uji kedua pada K- yaitu (log 2) 0,20a±0,422, pada K+ yaitu (log 2) 4,90b±0,876, pada P1 yaitu (log 2) 6,50c±0,707, dan pada P2 yaitu (log 2) 8,00d±0,816. Ada perbedaan yang nyata mengenai peningkatan titer antibodi pada masing-masing perlakuan. Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh ekstrak kulit dan jus buah delima terhadap titer antibodi ayam kampung super yang divaksin Newcastle Disease. Penelitian disarankan untuk menggunakan jus buah delima karena lebih efektif.
Co-Authors Adam Fahmi Fiqih Adhitya Yhoga Pradika Adinda Dilla Pribadi Aliyyah Revinda Bima Putri Amung Logam Saputro Amung Logam Saputro Amung Logam Saputro Amung Logam Saputro Anita Andriyani Anlisia Rahmawati Arimbi Arimbi Audina Putri Geraldine Ayu Riza Umama Berliana Dwi Nandita Sandy Bodhi Agustono Boedi Setiawan Brillia Zulianti Cahaya Panjaitan Carolina Ardy Chusniati, Sri Citra Kurnia Putri Didik Handijatno Didik Handijatno Endang Suprihati Endang Suprihati Erma Safitri Erma Safitri Eunike Melanda Fransiska Ezanti Nur Amelia Fachrur Rozi Faisal Fikri Febriana Hawa Prameswari Fifi Anik Suroiyah Fransiska Okta Zania Fransiska Okta Zania Hani Plumeriastuti Ichi Arum Galerani Imbi Kusumastuti Ira Sari Yudaniayanti Iwan Sahrial Hamid Iwan Sahrial Hamid Iwan Sahrial Hamid Iwan Sahrial Hamid Iwan Sahrial Hamid Jola Rahmahani Jola Rahmahani Jola Rahmahani Kenconojati, Hapsari Khoirul Arifin Kusnoto Kusnoto Maya Nurwartanti Maya Nurwartanti Yunita Muhammad Soleh Salahuddin Muhammad Thohawi Elziyad Purnama Muhammad Thohawi Elziyad Purnama Mustofa Helmi Effendi Nadya Amanda Nadya Amanda Chaerunisa Nadya Amanda Chaerunissa Nanik Sianita Wijaya Neneng Ismi Megawati Nugraheni Anggara Pramesti Nur Sa’adah Sulaeman Nurin Ardhiani Nurmitasari Rahmadhani Nusdianto Triakoso Poedji Hastutiek Poedji Hastutiek Prima Ayu Wibawati Ragil Angga Prastiya Rahmadani Rahmadani Rahmahani, Jola Rangga Yulianto Ratih Novita Praja Ratih Novita Praja Ratna Ajeng Prameswari Restiadi, Tjuk Imam Ryanka Edila Sabrina Hatoguan Samosir Sarudji, Suryanie Sayyida Kamila Dini Setiawan Koesdarto Silvia Martha Kristina Soeharsono Soeharsono Soeharsono Soeharsono Suherni Susilowati Sunarso, Agus Suwarno Suwarno Tatik Hernawati Tiara Wandira Hariyanto Tyasningsih, Wiwiek Vivi Oktaviana Vivi Oktaviana Vivi Oktaviana Widjiati Widjiati Widya Ayu Kusuma Wiwiek Tyasningsih Wiyanto Haditanojo Yeni Dhamayanti