cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. aceh besar,
Aceh
INDONESIA
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner
ISSN : 25409492     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner merupakan media elektronik yang digunakan sebagai wadah penyebaran hasil-hasil penelitian dari skripsi/tugas akhir mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala yang ditulis bersama dengan dosen pembimbingnya. Naskah/artikel yang diterbitkan telah melewati proses review oleh 2 orang reviewer dan penyunting JIMVET. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner untuk saat ini menerbitkan naskah ilmiah mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Dokter Hewan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner terbit dengan satu volume dan empat nomor dalam setahun (Fabruari, Mei, Agustus, dan November).
Arjuna Subject : -
Articles 296 Documents
Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Salmonella Sp. Pada Daging Ikan Kuniran (Upeneus Sulphureus) Di Pasar Lampulo Banda Aceh Nucha Nabila Nur; Fakhrurrazi Fakhrurrazi; Cut Dahlia Iskandar; Faisal Jamin; Roslizawaty Roslizawaty; Ginta Riady
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 6, No 4 (2022): AGUSTUS-OKTOBER
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v6i4.21510

Abstract

ABSTRAKIkan kuniran merupakan salah satu bahan makanan yang memiliki sumber protein tinggi, mengandung asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh. Kondisi pasar lampulo yang ramai dan kurangnya higienitas dari tempat penjualan ikan, merupakan penyebab ikan terkontaminasi oleh bakteri Salmonella. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi adanya cemaran bakteri Salmonella sp. pada daging ikan kuniran (Upeneus sulphureus) di Pasar Lampulo Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan metode Carter. Sampel yang digunakan dalam penelitian berjumlah 8 sampel yang diambil menggunakan metode observasional. Ikan kuniran diambil sebanyak 1 gram/sampel, lalu digerus dan ditanam pada media SCB (Salmonella Cystine Broth) dan diinkubasi dengan suhu 37oC selama 24 jam. Bakteri yang tumbuh ditanam pada media SSA (Salmonella Shigella Agar) dan diinkubasi dengan suhu 37oC selama 24 jam. Setelah itu dilakukan pewarnaan Gram dan penanaman bakteri pada media NA miring. Media NA miring diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam lalu dilakukan uji biokimia. Hasil penelitian dianalisis secara deskriptif dan data disajikan dalam bentuk gambar dan tabel. Dapat disimpulkan bahwa ikan kuniran positif tercemar oleh bakteri Salmonella sp. berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi.ABSTRACTKuniran fish is one of the foodstuffs that has a high protein source, containing essential amino acids needed by the body. The crowded conditions of the Lampulo market and the lack of hygiene from fish selling places are the causes of fish being contaminated by Salmonella bacteria. This    study     aims     to     detect     the     presence     of   Salmonella     sp.     on     the     flesh of kuniran fish (Upeneus sulphureus) at the Lampulo Market, Banda Aceh. This study uses the Carter method. The sample used in the study amounted to 8 samples taken using the observational method. Kuniran fish were taken as much as 1 gram/sample, then planted on SCB (Salmonella Cystine Broth) media and incubated at 37oC for 24 hours. The bacteria that grew were grown on SSA (Salmonella Shigella Agar) media and incubated at 37oC for 24 hours. After that, Gram staining and bacteria were planted on slanted NA media. The inclined NA medium was incubated at 37ºC for 24 hours and then a biochemical test was performed. The results of the study were analyzed descriptively and the data was presented in the form of pictures and tables. It can be concluded that the positive kuniran fish contaminated by Salmonella sp. based on microbiological examination.
KADAR SGOT DAN SGPT SELAMA KESEMBUHAN FRAKTUR MENGGUNAKAN PIN INTRAMEDULAR DAN BONE PIN TULANG BIAWAK (SGOT and SGPT Value During Fracture Healing Using Intramedular Pin and Monitor Lizard’s Bone Pin) Novredha Rahmadita; Erwin Erwin; Amiruddin Amiruddin; Rusli Rusli; Nuzul Asmilia; T Fadrial Karmil; M Isa; Etriwati Etriwati
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 6, No 3 (2022): MEI-JULI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v6i3.16893

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan mengetahui kadar SGOT dan SGPT selama kesembuhan fraktur menggunakan pin intramedular dan bone pin tulang biawak. Penelitian menggunakan 10 ekor merpati berumur 4-5 bulan, berat badan 300-500 g yang dibagi menjadi dua kelompok perlakuan. Kelompok 1 (P-1) diimplan pin intramedular dan kelompok 2 (P-2) diimplan bone pin. Pengambilan darah melalui vena brachialis pada hari ke-0 sebelum perlakuan, hari ke 3,7, dan 14 setelah perlakuan. Kadar SGOT dan SGPT dihitung menggunakan spektrofotometer. Hasil penelitian menunjukkan implan pin intramedular dan bone pin berpengaruh signifikan terhadap kadar SGOT (P0,05) dan tidak signifikan terhadap SGPT (P0,05). Kadar SGOT antara P-1 dan P-2 pada hari pertama dan hari terakhir pengamatan mengalami peningkatan yang masih dalam batas normal dengan perbedaan yang signifikan (P0,05). Kadar SGPT antara P-1 dan P-2 pada hari pertama pengamatan mengalami peningkatan dan penurunan pada hari terakhir pengamatan dengan perbedaan yang tidak signifikan (P0,05). Peningkatan kadar SGOT dan SGPT yang terjadi selama waktu pengamatan masih dalam batas normal, sehingga pin intramedular dan bone pin memiliki potensi sebagai alternatif alat fiksasi internal bagi burung.Kata kunci : Pin intramedular, bone pin,  SGOT dan SGPTABSTRACTThis study aims to determine the value of serum glutamic oxaloasetic transminase (SGOT) and serum glutamic pyruvic transminase (SGPT) during the fracture healing using internal fixation of monitor lizard bone (Varanus salvator). Ten pigeons aged 4-5-month-old, weighing 300-500 g were divided into two groups. Group 1 (P-1) implanted intramedular pin and group 2 (P-2)  implanted bone pin. Blood sample was taken from brachial vein on day 0 before implant, day three, seven, and 14 after implant. SGOT and SGPT value calculated using spectrophotometer. The results showed that intramedular pin and bone pin implant had effect significant on SGOT (P0,05) and not significant different SGPT (P0,05) value. SGOT value between P-1 and P-2 on the first and last day showed an increase which was still within normal limit with a significant difference (P0.05). SGPT value between P-1 and P-2 on the first day of observation showed an increase and decreased on the last day of observation with no significant difference (P0.05). The increase in SGOT and SGPT value that occurred during the observation period was still within normal limits, so that the intramedular pin and bone pin have potential as an alternative to internal fixation tools for birds.Key words : Intramedular pin, bone pin, SGOT and SGPT
PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP PENETRASI Salmonella sp. YANG DIAPLIKASIKAN PADA KERABANG TELUR AYAM RAS Rezi Maghfira; Faisal Jamin; Darniati Darniati; Erina Erina; Mahdi Abrar; M Nur Salim
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 6, No 3 (2022): MEI-JULI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v6i3.21963

Abstract

ABSTRAKTelur ayam ras merupakan bahan pangan asal hewan yang mengandung protein tinggi dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kualitas isi telur ayam sangat dipengaruhi oleh suhu dan waktu penyimpanan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu dan waktu penyimpanan, terhadap cemaran bakteri Salmonella typhimurium pada telur ayam ras yang telah dipaparkan dengan bakteri Salmonella typhimurium, pada kerabang telur. Penelitian ini menggunakan 15 butir sampel telur ayam yang berkualitas baik. Telur dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing kelompok dipaparkan dengan 0,5 mg (1,5 x108) Salmonella typhimurium dalam suspensi putih telur. Telur pada kelompok pertama disimpan pada suhu ruangan (25OC), dan kelompok kedua disimpan pada suhu refrigerator (4OC). Pengamatan dilakukan pada umur telur 0 hari, 3 hari, 6 hari, 9 hari, 12 hari, 15 hari, 18 hari dan 21 hari. Hasil penelitian yang dilakukan sampai hari ke- 21, tidak terdapat penetrasi bakteri Salmonella typhimurium pada isi telur ayam yang diperiksa. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, tidak ditemukan adanya penetrasi Salmonella typhimurium ke dalam isi telur ayam baik pada penyimpanan suhu refrigerator dan suhu ruangan selama 21 hari.Kata Kunci : Salmonella typhimurium. suhu, waktu, telur ayam.ABSTRACT                Chicken eggs are food ingredients of animal origin that contain high protein and are widely consumed by the people of Indonesia. The quality of the contents of chicken eggs is strongly influenced by temperature and storage time. Therefore, this study was conducted to determine the effect of temperature and storage time on Salmonella typhimurium on broiler eggs that have been exposed to Salmonella typhimurium bacteria, on egg shells. This study used 15 samples of good quality chicken eggs. Eggs were divided into 2 groups, each group was exposed to 0.5 mg (1.5 x108) Salmonella typhimurium in egg white suspension. Eggs in the first group were stored at room temperature (25OC), and the second group was stored at refrigerator temperature (4OC). Observations were made at the age of 0 days, 3 days, 6 days, 9 days, 12 days, 15 days, 18 days and 21 days. The results of the research carried out until the 21st day, there was no penetration of Salmonella typhimurium on the contents of the chicken eggs examined. Based on the results of this study, it can be concluded that there was no penetration of Salmonella typhimurium into the contents of chicken eggs both at refrigerator temperature and room temperature for 21 days.Keyword : Salmonella typhimurium. temperature, time, chiken egg
Identifikasi Keberadaan Nyamuk Aedes Spp Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Gampong Pineung Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh Dina Izzatina; Farida Athaillah; Muhammad Hanafiah; Lian Varis Riandi; Eliawardani Eliawardani; Winaruddin Winaruddin; Muttaqien Muttaqien; M. Isa
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 7, No 1 (2022): NOVEMBER-JANUARI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v7i1.8751

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan mengetahui keberadaan dan distribusi nyamuk Aedes  spp sebagai vektor  demam berdarah dengue (DBD) dengan menggunakan ovitrap di kawasan Gampong Pineung, Kecamatan Syiah Kuala  baik didalam ruangan (indoor) maupun diluar ruangan (outdoor). Penelitian ini dilakukan di lima dusun di Gampong Pineung kecamatan Syiah Kuala yaitu:  Tgk Chik Dipineung,  Bintara Pineung, Tgk Hasyim, Tgk Tengoh, dan T Muda Rayeuk. Hasil pengamatan terhadap total rata-rata telur nyamuk Aedes spp di kelima dusun  tidak memperlihatkan perberbedaan yang nyata (P0,05). Sedangkan jumlah total rata-rata telur nyamuk indoor dan outdoor antar dusun terdapat perbedaan yang nyata (P0,05). Tetapi  pada pengamatan terhadap Jumlah rata-rata larva Aedes agypti pada indoor berbeda nyata (P0,05) dibandingkan dengan larva Aedes albopictus. Begitu pula dengan jumlah rata-rata larva Aedes agypti pada outdoor berbeda nyata (P0,05) dibandingkan dengan larva Aedes albopictus.Kata kunci : Ovitrap, Indoor, Outdoor dan Gampong Pineung.ABSTRACTThis study aims to determine the presence and distribution of Aedes spp mosquitoes as a vector of dengue hemorrhagic fever (DHF) using ovitrap in Gampong Pineung area, Syiah Kuala subdistrict both indoor (indoor) and outside (outdoor). The research was conducted in five sub-villages in Gampong Pineung, Syiah Kuala sub-district, namely: Tgk Chik Dipineung, Bintara Pineung, Tgk Hasyim, Tgk Tengoh, and T Muda Rayeuk. The observation of total Aedes spp mosquito eggs in the five hamlets did not show a significant difference (P 0.05). While the mean total number of indoor and outdoor mosquito eggs between hamlets there was a real difference (P 0,05). But on observation of the average number of Aedes agypti larvae on indoor space was significantly different (P 0.05) compared with Aedes albopictus larvae. Similarly, the average number of Aedes agypti larvae in outdoor spaces was significantly different (P 0.05) compared with the Aedes albopictus larvae.Keyword : Ovitrap , Indoor, Outdoor, and Gampong Pineung.
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kadar Gula Darah Anjing Kampung (Canis Familiaris) Di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat Nadia Hanifah; Sugito Sugito; Nuzul Asmilia; M. Isa; Hamny Sofyan; Syafruddin Syafruddin; Abdullah Hamzah; M. Hasan; Ismail Ismail
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 7, No 1 (2022): NOVEMBER-JANUARI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v7i1.18632

Abstract

ABSTRAKAnjing (Canis lupus familiaris) merupakan salah satu hewan peliharaan yang banyak dipelihara di dunia. Karakteristik anjing yang setia, mudah dilatih serta bersahabat dengan manusia menjadi nilai tambah hewan peliharaan satu ini, sejatinya anjing merupakan hewan karnivora yang menjadikan protein sebagai sumber energi utama. Namun, ditengah masyarakat masih banyak memberikan pakan berupa nasi kepada anjing peliharaannya untuk itu penelitian ini dilakukan guna mengetahui kadar gula darah anjing serta faktor-faktor yang memengaruhi kadar gula darah tersebut. Penelitian ini dilakukan secara observasi lapangan dan pemeriksaan sampel darah anjing sebanyak 30 sampel di Kota Bukittinggi, lalu dilakukan pengecekan menggunakan easy touch GCU dan didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kadar gula darah anjing sebelum dan sesudah makan, pada saat sebelum makan kadar gula darah anjing sebesar 73,37±10,88 mg/dL dan dua jam sesudah pemberian pakan sebesar 112,06±14,148 mg/dL hal ini berhubungan dengan karakteristik dari karbohidrat yang cepat dicerna dan diedarkan ke seluruh tubuh. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p0.05) antara usia dan jenis kelamin terhadap kadar gula darah anjing kampung. Dapat disimpulkan bahwa rata- rata kadar gula arah anjing kampung di kota Bukittinggi masih berada pada kisaran normal.Kata kunci: domestikasi, easy touch GCU, gula darah, karbohidratABSTRACTDogs (Canis lupus familiaris) are one of the most kept pets in the world. The characteristics of being loyal, easy to train and friendly with humans are added values for this pet, in fact dogs are carnivorous animals that made protein be their main energy source. However, in the midst of society, there are still give rice to their dogs, so this research was conducted to determine the blood sugar levels of dogs and the factors that influence it. This research was carried out by field observation and examination of 30 samples of dog blood samples in Bukittinggi City, then checked the sample using the easy touch GCU and the results showed that there were significant differences in the blood sugar levels of dogs before and after eating, which at the time of eating the dog blood sugar was 73.37±10.88 mg/dL and two hours after feeding was 112.06±14.148 mg/dL this was related to the characteristics of carbohydrates that were quickly digested and circulated throughout the body. The results of statistical tests showed that there was a significant difference (p0.05) between age and sex on blood sugar levels of domestic dogs. Based on the research concluded that the average sugar content of domestic dogs in the Bukittinggi City is still in the normal range.Keywords: Blood sugar, carbohydrates, domestication, easy touch GCU
Profil Darah Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) Di Conservation Response Unit (Cru) Sampoiniet Aceh Jaya Fina Fadiah; Triva Murtina Lubis; Muhammad Hambal
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 7, No 1 (2022): NOVEMBER-JANUARI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v7i1.5889

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil darah gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di CRU Sampoiniet, Aceh Jaya. Sampel darah diambil dari 4 ekor gajah sumatera yang ada di CRU Sampoiniet. Profil darah seperti hemoglobin, hematokrit, eritrosit, leukosit dan diferensial leukosit dihitung secara manual. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar hemoglobin pada gajah sumatera 10.3±4,04 g/dl, nilai hematokrit 39,6±3,63%, jumlah eritrosit total 2,492±1,347 x103/µl, jumlah leukosit total 8,93±2,96 x103µL dan rata-rata dari diferensial leukosit berupa jumlah granulosit (neutrofil berkisar (neutrofil 52,75±7,63%, eosinofil 2,50±1,00% dan basofil 4,25±2,06%), dan agranulosit (limfosit 33,75±7,97% dan monosit 7,25±1,50%). Kesimpulan dari hasil penelitian ini bahwa profil darah gajah sumatera yang berada di (CRU) Sampoiniet Aceh Jaya berada pada kisaran normal dari gajah-gajah sumatera.Kata kunci: profil darah, gajah sumatera, CRU sampoinietABSTRACTThis study was conducted to find out the blood profile of Sumatran elephant (Elephas maximus sumatranus) at CRU Sampoiniet, Aceh Jaya. Blood samples were taken from 4 sumatran elephants in CRU Sampoiniet. Blood profiles such as hemoglobin, hematocrit, erythrocytes, leucocytes and differentials leukocyte are calculated manually. The results showed that the average hemoglobin level in Sumatran elephant was 10.3 ± 4.04 g/dl, hematocrit value 39.6 ± 3.63%, erythrocyte total 2,492 ± 1,347 x106/μl, leukocyte total 8,93 ± 2,96 x103μL and the mean of differentials leukocyte were granulocyte counts (neutrophils ranged from 52,75±7,63%, eosinophils 2,50±1,00% and basophils 4,25±2,06%), and agranulocytes (lymphocytes 33,75±7,97% and monocytes 7,25±1,50%). The conclusion is the blood profile of Sumatran elephant's in CRU of Aceh Jaya is in the normal range from Sumatran elephant’s.Keywords: blood profile,sumatran elephant, CRU sampoiniet
Anatomi Komparatif Skeleton Axiale Kucing Hutan (Felis Chaus) Dan Kucing Domestik (Felis Domestica) Primaadhi Abimanyu Satrio Raharjo; Sri Wahyuni; Fadli. A. Gani; Juli Melia; Muhammad Jalaluddin; Hamny Sofyan; Lailia Dwi Kusuma Wardhani; Mulyadi Adam
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 7, No 1 (2022): NOVEMBER-JANUARI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v7i1.15782

Abstract

ABSTRAKKucing hutan (Felis chaus) dan kucing domesik (Felis domesticus) termasuk famili Felidae, namun  secara kasat mata terdapat perbedaan morfologi tubuh antara kedua spesies tersebut. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan membandingkan morfologi dan morfometri tulang-tulang pembentuk skeleton axiale kucing hutan dan domestik. Penelitian ini menggunakan preparat kucing hutan dan kucing domestik masing-masing 1 ekor dan berjenis kelamin jantan yang telah diawetkan dalam larutan formalin. Kucing hutan dan domestik dipreparir untuk mendapatkan tulang-tulang pembentuk skeleton axiale lalu diawetkan dalam larutan formalin 5 % dan dikeringkan pada suhu ruang (27°C). Selanjutnya dilakukan pengamatan morfologi dan morfometri setiap tulang. Hasil pengamatan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara morfologi tulang-tulang pembentuk skeleton axiale kucing hutan dan domestik memiliki bentuk yang hampir sama, kecuali pada ala atlantis dari os atlas (os vertebrae cervicalis I) kucing hutan lebih sempit dibandingkan ala atlantis kucing domestik. Selain itu bentuk os axis (os vertebrae cervicalis II) kucing hutan lebih ramping dibandingkan kucing domestik. Perbedaan morfologi lainnya ditemukan pada ossa costales dan os sternum yang didukung dengan perbedaan morfometrinya. Dapat disimpulkan bahwa perbedaan morfologi dan morfomteri tulang-tulang penyusun skeleton axiale antara kucing hutan dan domestik ditemukan pada os atlas, os axis, ossa costales, dan os sternum.    Kata kunci: skeleton axiale, morfologi, morfometri, kucing hutan, dan kucing domestikABSTRACTWild cat (Felis chaus) and domestic cat (felis domesticus) belong to the Felidae family, but morphologically there are differences in the posture of both species. This study aims to identify and compare the morphology and morphometry of bones forming the skeleton of wild and domestic cats. This study used the preparation of a male wild cat and a male domestic cat that have been preserved in formalin solution.  Furthermore, cats were prepared for obtaining skeleton-forming bones and then preserved in 5% formalin and dried at room temperature. After drying, morphology and morphometry were observed and data were analyzed descriptively. The results showed that morphologically, the skeleton-forming bones of wild cat and domestic cat axiale had almost the same in shape, except in ala atlantis of os atlas (os vertebrae cervicalis I), where in wild cat the size was narrower than in domestic cat. Additionally, the size of os axis (os vertebrae cervicalis II) in wild cat was slimmer than the bone size in domestic cat. Other morphological differences were found in ossa costales and os sternum which were supported by differences in morphometry. It can be concluded that specifically, the difference of axial skeleton-forming bones between wild and domestic cats were found in os atlas, os axis, ossa costales, and os sternum.  Keywords: skeleton axiale, morphology, morphometry, wild cat, and domestic cat
Skrining Senyawa Aktif Biji Pinang (Areca Catechu, L) Dalam Meningkatkan Sensitivitas Antikanker Doxorubicin Pada Kanker Payudara Secara In Silico Frengki Frengki; Andika Trihadi Septian; Daniel Daniel; Rosmaidar Rosmaidar; Hennivanda Hennivanda; T. Armansyah TR; Nazaruddin Nazaruddin; M. Hasan
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 7, No 1 (2022): NOVEMBER-JANUARI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v7i1.23723

Abstract

ABSTRAK Doxorubicin merupakan kemoterapi golongan antrasiklin yang cukup ampuh dan masih digunakan dalam mengatasi kanker payudara. Selain efek kemoterapi yang diharapkan, penggunaan doxorubicin juga menimbulkan efek samping hingga memicu peristiwa autoresistensi doxorubicin melalui peningkatan ekspresi dan fungsi NFκβ. Salah satu upaya meningkatkan sensitivitas doxorubicin yaitu dengan menggunakan agen kemopreventif non-toksik sebagai bagian dari kombinasi agen kemoterapi. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan senyawa aktif yang terkandung dalam biji pinang (Areca catechu, L) yang berpotensi meningkatkan sensitivitas doxorubicin melalui inhibisi reseptor NFκβ. Penelitian ini dilakukan secara in silico melalui metode Moleculer Docking menggunakan software MOE. Bahan uji berupa data “canonical SMILES” 6 senyawa aktif biji pinang, senyawa deoxyelephantopin dan doxorubicin diunduh dari www.pubchem.org, sedangkan reseptor NFκβ (PDB id. 1VKX) diunduh dari www.rcsb.org.  Hasil docking menunjukkan bahwa senyawa aktif pilihan (protoanthocyanidin, arecaidine, arecoline, guvacoline, guvacine, dan isoguvacine) yang terkandung dalam biji pinang mampu meningkatkan sensitivitas antikanker doxorubicin melalui penekanan fungsi NFκβ dengan proanthocyanidin memiliki kemampuan inhibisi terbaik. Dengan demikian semua senyawa tersebut memiliki kemampuan meningkatkan sensitivitas antikanker doxorubicin sehingga dapat bekerja lebih optimal dalam mengatasi sel kanker payudara. Profil profil farmakokinetika dan toksisitas menunjukkan potensi proanthocyanidin sebagai kandidat obat antidiabetes hanya dapat diberikan secara parenteral.Kata Kunci : Doxorubicin, proanthocyanidin, moleculer docking.ABSTRACTDoxorubicin is an anthracycline class of chemotherapy that is quite effective and is still used in treating breast cancer. In addition to the expected chemotherapy effects, the use of doxorubicin also causes side effects that trigger doxorubicin autoresistance through increased expression and function of NFκβ. One effort to increase the sensitivity of doxorubicin is by using non-toxic chemopreventive agents as part of a combination of chemotherapeutic agents. The purpose of this study was to prove that the active compounds contained in areca nut (Areca catechu, L) seeds have the potential to increase doxorubicin sensitivity through inhibition of NFκβ receptors. This research was conducted in silico through the Molecular Docking method using MOE software. The test material in the form of "canonical SMILES" data for 6 active compounds in areca seed, deoxyelephantopin and doxorubicin compounds was downloaded from www.pubchem.org, while the NFκβ receptor (PDB id. 1VKX) was downloaded from www.rcsb.org. The docking results showed that selected active compounds (protoanthocyanidin, arecaidine, arecoline, guvacoline, guvacine, and isoguvacine) contained in areca nut seeds were able to increase the anticancer sensitivity of doxorubicin by suppressing NFκβ function with proanthocyanidin having the best inhibitory ability. Thus all these compounds have the ability to increase the anticancer sensitivity of doxorubicin so that they can work more optimally in treating breast cancer cells. The pharmacokinetic and toxicity profiles show the potential of proanthocyanidin as an antidiabetic drug candidate which can only be given parenterally.Keywords : Doxorubicin, proanthocyanidin, moleculer docking.
Gambaran Histologi dan Histomorfometri Ginjal Kalkun (Meleagris gallopavo) pada Tingkatan Umur Berbeda Zainuddin Zainuddin; Fachreza Oktavian Syahputri; Dian Masyitha; Siti Aisyah; Cut Dahlia Iskandar; Erdiansyah Rahmi; Lian Varis Riandi
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 7, No 1 (2022): NOVEMBER-JANUARI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v7i1.17388

Abstract

ABSTRAKGinjal adalah organ ekskresi utama yang memiliki peran penting dalam proses pengeluaran sisa metabolisme. Organ ginjal memiliki perkembangan seiring dengan pertambahan umur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histologi dan histomorfometri ginjal kalkun (Meleagris gallopavo) pada tingkatan umur yang berbeda. Jumlah total sampel yang diamati adalah 18 sampel ginjal kalkun jantan yang dibagi ke dalam tiga kelompok umur yaitu 8, 16, dan 24 minggu dengan masing-masing kelompok umur terdapat enam ekor kalkun. Ginjal kemudian diproses hingga menjadi sediaan histologi dengan ketebalan 3µm, selanjutnya diwarnai menggunakan pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat perbedaan struktur histologi ginjal pada tiap kelompok umur. Organ pada sistem urinaria unggas terutama ginjal sudah terbentuk dan sudah menjalankan fungsinya dengan sempurna setelah menetas. Data histomorfometri ginjal kalkun yang telah dianalisis menunjukan hasil berbeda nyata (P0,05) antara ukuran diameter glomerulus dan tubulus-tubulus ginjal dari berbagai tingkatan umur. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan perkembangan ginjal kalkun baik secara histologi maupun secara histomorfometri antara umur 8, 16 dan 24 minggu.Kata kunci: Ginjal, histologi, histomorfometri, kalkun (Meleagris gallopavo)ABSTRACTKidneys are the main excretory organs that have an important role in the process of eliminating metabolic waste. Kidneys develop along with the age. This study aimesd to observed the histological and histomorphometric features of the kidney of turkey (Meleagris gallopavo) at different age levels. Total of samples observed were 18 samples of male turkey kidneys which were divided into three age groups, namely 8, 16, and 24 weeks with six turkeys in each age group. The kidneys were then processed into a histology preparation with a thickness of 3µm, then stained using Hematoxylin-Eosin (HE) staining. Based on the results of the study it was found that there were differences in the histological structure of the kidneys in each age group. The organs in the poultry urinary system, especially the kidneys, have been formed and have performed their functions perfectly after hatching. The histomorphometric data of turkey kidneys that have been analyzed showed significantly different results (P0.05) between the diameters of the glomeruli and kidney tubules from various age levels. It can be concluded that there are differences in the development of turkey kidneys both histologically and histomorphometrically between the ages of 8, 16 and 24 weeks.Keyword: Histological, histomorfometry, kidneys, turkey (Meleagris gallopavo)
Keragaman Lalat Penghisap Darah Sebagai Vektor Potensial Trypanosoma Evansi di Daerah Pegunungan dan Pesisir di Kabupaten Aceh Besar Raja renca; Yudha Fahrimal; Razali Daud
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 7, No 1 (2022): NOVEMBER-JANUARI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v7i1.6857

Abstract

ABSTRAKPenelitian bertujuan mengindentifikasi keragaman jenis lalat penghisap darah sebagai vektor potensial T. evansi  di pegunungan dan pesisir pantai. Koleksi sampel dilakukan pada peternakan yang ada di kecamatan Saree dan Jantho untuk mewakili daerah pegunungan, dan Kecamatan Krueng Raya, dan Pekan Bada untuk mewakili daerah pesisir. Dalam penelitian ini masing-masing lokasi dipasang perangkap lalat tipe NZ1 trap yang ditempatkan di sekitar kandang berjarak sekitar ± 10 m dari kandang selama 24 jam dan menggunakan tangguk serangga (sweepnet) yang dilakukan pada daerah dalam kandang. Lalat dieuthanasi menggunakan ethanol 70%. Seluruh sampel yang diperoleh dari setiap lokasi diidentifikasi menggunakan kunci identifikasi. Hasil penelitian yang dilakukan pada peternakan di Kabupaten Aceh Besar diperoleh 3 (tiga) jenis lalat penghisap darah yaitu Haematobia exigua, Stomoxys calcitran, dan Tabanus sp. Spesies lalat yang mendominasi adalah Haematobia exigua.Kata kunci : Haematobia exigua, Stomoxys calcitran, Tabanus spABSTRACTThis study aims to identify the diversity of blood-sucking  flies as the potential vector of T. evansi in the montainous and coastal areas. The collection of samples were conducted on the farms in saree and jantho sub-disricts to represent montainous areas, and krueng Raya sub-districts and Pekan Bada to represent coastal areas. In this study each location the trap flies type NZ-1 trap was installed which placed around the cage about 10 m away from the cage for 24 hours and using the insect net (Sweepnet) which done on the inside of the cage. The fly was euthanized using 70% ethanol. All samples obtained from each location identified using identification keys. The results of this study conducted, in the livestock  in Aceh Besar district obtained 3 sp blood-sucking flies that Haematobia exigua, Stomoxys calcitran and Tabanus sp. The species of blood-sucking flies that dominate is Haematobia exigua.Keywords: Haematobia exigua, Stomoxys calcitran, Tabanus sp