Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

EKOFEMINISME DAN PERAN PEREMPUAN DALAM LINGKUNGAN Pudji Astuti, Tri Marhaeni
Indonesian Journal of Conservation Vol 1, No 1 (2012): IJC
Publisher : Indonesian Journal of Conservation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ecofeminism is a move emerges among women all over the world from various professions as the result of the unfairness towards women who are always being a myth of nature. This paper suggests a variety of examples of womens role in the environment in various countries. Discussion about the environment as well as the implications associated with ecofeminism high feminist consciousness among women scientists in universities in the world. The feminist awareness upon exploitations to the nature brings them to the action of saving the environment to create an eco-friendly and women-friendly way of living. The key of this case is involving and giving empathy to women for their role in the environment. Therefore it is urgent to understand the local wisdom as a reference by using the deconstruction of local wisdom to create the reconstruction of a new environmentally friendly local wisdom. Ekofeminisme merupakan sebuah gerakan yang muncul di kalangan perempuan di berbagai belahan dunia dari berbagai profesi sebagai akibat adanya ketidak adilan terhadap perempuan yang selalu dimitoskan dengan alam. Tulisan ini mengemukakan berbagai contoh peran perempuan dalam lingkungan hidup di berbagai Negara. Pembahasan tentang lingkungan juga terkait dengan ekofeminisme sebagai implikasi kesadaran feminis yang tinggi di kalangan ilmuwan perempuan di perguruan tinggi di berbgagai belahan dunia. Kesadaran para perempuan feminis terhadap eksploitasi alam membuat mereka bangkit berperan dalam penyelamatan lingkungan hidup sehingga tercipta kehidupan yang eco-friendly dan Womenfriendly. Kunci dari hal itu adalah melibatkan dan empati terhadap perempuan dalam perannya dalam lingkungan hidup. Oleh karenanya perlu memahami kearifan lokal sebagai sebuah acuan dengan dekonstruksikearifan lokal agar muncul rekonstruksi kearifan lokal baru yang ramah lingkungan.
EKOFEMINISME DAN PERAN PEREMPUAN DALAM LINGKUNGAN Pudji Astuti, Tri Marhaeni
Indonesian Journal of Conservation Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Badan Pengembang Konservasi UNNES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/ijc.v1i1.2064

Abstract

Ecofeminism is a move emerges among women all over the world from various professions as the result of the unfairness towards women who are always being a myth of nature. This paper suggests a variety of examples of women's role in the environment in various countries. Discussion about the environment as well as the implications associated with ecofeminism high feminist consciousness among women scientists in universities in the world. The feminist awareness upon exploitations to the nature brings them to the action of saving the environment to create an eco-friendly and women-friendly way of living. The key of this case is involving and giving empathy to women for their role in the environment. Therefore it is urgent to understand the local wisdom as a reference by using the deconstruction of local wisdom to create the reconstruction of a new environmentally friendly local wisdom. Ekofeminisme merupakan sebuah gerakan yang muncul di kalangan perempuan di berbagai belahan dunia dari berbagai profesi sebagai akibat adanya ketidak adilan terhadap perempuan yang selalu dimitoskan dengan alam. Tulisan ini mengemukakan berbagai contoh peran perempuan dalam lingkungan hidup di berbagai Negara. Pembahasan tentang lingkungan juga terkait dengan ekofeminisme sebagai implikasi kesadaran feminis yang tinggi di kalangan ilmuwan perempuan di perguruan tinggi di berbgagai belahan dunia. Kesadaran para perempuan feminis terhadap eksploitasi alam membuat mereka bangkit berperan dalam penyelamatan lingkungan hidup sehingga tercipta kehidupan yang eco-friendly dan Womenfriendly. Kunci dari hal itu adalah melibatkan dan empati terhadap perempuan dalam perannya dalam lingkungan hidup. Oleh karenanya perlu memahami kearifan lokal sebagai sebuah acuan dengan dekonstruksikearifan lokal agar muncul rekonstruksi kearifan lokal baru yang ramah lingkungan.
Budaya “Menunduk” pada Generasi Millennial dalam Dunia Nyata (Studi Kasus Generasi Millennial di Desa Demaan Kudus) Syahputra, Afdit Kurniawan; Pudji Astuti, Tri Marhaeni
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 8 No 2 (2019): SOLIDARITY
Publisher : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian berikut merupakan penelitan kualitatif mengenai fenomena kecanduan smartphone pada kalangan Millennial di Desa Demaan Kudus. Tujuan yang ingin dicapai dari kajian ini adalah mengetahui perilaku generasi Millennial di Desa Demaan, Kudus akibat  adanya smartphone; mengetahui alasan generasi Millennial di Desa Demaan, Kudus lebih mengutamakan dunia maya; serta mengetahui pandangan generasi Millennial di Desa Demaan, Kudus dalam melihat gejala sosial yang ada di dunia maya. Perilaku mengutamakan dunia maya daripada dunia nyata yang dilakukan oleh generasi Millennial menyiratkan munculnya sebuah budaya baru, yakni budaya ?menunduk?. Fenomena budaya ?menunduk? dianalisis dengan perspektif konsep generasi milik Tapscott, pilihan rasional milik Coleman, interaksionisme simbolik milik Blummer serta realitas sosial milik Berger dan Luckman.
CITRA PEREMPUAN DALAM POLITIK Pudji, Tri Marhaeni
Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender dan Anak Vol 3 No 1 (2008)
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2453.576 KB) | DOI: 10.24090/yinyang.v3i1.183

Abstract

Woman image in politic cant separated from woman social construct in social relation. This image in people’s mind isstereotype and gender concept about woman in all sector, include in political and government sector, that woman “incapable” to lead,because woman is irrational and rely on her emotion. Actually, there’s woman’s chance to enter political domain, but it’s very rare. Womanjustified as improper to politic because woman is kitchen/domestic “inhabitant”, irrational and nervous to take a risk. There’s several factorthat influence emergence woman’s leader, namely patriarchy culture, family relation, martyrdom, social class, lifestyle, social context, prisonexperience, and election system. Therefore, it’s necessitating more woman candidate in political domain, objective recruitment process, andinitialized with quota’s system to create critical numbers of woman politicians
Trafficking di Pos Lintas Batas Entikong-Tebedu: Kasus di Perbatasan Indonesia dengan Malaysia Astuti, Tri Marhaeni Pudji
Forum Ilmu Sosial Vol 45, No 1 (2018): June 2018
Publisher : Faculty of Social Science, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/fis.v44i1.15546

Abstract

Maraknya perdagangan perempuan dan anak (trafficking) menjadi fenomena yang menggelisahkan. Di berbagai daerah selalu ditemukan kasus perdagangan perempuan dan anak yang berkedok pencarian pekerjaan. Banyak pihak yang terlibat dan mendukung terjadinya kasus trafficking, antara lain agen penyalur tenaga kerja, calo, dan oknum aparat baik imigrasi maupun kepolisian itu sendiri. Penanganan kasus trafficking juga sudah diintensifkan di berbagai daerah, namun selalu saja kasus makin hari makin banyak. Kerawanan kasus makin tampak nyata di daerah perbatasan antar negara, karena ini merupakan jalur pintas untuk migrasi para pencari kerja terutama pekerja perempuan dan anak yang rawan menjadi korban trafficking. Penelitian ini mengambil kasus di perbatasan Kalimantan barat (Entikong) dengan Malaysia (Tebedu). Data diambil secara kualitatif dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa trafficking terjadi pada para pelintas batas terutama TKI/TKW sejak dari keberangkatan dengan pola dan sitem yang menyalahi atruran. Media untuk menanggulangi terjadinya kasus trafficking juga masih minim. Oleh karena itu penelitian ini mencoba menyusun sebuah panduan dan usulan untuk meminimalisi terjadinya kasus trafficking. Panduan berupa buku yang berisi tentang cara penanganan dan model yang diusulkan utk meminimalisi kasus trafficking ini dapat digunakan oleh siapa saja yang membutuhkan karena hanya buku singkat penuh dengan gambar sehingga mudah dipahami. Saran yang bisa direkomendasikan adalah melakukan tindak pencegahan terjadinya kasus dengan memberikan pengetahuan dan sosialisasi kepada masyarakat sekitar perbatasan termasuk di jalan setapak/jalan tikus, juga PJTKI . Media sosialisasi juga masih sangat minim, oleh karenanya penelitian ini berlanjut untuk menciptakan media Sosialisasi penanggulangan Trafficking di perbatasan.
ANTROPOLOGIS TENTANG TRAFFICKING TKW DI MALAYSIA: ANTARA ADA DAN TIADA Astuti, Tri Marhaeni Pudji
Forum Ilmu Sosial Vol 35, No 2 (2008): December 2008
Publisher : Faculty of Social Science, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/fis.v35i2.1289

Abstract

Trafficking has existed since the period of kingdoms in Java, going on to the colonialism period, andto the present time. Its meaning is broadening beyond human trading into the matters related to violence,blackmailing, and forcing. Trafficking happens not only within one specific area, but has crossed theborder of countries, indicating the existence of an international net. The mushrooming of trafficking isdue to weak law and political commitment of the concerning countries. Moreover, the bilateral talk tobanish trafficking has not been maximally conducted. The actors of trafficking vary from man-powerbrokers, agents, taxi drivers, and even officers (of transmigration and police offices). Trafficking happens invarious places ranging from luxurious spots or starred-hotels to plantations and areas which accommodatea lot of migrants. The victims are usually in so unfavorable bargaining positions that they are muchdependent on those traffickers. This dependency is the impact of imbalanced gender relation. Based onsome existing cases, it is indicated that the women’s lack of power, strength, information, and educationare often misused by the traffickers to take them as their preys. That is why empowering migrant womenis very crucial. One of the ways is empowering them through their realization that this need comes fromtheir own selves, not from any force outside. Besides, there should be strong commitment from the stateto seriously implement the law against any traffickers. Cooperation between the concerning countriesare also needed, for instance by issuing common regulations to banish trafficking.Keywords: Trafficking, migrant women, receiving country, sending country, trafficker
Budaya “Menunduk” pada Generasi Millennial dalam Dunia Nyata (Studi Kasus Generasi Millennial di Desa Demaan Kudus) Syahputra, Afdit Kurniawan; Pudji Astuti, Tri Marhaeni
Solidarity: Journal of Education, Society and Culture Vol 8 No 2 (2019): SOLIDARITY
Publisher : Solidarity: Journal of Education, Society and Culture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian berikut merupakan penelitan kualitatif mengenai fenomena kecanduan smartphone pada kalangan Millennial di Desa Demaan Kudus. Tujuan yang ingin dicapai dari kajian ini adalah mengetahui perilaku generasi Millennial di Desa Demaan, Kudus akibat adanya smartphone; mengetahui alasan generasi Millennial di Desa Demaan, Kudus lebih mengutamakan dunia maya; serta mengetahui pandangan generasi Millennial di Desa Demaan, Kudus dalam melihat gejala sosial yang ada di dunia maya. Perilaku mengutamakan dunia maya daripada dunia nyata yang dilakukan oleh generasi Millennial menyiratkan munculnya sebuah budaya baru, yakni budaya “menunduk”. Fenomena budaya “menunduk” dianalisis dengan perspektif konsep generasi milik Tapscott, pilihan rasional milik Coleman, interaksionisme simbolik milik Blummer serta realitas sosial milik Berger dan Luckman.
MAKNA KEGIATAN REHABILITASI SOSIAL BAGI REMAJA DI BALAI REHABILITASI SOSIAL ANAK WIRA ADHI KARYA KABUPATEN SEMARANG Ulinnuha, Retno; Pudji Astuti, Tri Marhaeni; Martitah, Martitah
JESS (Journal of Educational Social Studies) Vol 5 No 1 (2016): Juni 2016
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jess.v5i1.13093

Abstract

Remaja awalnya hanya mengetahui bahwa mereka akan mengikuti rehabilitasi keterampilan saja. Padahal mereka juga diwajibkan mengikuti rehabilitasi fisik, mental, dan sosial untuk mengarahkan perilaku sosialnya. Hal itu mengakibatkan remaja harus lebih beradaptasi dalam berinteraksi sosial dengan sesama remaja maupun pegawai balai.Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan dan menganalisis interaksi sosial dan perilaku sosial remaja penerima manfaat dengan sesama remaja penerima manfaat dan pegawai balai; serta mendeskripsikan dan menganalisis makna kegiatan rehabilitasi sosial bagi remaja penerima manfaat.Pendekatan penelitian yang diterapkan yaitu kualitatif. Hasil penelitian dapat disampaikan bahwa interaksi sosial remaja dengan sesama remaja dan remaja dengan pegawai balai yaitu kerja sama, akomodasi, dan kontravensi.Perilaku sosial remaja sebagai Me dalam out groupnya cenderung menyesuaikan dengan tata tertib yang berlaku di balai. Perilaku sosial remaja sebagai I dalam in groupnya cenderung menyesuaikan dengan kebiasaan remaja yang sesuai dengan tata tertib dan menyimpang dari tata tertib balai. Sebagian remaja memaknai kegiatan rehabilitasi sosial sebagai pelatihan keterampilan saja dan sebagian lagi selain memaknai sebagai pelatihan keterampilan, juga sebagai wadah belajar berbagai hal dan melatih kedisiplinan hidup. Dapat disimpulkan bahwa bagaimana interaksi dan perilaku sosial berimplikasi pada bagaimana remaja penerima manfaat memaknai kegiatan rehabilitasi sosial tersebut.
DAMPAK FENOMENA JUDI ONLINE TERHADAP MELEMAHNYA NILAI-NILAI SOSIAL PADA REMAJA (STUDI DI CAMPUSNET DATA MEDIA CABANG SADEWA KOTA SEMARANG) Zurohman, Achmad; Pudji Astuti, Tri Marhaeni; Sanjoto, Tjaturahono Budi
JESS (Journal of Educational Social Studies) Vol 5 No 2 (2016): Desember 2016
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jess.v5i2.14081

Abstract

Seiring perkembangan teknologi, sekarang judi beralih ketempat yang sedikit lebih elit. Kemajuan teknologipun mengubah cara bermain judi. Sekarang, berjudi tidak harus bersembunyi seperti dahulu. Hanya dengan duduk santai di depan komputer yang terhubung dengan jaringan internet, kita bisa melakukan permainan haram tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan dan menganalisis remaja melakukan judi online, (2) tanggapan keluarga terhadap remaja pelaku judi online, (3) dampak judi online terhadap melemahnya nilai-nilai sosial pada remaja. Lokasi penelitian ini adalah di Campusnet Data Media Cabang Sadewa Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa judi online berdampak terhadap melemahnya nilai-nilai sosial pada remaja. Diantaranya adalah melemahnya nilai material, yaitu ketika remaja mengalami kekalahan bermain judi online, uang mereka habis. Nilai vital yaitu saat kalah bermain judi online, tindakan remaja adalah menggadaikan barang yang mereka miliki. Serta, nilai kerokhanian yaitu ketika remaja menang bermain judi online remaja gunakan untuk mabuk-mabukan. Along with the development of technology, now gambling turning the place a little more elite. Progress teknology change the way gambling. Now, gambling should not hide as before. Just to sit back in front of the computer connected to the Internet network, we can do these illicit game. The purpose of this study were (1) to describe and analyze the teens do online gambling, (2) family responses to juvenile offenders online gambling, (3) the impact of online gambling to the weakening of social values ​​in adolescents. The location of this research is in Campusnet Data Media Branch Sadewa Semarang. This study uses a phenomenological approach. The results of this study showed that online gambling impact on the weakening of social values ​​in adolescents. Among them is the weakening of the material, that is when the teenagers defeat online gambling, their money runs out. Value vital that when you lose playing online gambling, teen action is pawning they have. As well, the value of spirituality that when teens win gambling online teens use to get drunk.
Pergeseran Nilai Masyarakat Samin (Sedulur Sikep) Dukuh Bombong Setyaningrum, Dewi; Pudji Astuti, Tri Marhaeni; Alimi, Moh Yasir
JESS (Journal of Educational Social Studies) Vol 6 No 1 (2017): Juni 2017
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jess.v6i1.16252

Abstract

Seiring kemajuan teknologi dan interaksi dengan masyarakat sekitar tidak menutup kemungkinan bahwa ajaran Samin mengalami pergeseran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pergeseran nilai yang terjadi pada masyarakat Samin. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ajaran Samin mengacu pada unsur religi, sistem dan organisasi kemasyarakatan, bahasa, kesenian, serta sistem mata pencaharian hidup belum mengalami pergeseran. Masyarakat Samin di Dukuh Bombong masih hidup dengan nilai religius, kesederhanaan, kesopanan, kejujuran, saling tolong-menolong, mligi, humanis, tidak suka menerima pemberian barang dari orang lain, setia, dan rukun. Sedangkan, pada sistem teknologi dan peralatan serta sistem pengetahuan mengalami pergeseran, yang ditandai dengan penghargaan masyarakat Samin terhadap alam mulai berkurang dan sudah mementingkan nilai ekonomis.As technology advances and the interaction with the surrounding community does not rule out the possibility that the Samin’s rule have a change. This research aims to analyze the change values of Samin community in Dukuh Bombong. This research uses a qualitative approach. Method of collecting data in this research is deep interview, observation, and documentation. The result of the research shows Samin’s rule refer of the religious elements, systems and social organization, language, art, life and livelihood systems have not experienced a change. Samin community in Dukuh Bombong still alive with values of religious, simplicity, decency, honesty, help each other, mligi, humanist, does not like to receive gifts from the goods of others, faithful, and harmony. Meanwhile, the technology systems and equipment as well as the knowledge system experienced a change, characterized by the Samin community appreciation for nature began to decrease and has been concerned with economic value.