Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search
Journal : JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS

KOMUNITAS ASCIDIA DI PESISIR MALALAYANG DUA, TELUK MANADO, SULAWESI UTARA Malintoi, Adrianus; Rumengan, Inneke F M; Roeroe, Kakaskasen A; Warouw, Veibe; Rondonuwu, Ari B; Ompi, Medy
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 8, No 1 (2020): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.8.1.2020.27403

Abstract

Field survey on ascidian community was conducted along the coastal area of Malalayang Dua in order to find out species of ascidia, species abundance, and ascidian substrates. A survey method and quadrant transects were applied. Pictures were taken, while species and their substrates were sampled.  Species identification was based on morphological characteristics, while substrate type identification was based on ascidian species attachment.  The results shows that 21 ascidian species were found in the the coastal of Malalayang Dua.  Didemnum molle was the highest abundant species in the area, followed by Polycarpa aurata, Polycarpa sp.4. and Polycarpa sp.2.. Dead coral algaes (DCA) were found to be the most preferred  substrates by ascidians in the area. Keywords : ascidia, species, substrate, distribution, and abundance Survei lapangan terhadap komunitas ascidia dilakukan  di pesisir Malalayang Dua untuk mendapatkan data jenis, kelimpahan, dan substrat ascidia.  Metode yang digunakan yaitu metode survei jelajah dan transek kuadran. Identifikasi jenis ascidia dilakukan berdasarkan karakteristik morfologi.  Hasil penelitian ditemukan ada 21 jenis ascidia.  Substrat jenis death coral algae (DCA) merupakan substrat yang paling banyak ditempati ascidia. Kelimpahan ascidia tertinggi adalah Didemnum molle di pesisir Malalayang Dua, diikuti oleh Polycarpa aurata,   Polycarpa sp.4. dan Polycarpa sp.2. Death coral alga (DCA) ditemukan sebagai substrat yang paling disukai oleh ascidia di daerah itu. Kata Kunci : ascidia, spesies, substrat, distribusi, dan kelimpahan  
PENENTUAN STRUKTUR MOLEKUL KOLAGEN SISIK IKAN KAKATUA (Scarus sp) BERDASARKAN SERAPAN MOLEKUL TERHADAP GELOMBANG FTIR (FOURIER-TRANSFORM INFRARED SPECTROSCOPY ANALYSIS) Mberato, Shellyn Prastisia; Rumengan, Inneke F M; Warouw, Veibe; Wullur, Stenly; Rumampuk, Natalie D T; Undap, Suzanne L; Suptijah, Pipih; Luntungan, Aldian Hein
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 8, No 1 (2020): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.8.1.2020.27285

Abstract

 Parrot fish (Scarus sp) is a commodity which commonly consumed in North Sulawesi. High consumption of this fish has caused the high amount of fish scales as wastes. As parrot fish scales contain protein that could be transformed into commercial products such as collagen. Collagen could be applied in the industrial fields including cosmetics and pharmaceutics.  The purpose of this study was to determine molecular structure of collagen derived from the wet and dry parrot fish (Scarus sp) scales, based on molecular absorption of electromagnetic in the infrared region of the fourier transform infrared spectroscopy.Preparation of collagen of fish scales both in wet and dry forms, was initially performed with pre-treatment of raw materials by maceration in sodium hydroxide (NaOH) solution for 48 hours. Then hydrolysis process was conducted in hydrochloric acid (HCl) solution again for 48 hours to remove mineral contents of the scales.  Collagen yield of fish scales in wet and dry forms was 2.23% and 3.00%, respectively, with pH 7, and the respective  water content was  13% and 12%. For collagen derived from the wet scales, the functional groups of amide A and B absorb the electromagnetic at infrared region of 3429 cm-1 and 2930 cm-1), respectively. Also amide I, II and III absorb the electromagnetic at infrared region of 1657 cm-1, 1452 cm-1 and 1242 cm-1, respectively. It was comparable to that of collagen derived from the dry scales, the functional groups of amide A and B absorb the electromagnetic at infrared region of 3425 cm-1 and 2910 cm-1), respectively. Also amide I, II and III absorb the electromagnetic at infrared region of 1653 cm-1, 1402 cm-1 and 1244 cm-1, respectively.  The amide  III group of  the wet scales derived collagen as well as the dry scales derive collagen absorb the electromagnetics at infrared region in the range of 1309-1229 cm-1 indicating that the fish scale derived collagen has not denatured yet, but still in triple helix structure. Molecular functional groups detected for the parrot fish scales derived collagen are in the range of those for  collagen standard.Keywords : fish scale, Scarus sp, collagen, molecule structure, proximate  AbstrakIkan kakatua (Scarus sp) merupakan salah satu jenis komiditi ikan yang banyak dikonsumsi di Sulawesi Utara. Tingginya konsumsi ikan kakatua berakibat banyaknya limbah kuliner ikan ini berupa sisik ikan. Padahal sisik ikan kakatua mengandung protein yang dapat ditransformasikan menjadi produk samping komersial seperti kolagen. Kolagen dapat diaplikasikan pada bidang industry kosmetik dan farmasika. Tujuan penelitian ini menentukan struktur molekul kolagen dari sisik ikan kakatua (Scarus sp) berdasarkan wilayah serapan gelombang infra red.Preparasi kolagen dari sisik ikan baik dalam bentuk basah maupun kering,  diawali dengan proses pre-treatment bahan baku dengan melakukan perendaman menggunakan larutan NaOH selama 48 jam. Selanjutnya adalah tahap hidrolisis yang dilakukan dengan perendaman sampel menggunakan larutan asam klorida (HCl) selama 48 jam untuk menghilangkan mineral yang ada dalam sisik. Kolagen sisik basah dan sisik kering dari ikan kakatua memiliki nilai rendemen masing-masing sebesar 2.23% dan 3.00%, nilai pH 7 serta kadar air sebesar 13% dan 12%. Pada kolagen sisik basah terdeteksi Amida A mempunyai bilangan gel (3429 cm-1), Amida B (2930 cm-1). Amida I (1657 cm-1), Amida II (1452 cm-1 ) dan Amida III (1242 cm-1), sedangkan pada kolagen sisik kering  terdeteksi Amida A mempunyai bilangan gel (3425 cm -1 ), Amida B (2910 cm-1 ). Amida I (1653 cm-1 ), Amida II (1402 cm-1 ) dan Amida III (1244 cm-1). Amida III pada kolagen sisik basah dan kolagen sisik kering terdeteksi pada wilayah serapan 1309-1229 cm-1 hal menandakan bahwa kolagen sisik  ikan kakatua belum terdenaturasi karena masih terdapat struktur triple helix. Gugus fungsional kolagen sisik kering dan kolagen sisik basah dari ikan kakatua memenuhi standar gugus fungsional kolagen standar.Kata kunci : sisik, Scarus sp, kolagen, gugus fungsi, proksimat
Identifikasi Mikroba yang Koeksis Dengan Ascidia Lissoclinum patella Menggunakan Sekuens Gen 16S rRNA Untu, Patricia; Rumengan, Inneke F. M.; Ginting, Elvy L.
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 3, No 2 (2015): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.3.2.2015.10110

Abstract

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan jenis mikroba koeksis denganascidia Lissoclinum patella menggunakan sekuens gen 16S rRNA. Sampel yang digunakandalam penelitian ini diambil dari jaringan tissue pada ascidia L. patella yang diambil dariperairan Malalayang, Sulawesi Utara. Sampel mikroba diinokulasi dalam media Hirata dandikultur selama ± 1 minggu. Sampel mikroba tersebut diisolasi DNA, amplifikasi melalui PCR(Polymerase Chain Reaction), elektroforesis gel agarose dan dianalisis data DNAnyamenggunakan BLAST pada NCBI (National Center for Biotechnology Information). Identifikasiyang dilakukan menggunakan BLAST diperoleh hasil 15 mikroba yang memiliki tingkatkemiripan yang tinggi dengan sekuens gen 16S rRNA sampel mikroba yaitu cyanobacteriumenrichment culture CAWBG121 dan CAWBG120 clone, uncultured Symploca sp. clone DRTO-55, Leptolyngbya sp. PCC7376 complete genome, Leptolyngbya sp. PCC7376, unculturedbacterium clone PINFEBB02, uncultured bacterium clone 5M47, Synechococcus elongatusCCMP1630, uncultured bacterium clone reef H09, Synechococcus sp. PCC7002 completegenome, Synechococcus sp. 16S rRNA gene strain PCC7002, Synechococcus sp. DNA untuk16 ribosomal RNA, Synechoccous sp. L21-BG-1, Oscillatoria rosea IAM M-220 danSynechococcus sp. PCC 8807. Tingkat kemiripan mikroba dalam NCBI dengan sampel H1berkisar antara 98-99 %.
MOLECULAR STRUCTURE OF GELATIN EXTRACTED FROM PARROT (Scarus sp) FISH SCALES Andakke, Jeszy Novianti; Rumengan, Inneke F M; Nainggolan, Hizkia H Y; Parapat, Lasma R M E; Pandey, Engel; Suptijah, Pipih; Luntungan, Aldian Hein
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 8, No 1 (2020): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.8.1.2020.27286

Abstract

One of the protein molecules of fish scales is water soluble gelatin. Gelatin of fish scales could be best substitute of commercial available gelatin which derived from porcine and bovine. The purpose of this study was to determine the molecular structure of gelatin extracted from marine fish scale using Fourier transform infrared (FTIR) analysis, and to obtain the moisture content, pH and yield of gelatin. Samples were prepared from the wet and dried scales. As for the standard gelatin, the gelatin of the two samples are characterized with several types of amide groups. The two gelatin samples were slight different in absorption of wave length for amide A, B, I, II and III groups indicating the instability of the functional groups which may influence viscosity and gel strength. For the wet scales derived gelatin, the wave number absorption was found to be 3412 cm-1 (amide A), 2421 cm-1 (amide B), 1653 cm-1 (amide I), 1400 cm-1 (amide II), and 1001 cm-1 (amide III), while for the dried scales derived gelatin was 3435 cm-1 (amide A), 2920 cm-1 (amide B), 1635 cm-1 (amide I), 1404 cm-1 (amide II), and 1036 cm-1 (amide III). The wave number absorption of amide III of gelatin is smaller than the one of collagen, because gelatin is in form of single helix, not triple helix. The wet scales derived and dried scales derived gelatin show the moisture content of 15.0% and 13.7%, and yield of 2.33% and 2.43%, .respectively. For both samples, the pH value was 7. Key words : gelatin, fish scales, molecule structure, moisture, yield, pH Abstrak Salah satu dari molekul protein sisik ikan adalah gelatin larut air. Gelatin sisik ikan dapat menjadi pengganti terbaik dari gelatin komersial yang tersedia yang berasal dari babi dan sapi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan struktur molekul gelatin yang diekstrak dari sisik ikan laut menggunakan Analisis FTIR (Fourier Transform Infrared), dan untuk mendapatkan kadar air, pH dan rendemen gelatin. Sampel disiapkan dari sisik basah dan sisik kering. Adapun standar gelatin, gelatin dari kedua sampel ditandai dengan beberapa jenis gugus amida. Kedua sampel gelatin sedikit berbeda dalam penyerapan panjang gelombang untuk amida A, B, I, II dan III yang menunjukkan ketidakstabilan kelompok fungsional yang dapat mempengaruhi viskositas dan kekuatan gel. Untuk gelatin sisik basah, panjang gelombang serapan ditemukan pada 3412 cm-1 (amida A), 2421 cm-1 (amida B), 1653 cm-1 (amida I), 1400 cm-1 (amida II), and 1001 cm-1 (amida III), sedangkan untuk gelatin sisik kering adalah 3435 cm-1 (amida A), 2920 cm-1 (amida B), 1635 cm-1 (amida I), 1404 cm-1 (amida II), and 1036 cm-1 (amida III). Panjang gelombang serapan amida III pada gelatin lebih kecil dibanding kolagen, sehingga gelatin berbentuk single helix, bukan triple helix. Gelatin sisik basah dan sisik kering mengadung kadar air 15,0% dan 13,7%, rendemen 2,33% and 2,43%, secara berturut-turut. Untuk kedua sampel memiliki nilai pH 7. Key words : gelatin, sisik ikan, struktur molekul, kadar air, rendemen, pH
Pertumbuhan dan sintasan larva kerang mutiara Pinctada maxima pada sumber pakan berbeda Tarigan, Frista; Wullur, Stenly; Warouw, Veibe; Rumengan, Inneke; Ginting, Elvy; Lumenta, Cysca
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 7, No 1 (2019): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.7.1.2019.22815

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengukur pertumbuhan dan menentukan sintasan larva kerang mutiara yang dipelihara pada sumber pakan berbeda, yaitu pakan ikan mentah (penyiapan pakan mengikuti prosedur pada paten No. P00201609066 dan P14201802692) yang telah melalui proses perendaman pada beberapa produk probiotik (seperti: EM4, Probio FM, dan Starbio F9), mikroalga dan larva tanpa pemberian pakan sebagai kontrol. Larva kerang mutiara yang digunakan adalah larva yang telah berumur 14 hari, diambil dari PT.Arthe Samudra, Bitung, Sulawesi Utara. Larva dipelihara menggunakan wadah palstik berisi ± 700 ml air laut 35 ppt yang berisi aerasi dengan kecepatan sekitar ±0.66 ml/menit. Larva kemudian dipelihara selama 14 hari menggunakan sumber pakan berbeda sesuai dengan perlakuan dengan 3 kali pengulangan. Setiap 2 hari sekali diambil sebanyak ±3 ml cuplikan sampel dan larva yang ada dalam cuplikan diukur bagian panjang, tinggi, dan pangkal larva. Pada akhir penelitian, larva dalam semua perlakuan dipanen dan jumlah larva dihitung untuk menentukan sintasan larva pada masing-masing perlakuan. Hasil pengukuran panjang (61.9 - 194.47 µm), tinggi (59.46 - 216.81 µm) dan lebar pangkal cangkang (21 - 88.1 µm) menunjukkan adanya pola pertumbuhan yang cenderung lebih stabil pada larva yang diberi pakan ikan mentah yang telah direndam dengan beberapa produk probiotik dan pada perlakuan pemberian pakan mikroalga dibanding pada perlakuan tanpa pakan. Adapun sintasan larva tertinggi terdapat pada larva yang diberi pakan mikroalga (102 ± 121.7 larva), kemudian larva pada pakan ikan mentah yang direndam pada beberapa produk probiotik; F9 (29 ± 18.02 larva), Probio FM (5.6 ± 1.52 larva) dan EM 4 (1.66 ± 1 larva).
karakteristik pertumbuhan populasi rotifer (Brachionus rotundiformis) tanpa pemberian aerasi dan mikroalga sebagai pakan pada media kadar garam berbeda Fembri, Fransiskus; Kaligis, Erly; Rumengan, Inneke
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 5, No 1 (2017): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.5.1.2017.14996

Abstract

Rotifer sangat populer sebagai biokapsul bagi larva fauna laut, karena menjadi pentransfer nutrien, mikromolekul, asam amino dan asam lemak tak jenuh tingkat tinggi, mineral, vitamin dan antibiotik dari lingkungan hidup ke larva tanpa efek polutan. Metode penelitian yang dilakukan adalah percobaan kultur rotifer dalam kondisi laboratorium  dengan menggunakan media kadar garam berbeda (20, 25, 30 dan 35 ppt). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan populasi dan proporsi betina rotifer yang membawa telur pada setiap perlakuan. Hasil penelitian menunjukan laju pertumbuhan populasi tertinggi pada kadar garam 20 ppt menghasilkan peningkatan pertumbuhan populasi tertinggi pada hari ke-3 yaitu 0,66 sedangkan pada kadar garam lainnya yaitu 25 ppt, 30 ppt, dan 35 ppt nilai r yang diperoleh adalah 0,45 ; 0,26 ; 0,22.  Berdasarkan proporsi betina yang membawa telur hasil tertinggi dicapai pada perlakuan kadar garam 20 ppt yaitu 56.7% pada hari pertama, kemudian pada hari selanjutnya terjadi penurunan. Pada perlakuan kadar garam 20 ppt penurunan terjadi karena pertumbuhan populasi yang tinggi tidak disertai dengan jumlah individu yang membawa telur, sehingga pertumbuhan pada kadar garam 35 ppt lebih tinggi mulai pada hari ke-2 hingga hari ke-5.
AKTIVITAS SENYAWA ANTIBAKTERI DAN ANTI-UV DARI Phyllidia varicosa (Cuvier, 1804) DAN BAKTERI SIMBIONNYA (NUDIBRANCHIA GASTROPODA) DARI PERAIRAN TANJUNG MANDOLANG, MINAHASA Ukar, Melania; Bara, Robert A; Rumengan, Inneke F M; Losung, Fitje; Salaki, Meiske; Warouw, Veibe
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 8, No 2 (2020): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.8.2.2020.28767

Abstract

Phyllidia varicosa is an organism belongs to the order Nudibranchia, which is commonly known as a sea rabbit. This organism is able to synthesize secondary metabolites from food. The purpose of this study was to obtain P. varicosa extract and symbiotic bacterial extract from P. varicosa, then determine the antibacterial activity of P. varicosa extract and the symbionic bacteria extract against Escherichia coli DSM498, Bacillus megaterium DSM32T and anti-UV activity. P. varicose symbiotic bacterial were isolated and extracted. The results obtained 5 bacterial isolates. The results of antibacterial assay of isolates PhVa 1.1, PhVa 1.3, PhVa 2.1, PhVa 2.3 and PhVa 2.4 shown that these isolates have an antibacterial activity against E. coli DSM498 and B. megaterium DSM32T. Anti-UV assay results shown an absorption at UV-A with the highest value of 1.991 at λ 340 nm. Keywords: Nudibranchia, Phyllidia varicosa, Antibacterial, Anti-UV, Escherichia coli, Bacillus megaterium Abstrak Phyllidia varicosa merupakan organisme yang termasuk dalam ordo Nudibranchia, yang umumnya dikenal sebagai kelinci laut. Organisme ini mampu mensintesis metabolit sekunder dari bahan makanannya. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan ekstrak P. varicosa dan ekstrak bakteri simbion dari P. varicosa, kemudian mengamati aktivitas antibakteri dari ekstrak P. varicosa dan ekstrak bakteri simbionnya terhadap bakteri Escherichia coli DSM498 dan Bacillus megaterium DSM32T serta menguji aktivitas anti-UV. Bakteri yang bersimbion dengan P. varicosa diisolasi dan diekstraksi, lalu diuji bioaktivitas antibakteri dan diuji anti-UV terhadap ekstrak P. varicosa dan ekstrak bakteri simbionnya. Hasil akhir dari penelitian ini yaitu didapatkan 5 isolat bakteri. Hasil uji aktivitas antibakteri yaitu isolat PhVa 1.1, PhVa 1.3, PhVa 2.1, PhVa 2.3 dan PhVa 2.4 memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri E. coli DSM498 dan B. megaterium DSM32T. Hasil uji anti-UV menunjukkan serapan pada UV-A dengan nilai tertinggi 1,991 pada λ 340 nm. Kata kunci: Nudibranchia, Phyllidia varicosa, Antibakteri, Anti-UV, Escherichia coli, Bacillus megaterium
ISOLASI JAMUR SIMBION ASCIDIA Schizophyllum commune YANG MEMILIKI AKTIVITAS ANTIBAKTERI Montolalu, Gianfranco; Sumilat, Deiske A; Rumampuk, Natalie D.C.; Rumengan, Inneke FM; Lintang, Rosita AJ; Kreckhoff, Renie Lucia
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 9, No 1 (2021): JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.9.1.2021.33569

Abstract

Ascidian is a benthic invertebrate that produces secondary metabolites. The substances were produced by the ascidian as self-defense from many environmental factors. Several studies report the similar structure between the substances extracted from ascidian and symbiotic fungi with biological activities. This study aims to isolate fungi associated with ascidian Eudistoma sp., then observe its potency on inhibiting bacteria S. aureus dan A. hydrophila. PDA was used to isolate and culture fungal isolate, then extraction using solvent ethyl acetate. Antibacterial activity of this symbiotic fungi isolates extract was performed using the Kirby-Bauer disc diffusion method. Molecular identification of fungi results that the symbiotic fungi were Schizophyllum commune. The observing result showed that fungal extract has the ability on inhibiting the growth of S. aureus and with the inhibition zone 8 mm and A. hydrophila 8,5 mm.Keywords: Ascidian, Eudistoma sp., Schizophyllum commune, Symbiotic, Antibacterial
PENAMBATAN MOLEKUL GLUTATION FAUNA LAUT TERHADAP RESEPTOR DARI BEBERAPA PENYAKIT VIRUS Kai, Q Xaxa Alvin; Rumengan, Inneke FM; Lintang, Rosita AJ; Wullur, Stenly; Sumilat, Deiske A; Pangkey, Henneke; Luntungan, Hein A
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 9, No 2 (2021): JURNAL PESISR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.9.2.2021.34853

Abstract

Glutathion is a tripeptides produced by almost all living creatures, including marine fauna such as rotifers and shrimps. Judging from the important molecular role of glutathion in living cell,  the ability of glutathion as antiviral compound, has been assed by application of the AutodockTools to predict the ability of glutathion as ligand to bind receptors of several viral diseases such as  covid-19, malaria, and hepatitis B. Docking results of glutathion toward target receptor were shown by the parameter, Gibbs energy value, and supported by other data such as the amount of hidrogen bond, amino acid residues, and bond distance. Evidently, the glutathion could bind to  each receptor of covid-19, malaria and hepatitis B, with values of  Gibbs energy (∆G), -7,9, 7,1 and -7,1 kcal/mol, respectively. This proves that glutathion has ability to bind covid-19 receptor, even stronger than its ability to bind receptors of other viral diseases, and to the remdesevir. Between glutathion and covid-19 receptor, there were 11 hidrogen bonds, with distance ranged from 2,76 to 3,25 Å. These were stronger than those between glutathion and receptors of malaria and hepatitis B, only  8 and 4 Å hidrogen bonds, respectively.  To develop glutathion as antiviral drug, it is necessary to carry out in vitro and in vivo analyses, prior to clinical test. Therefore, it requires to explore the marine fauna species that produce glutathion and their cultivation.Keywords: molecular docking, glutathion, marine fauna, autodock vina, viral diseases, binding affinity
Uji Potensi Ekstrak Kasar Teripang Laut Holothuria atra Untuk Anti Kanker Dengan Menggunakan Metode Brine Shirmp Lethality Test Baramuli, Yunita; Kawung, Nickson; Paulus, James JH; Rumengan, Inneke FM; Wagey, Billy Th; Manginsela, Fransin
JURNAL PESISIR DAN LAUT TROPIS Vol 9, No 3 (2021): JURNAL PESISR DAN LAUT TROPIS
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jplt.9.3.2021.36520

Abstract

The aim of this research is to test the potency of Sea cucumber crude extract Holothuria atra using the shrimp larvae Artemia salina Leach. The sample were take from waters of tateli at Minahasa District. Sample preparation and the potential test were done at biology moleculer and marien pharmacy laboratorium of Faculty of Fhiseries and Marine Science Sam Ratulangi University. The sample macerated once with ethanol for 24 hours. Extract of the sample were conentrated using rotary evaporator. Using the  Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) method  with shrimp larvae Artemia salina, Leach. As the sample dry weight  of the sample is 420 g after macerated with ethanol then decreased to 18 g after evaporated. Probit analysis of larva mortalityt data as the indicator of anti-cancer potential shown the value LC5030.01 mg/l. Bioactive compounds of sea cucumber H. arta has potency to be develop as anti-cancer material. Keywords: Anti cancer, Sea cucumber, Holothuria atra, Artemia salina leach   
Co-Authors Ahmad Ismail Akerina, J. Andakke, Jeszy Novianti Ari B Rondonuwu, Ari B Ariyati H Fadel Baramuli, Yunita Billy Theodorus Wagey Budiyanto Budiyanto D. Sumilat Daniel Limbong Deiske Adeliene Sumilat, Deiske Adeliene Didit Dewanto Edi Suryanto Elvy L. Ginting, Elvy L. Emma Suryati Erly Kaligis Erly Kaligis F. Losung, F. Fallen B. Sandana Fembri, Fransiskus Fitje Losung Gerung, Pramulya R.A Ginting, Elvy Gregoria S. S. Djarkasi Grevo S Gerung Harino, Hiroya Harino, Hiroya Henneke Pangkey Hety B Lahope Indra R.N. Salindeho Indriasari ., Indriasari Inoue, Koji Inoue, Koji J. Rimper John Kekenusa Joice R.T.S.L Rimper Joppy Mudeng Julius Sampekalo K. W.A. Masengi Kai, Q Xaxa Alvin Kawung, Nickson Kreckhoff, Reni L. Lintang, Rosita AJ Lucia Cecilia Mandey Lumenta, Cysca Luntungan, Aldian H. Luntungan, Aldian H. Luntungan, Aldian Hein Luntungan, Hein A Malintoi, Adrianus Manginsela, Fransin Markus T. Lasut Marseni Sulung Mberato, Shellyn Prastisia Medy Ompi Melky R Pattiwael Mongan, Jemsi Montolalu, Gianfranco N. D. Rumampuk, N. D. N.D. Rumampuk Nainggolan, Hizkia H Y Natalie D Rumampuk Nawangsari Sugiri Pandey, Engel Pangemaman, Trezya Nilam Sari Parapat, Lasma R M E Patricia Untu, Patricia Paulus, James JH Petrus P Letsoin Pipih Suptijah Rampengan, M. M.F. Remy E. P Mangindaan RICHARDUS KASWADJI Rina Kundre Rinny Modaso Riny Modaso Robert A. Bara Roeroe, Kakaskasen A Rudi Prabowo Rumampuk, N.D. Rumampuk, Natalie D T Salaki, Meiske Salindeho, Netty Salindeho, Netty Sammy N.J. Longdong Songgigilan, Anisha M.G Sri Yuningsih Noor Stenly Wullur Sumampouw, Eliza J Suzanne L Undap Talumepa, Anggun C. N. Tarigan, Frista Trina Tallei Ukar, Melania Veibe Warouw Veibe Warouw Wattayakorn, Gullaya Wattayakorn, Gullaya Yatsuzuka, Emi Yatsuzuka, Emi Zainal Arifin Zammrud Lantiunga