Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Aktivitas Antiproliferatif Ekstrak Wasbensin Daun Eupatorium riparium Reg. : Studi In Vitro Pada HeLa Cell lin Yhani Chrystomo, Linus; Nugroho, L. Hartanto; Wahyuono, Subagus; Krishar Karim, Aditya; Terada, Kumiko; Nohno, Tsutomu
Biota Biota Volume 18 Nomor 1 Tahun 2013
Publisher : PBI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.37 KB)

Abstract

Eupatorium riparium Reg. adalah tumbuhan obat penting asli dari Mexico dan India Barat, yang masuk ke tanah Jawa sejak tahun 1800. Tumbuhan ini mempunyai catatan sejarah digunakan untuk obat tradisional dalam berbagai kultur budaya bangsa secara luas di seluruh dunia dan biasa digunakan untuk obat hipertensi, gagal jantung, diuretik, antikanker, antifungi, dan penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Studi pada HeLa cell line ini dilakukan selama satu bulan. Selanjutnya, studi ini bertujuan meneliti aktivitas antiproliferatif ekstrak wasbensin daun E. riparium terhadap kanker servik manusia Hela cell line. Aktivitas antiproliferatif diuji menggunakan reagen proliferatif sel WST-1 dengan waktu 1, 2, dan 4 jam setelah diinkubasi selama 72 jam pada suhu 37oC dan 5%CO2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak wasbensin daun E. riparium mempunyai aktivitas proliferatif yang potensial terhadap HeLa cell line dengan nilai IC50 berikut 102.69 𝜇g/ml (1 jam), 198.67 𝜇g/ml (2 jam). Saran selanjutnya, penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk mengetahui mekanisme antikanker HeLa cell line.Kata kunci: Eupatorium riparium Reg, antiproliferatif, HeLa, WST-1
AKTIVITAS ANTIINFLAMASI EKSTRAK METANOLIK BUAH MANGGA KASTURI (Mangifera casturi) MELALUI PENGHAMBATAN MIGRASI LEUKOSIT PADA MENCIT YANG DIINDUKSI THIOGLIKOLAT Fakhrudin, Nanang; Putri, Peni Susilowati; Sutomo, Sutomo; Wahyuono, Subagus
Majalah Obat Tradisional Vol 18, No 3 (2013)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.981 KB) | DOI: 10.14499/mot-TradMedJ18iss3pp151-156

Abstract

Mangga kasturi (Mangifera casturi) adalah mangga  khas Kalimantan Selatan. Buah mangga   kasturi dilaporkan memiliki  aktivitas antioksidan dan potensial untuk pengobatan berbagai penyakit termasuk penyakit yang berhubungan dengan inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antiinflamasi dari ekstrak metanol buah mangga kasturi melalui uji migrasi leukosit pada mencit yang diinduksi thioglikolat. Secara singkat, mencit diinduksi dengan thioglikolat untuk menaikkan jumlah leukosit, dan dihitung penghambatan migrasi leukosit oleh ekstrak metanolik buah mangga kasturi. Thioglikolat diberikan selama 4,5 jam (i.p.) sedangkan ekstrak metanolik buah mangga kasturi (i.p.) diberikan 30 menit sebelum pemberian thioglikolat. Keduanya diberikan  secara injeksi intra peritoneal (i.p.). Penghitungan jumlah leukosit dilakukan menggunakan haemositometer dengan bantuan mikroskop. Jumlah leukosit pada kelompok normal, indometasin, ekstrak dosis 625; 125; dan 2,5 g/Kg BB berturut-  turut adalah 38,24%; 11,28%; 65,24%; 19,72%; dan 7,18%. Analisis statistik dengan menggunakan uji post hoc multiple comparison Games Howell dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa ekstrak metanolik buah mangga kasturi dosis 1250 dan 2500 mg/Kg BB mempunyai potensi antiinflamasi  melalui penghambatan migrasi leukosit pada mencit yang diinduksi thioglikolat. Aktivitas ekstrak metanolik buah mangga kasturi tersebut lebih lemah dibandingkan indometasin yang menberikan respon antiinflamasi yang sama pada dosis yang lebih kecil. Uji Kromatrografi Lapis Tipis (KLT) menunjukkan ekstrak metanolik buah mangga kasturi mengandung senyawa triterpenoid dan fenolik.
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DAUN KESEMEK (Diospyros kaki Thunb.) DENGAN METODEDPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) Setyowati, Erna Prawita; Isnindar, Isnindar; Wahyuono, Subagus
Majalah Obat Tradisional Vol 16, No 3 (2011)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (776.457 KB) | DOI: 10.14499/mot-TradMedJ16iss3pp%p

Abstract

Antioksidan merupakan suatu substansi yang pada konsentrasi kecil secara signifikan mampu menghambat atau mencegah oksidasi pada substrat. Salah satu tumbuhan yang berkhasiat sebagai antioksidan adalah kesemek (Diospyros kakiThunb.) yang banyak dibudidayakan di AsiaTimur, Spanyol dan Indonesia. Dalam usaha pencarian senyawa antioksidan alami, telah dilakukan penelitianisolasi dan identifikasi  senyawa  antioksidan daun kesemek (diospyros kakiThunb.) dengan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). Penyarian daun kesemek dilakukan secara maserasi dengan wasbenzen. Ekstrak didapat dengan menguapkan pelarut wasbenzen dengan rotavapor. Dengan cara yang sama residu dimaserasi kembali dengan metanol sehingga didapat ekstrak metanol. Ekstrak ini diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH 0,2%. Ekstrak aktif dipartisi dengan kloroform, metanol, air dan diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH 0,2%. Hasil partisi aktif di KLTP dan diperoleh isolat aktif yang kemurniannya diuji secara KLT. Aktivitas antioksidan (IC50) isolat aktif  dianalisis menggunakan spektrofotometri. Hasil analisis aktivitas antioksidan (IC50)isolat aktif sebesar100,00 µg/ml. Spektrum UV-Vis isolat aktif menunjukan serapan λmax  285 dan 401 nm. Spektrum inframerah (KBr) menampakkan serapan pada3446 cm-1 (OH), 2926 cm-1(CHalifatik), 1456 cm-1 (CH2), 1384 cm-1 (CH3) , 1255 cm-1, dan 1115 cm-1 (C-0-C), 1631 cm-1 (C=Caromatik). Spektra GC-MS memberikan 2 puncak dengan waktu retensi 11,408 menit dengan indeks kemiripan sebesar 79,243%  dengan puncak ion molekul (M•)+ muncul pada m/z 178,163, 147. Spektra ini diperkirakan methyl eugenol.  Puncak dengan waktu retensi 12,982 menit dengan indeks kemiripan sebesar 20,757% menghasilkan spektrum massa dengan puncak ion molekul (M•)+ muncul pada m/z 192,177, 161. Spektra ini diperkirakan senyawa myristicin.
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIBAKTERI DARI DAUN PETAI CINA (Leucaena leucocephala (Lam.) De Wit.) Sartinah, Ari; Astuti, Puji; Wahyuono, Subagus
Majalah Obat Tradisional Vol 15, No 3 (2010)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (541.242 KB) | DOI: 10.14499/mot-TradMedJ15iss3pp22 – 28

Abstract

Tumbuhan merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting dalam upaya pengobatan dan upaya mempertahankan kesehatan masyarakat. Salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional adalah petai cina (Leucaena leucocephala). Secara etnobotani, masyarakat Indonesia telah memanfaatkan daun petai cina sebagai obat-obatan diantaranya sebagai obat luka dan obat bengkak. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan secara ilmiah melalui isolasi dan identifikasi senyawa antibakteri dari daun L. leucocephala. Serbuk kering daun L. leucocephala diekstraksi dengan menggunakan Soxhlet secara bertingkat yang dimulai dengan washbenzen dan diikuti dengan metanol.  Kedua ekstrak kental diuji aktivitas antibakterinya pada Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan E. coli 25922 menggunakan metode difusi agar dan dilihat profil KLT-nya. Ekstrak yang menunjukkan aktifitas terhadap S. aureus difraksinasi menggunakan kromatografi vakum cair dengan fase gerak yang berbeda yakni washbenzen dan kombinasi washbenzen dan etilasetat.  Masing-masing fraksi yang diperoleh diuji aktivitas antibakterinya dan dilihat profil KLT-nya. Senyawa aktif pada fraksi aktif diisolasi dengan kromatografi lapis tipis preparatif (p1a, p2a, p3a). Senyawa aktif (p2a) yang diperoleh diuji kemurniannya secara KLT dengan tiga macam variasi fase gerak. Identifikasi struktur menggunakan spektrofotometer UV, IR, GC-MS dan NMR. Spektrum UV-Vis isolat p2a kloroform menampakkan serapan λmax 214 nm, ini menunjukkan tidak adanya gugus kromofor. Spektrum inframerah menunjukkan serapan pada 3409,4 cm-1 (OH), 2928,2 cm-1(CHalifatik), 2854,3 cm-1(CHalifatik), 1575,5 cm-1 (C=C), 1416,4 cm-1 (CH2), 1385,0 cm-1(CH3), 1258,3 cm-1 dan 1082,3 cm-1 (C-O). Spektra GC-MS menunjukan ion molekul pada m/z 482 (M + H+) dan ion fragmen padda m/z 427   (M + H+). Spektra 1H-NMR (CDCl3) menunjukkan resonansi pada δ 0,8; 1,4; 1,6; 2,0; 2,3; 3,6; 4,2 dan 5,4 ppm. Spektra ini mengindikasikan sebuah senyawa lupeol. 
OPTIMASI FORMULASI SIRUP FRAKSI TIDAK LARUT ETIL ASETAT YANG MENGANDUNG ALKALOID DARI BUNGA KEMBANG SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis L.) Murrukmihadi, Mimiek; Wahyuono, Subagus; Marchaban, Marchaban; Martono, Sudibyo
Majalah Obat Tradisional Vol 16, No 2 (2011)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (209.064 KB) | DOI: 10.14499/mot-TradMedJ16iss2pp101-108

Abstract

Fraksi tidak larut etilasetat yang mengandung alkaloid dari bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) dengan kadar 0,6% b/v mempunyai aktivitas mukolitik yang setara dengan asetilsistein 0,1% berdasarkan kapasitas menurunkan viskositas mukus. Penggunaan bunga kembang sepatu sebagai obat batuk baru dilakukan secara tradisional. Oleh karena itu dibuat sediaan sirup fraksi tidak larut etilasetat yang mengandung alkaloid dari bunga kembang sepatu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui formula optimum sirup fraksi etanolik yang mengandung alkaloid dari bunga kembang sepatu menggunakan metode Simplex Lattice Design. Fraksi tidak larut etilasetat yang mengandung alkaloid dari bunga kembang sepatu diperoleh dengan menggunakan Vacuum Liquid Chromatography (VLC). Metode Simplex Lattice Design digunakan untuk optimasi formula sirup fraksi tidak larut etilasetat yang mengandung alkaloid dari bunga kembang sepatu  dengan tujuh formula berdasarkan variasi jumlah gliserin, larutan sorbitol 70%, dan mucilago CMC-Na 0,5%. Sifat fisik sirup diuji untuk mendapatkan nilai respon total (R total) terbesar sebagai parameter formula optimum menggunakan metode Simplex Lattice Design  dengan  software Design Expert® versi 8.0.2. Sirup formula optimum diperoleh dengan proporsi gliserin sebesar 25,376%; larutan sorbitol 70% sebesar 51,985%; dan mucilago CMC-Na 0,5% sebesar 22,639%. Sirup formula optimum dibuat, kemudian diuji sifat fisik selama 4 minggu penyimpanan. Data yang diperoleh dari uji sifat fisik sirup dibandingkan dengan nilai prediksi dengan software Design Expert® versi 8.0.2. Stabilitas fisik sirup formula optimum minggu ke 0 dibandingkan terhadap stabilitas fisik  minggu ke 4 menggunakan uji-t berpasangan. Hasil menunjukkan bahwa sifat fisik formula optimum sirup fraksi tidak larut etilasetat yang mengandung alkaloid dari bunga kembang sepatu tidak berbeda signifikan dengan prediksi untuk kemudahan dituang dan tanggap rasa kecuali  viskositas dan derajat keasaman. Sirup fraksi etilasetat yang mengandung alkaloid  dari bunga kembang sepatu hasil optimasi kurang stabil selama empat minggu penyimpanan.
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DARI BATANG PAKIS (Alsophila glauca J.Sm) DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1-PIKRILHIDRAZIL) Wahdaningsih, Sri; Wahyuono, Subagus; Setyowati, Erna Prawita
Majalah Obat Tradisional Vol 18, No 1 (2013)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.41 KB) | DOI: 10.14499/mot-TradMedJ18iss1pp%p

Abstract

Stress oksidatif yang diinduksi oleh radikal bebas diketahui dapat mempengaruhi terjadinya berbagai penyakit degeneratif. Sebagai upaya dalam pencarian senyawa antioksidan alami maka telah dilakukan penelitian isolasi dan identifikasi senyawa  antioksidan dari batang pakis (Alsophila glauca J.Sm) dengan metode DPPH. Penyarian batang pakis dilakukan secara maserasi dengan wasbenzen dan metanol. Ekstrak didapat dengan menguapkan pelarut wasbenzen dengan rotavapor. Setelah semua wasbenzen menguap bahan dimaserasi lagi dengan metanol. Dengan cara yang sama seperti pada wasbenzen hingga didapat ekstrak metanol. Ekstrak ini diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH secara KLT. Ekstrak yang aktif kemudian dipartisi dengan metanol 80%. Ekstrak yang larut dan ekstrak yang tidak larut dalam metanol 80% diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH (KLT). Ekstrak yang aktif difraksinasi dengan kromatografi cair vakum dengan menggunakan fase gerak dengan gradient kepolaran yang berbeda (wasbenzen : kloroform) dengan berbagai konsentrasi. Fraksi yang aktif diisolasi dengan metode KLT preparatif dan diperoleh senyawa yang kemurniannya diuji secara KLT. Isolat yang diperoleh diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH menggunakan alat spektrofotometri. Diketahui mempunyai aktivitas antioksidan penangkap radikal dengan IC50 178,4µg/mL.
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAUN KESEMEK (Diospyros kaki L.F) DENGAN METODE DPPH (2,2-DIFENIL-1 PIKRILHIDRAZIN) Isnindar, Isnindar; Setyowati, Erna Prawita; Wahyuono, Subagus
Majalah Obat Tradisional Vol 16, No 2 (2011)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.525 KB) | DOI: 10.14499/mot-TradMedJ16iss2pp63-67

Abstract

Sejauh ini terdapat dua grup jenis antioksidan, yaitu antioksidan sintetis dan alami. Antioksidan alami saat ini merupakan antioksidan yang penting yaitu senyawa fenolik yang banyak diproduksi secara alami dari tanaman. Senyawa fenolat antioksidan merupakan antiradical potensial, aktif karena mereka mampu memberikan hidrogen kepada radikal bebas dan mampu memutus rantai reaksi oksidasi lipid pada tahap awal. Penelitian ini bertujuan untuk mencari senyawa antioksidan alami dari daun kesemek (Diospyros kaki LF) yang telah digunakan secara tradisional untuk mencegah penyakit. Untuk mendeteksi keberadaan senyawa antioksidan dalam suatu sampel ekstrak, dapat digunakan reagen DPPH (2,2-difenil-1-pykrilhidrazin) 2%. Penelitian ini diawali dengan maserasi serbuk daun kesemek (115 g) dengan metanol 3 kali selama 24 jam setiap kali pada suhu kamar. Ekstrak metanol cair yang diperoleh diuapkan dengan rotavapor sehingga diperoleh residu (ekstrak metanol) (fase I). Residu kemudian diekstraksi dengan CHCl3, sehingga diperoleh CHCl3 larut (fase II) dan fraksi tidak larut (endapan). Fraksi tidak larut CHCl3 kemudian diekstraksi dengan air yang memberikan fraksi larut (fase III) dan fraksi tidak larut air. Ketiga fraksi (fase I-III) dilakukan kromatografi dengan TLC, divisualisasi dengan sinar uv-254, 366 nm kemudian disemprot dengan DPPH. Fase II mengandung senyawa antiradical paling kuat seperti yang ditunjukkan oleh perubahan warna kuning cepat dengan latar belakang ungu. Dengan preparatif KLT [SiO2 CHCl3-EtOAc (1-4 v/v)], senyawa antiradikal berhasil diisolasi dan diidentifikasi sebagai senyawa fenolik tersubstitusi. Potensi sebagai antiradical diukur secara spektrofotometri dibandingkan dengan vitamin C, hasil pengukuran menunjukkan bahwa isolat mempunyai IC50 pada 107,7 mg/mL, dan lebih rendah dari IC50 vitamin C (3,04 mg/mL).
AKTIVITAS PENANGKAP RADIKAL BEBAS DARI BATANG PAKIS (Alsophila glauca J. Sm) Wahdaningsih, Sri; Setyowati, Erna Prawita; Wahyuono, Subagus
Majalah Obat Tradisional Vol 16, No 3 (2011)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (603.305 KB) | DOI: 10.14499/mot-TradMedJ16iss3pp%p

Abstract

Stress oksidatif yang diinduksi oleh radikal telah diketahui dapat mempengaruhi terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti kanker, penyakit jantung koroner dan penuaan dini. Tubuh yang  tidak mempunyai sistem pertahanan antioksidan dalam jumlah berlebih sehingga tubuh membutuhkan antioksidan dari luar melalui makanan atau asupan nutrisi lainnya. Batang pakis (Alsophila glauca J. Sm.) diketahui mengandung senyawa fenol. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa senyawa fenol mempunyai aktivitas antioksidan. Sebagai upaya dalam pencarian senyawa antioksidan alami maka telah dilakukan penelitian pengujian aktivitas antioksidan penangkap radikal bebas dari batang pakis. Penyarian batang pakis dilakukan secara maserasi dengan wasbenzen. Ekstrak didapat dengan menguapkan pelarut wasbenzen dengan rotavapor. Setelah semua wasbenzen menguap bahan dimaserasi lagi dengan metanol. Ekstrak diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH secara KLT. Ekstrak aktif kemudian dipartisi dengan metanol 80 %. Memberikan ekstrak larut dan tidak larut dalam metanol 80 % yang kemudian diuji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (KLT). Ekstrak aktif lebih lanjut difraksinasi dengan kromatografi cair vakum dengan menggunakan fase gerak dengan gradient kepolaran yang berbeda (wasbezen : kloroform). Fraksi yang didapat diuji aktivitas antioksidannya. Fraksi yang aktif diisolasi dengan metode KLT preparatif dan diperoleh senyawa yang kemurniannya diuji secara KLT. Isolat yang diperoleh diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH secara spektrofotometri. Isolat aktif mempunyai aktivitas antioksidan penangkap radikal lebih rendah dibandingkan quercetin sebagai kontrol positif ( IC50 178,4 v/s 2,17 µg/mL)
PENETAPAN KADAR ALKALOID DARI EKSTRAK ETANOLIK BUNGA KEMBANG SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis L.) Murrukmihadi, Mimiek; Wahyuono, Subagus; Marchaban, Marchaban; Martono, Sudibyo
Majalah Obat Tradisional Vol 18, No 2 (2013)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (650.015 KB) | DOI: 10.14499/mot-TradMedJ18iss2pp%p

Abstract

Bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) secara tradisional digunakan sebagai peluruh dahak. Berdasarkan atas Bioassay Guided Fractionation, fraksi aktif berhasil dipisahkan dan alkaloid merupakan kandungan utama fraksi. Oleh karena itu alkaloid digunakan sebagai senyawa penanda (marker) ekstrak etanol Hibiscus rosa-sinensis L. Nilai viskositas digunakan sebagai model untuk aktivitas peluruh dahak, dengan asetil sistein sebagai kontrol positif. Selanjutnya penetapan kadar alkaloid dalam ekstrak etanol dilakukan secara KLT-Densitometri (n=5), kadar alkaloid dibandingkan dengan kurva baku dari alkaloid (marker) hasil isolasi (Y=12,1360X+2901,4474). Kadar alkaloid dalam ekstrak etanol kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) sebagai 2,35 ± 0,67 %. 
Cytotoxicity of Buah Merah (Pandanus conoideus Lamk.) Extract on Breast Cancer Cell Line (T47D) Nuringtyas, Tri R; Pratama, Yoga; G, Galih; Wahyuono, Subagus; Moeljopawiro, Sukarti
Indonesian Journal of Biotechnology Vol 19, No 1 (2014)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.811 KB)

Abstract

Buah Merah (Pandanus conoideus Lamk.) has been extensively used to treat various diseases includingcancer. There are many varieties of buah merah and there was no scientifi c study comparing cytotoxicity ofdifferent varieties. The objective of this study was to investigate the cytotoxicity of three varieties of buah merahknown as Barugum, Maler and Yanggiru on breast cancer cell line (T47D). All samples were collected fromPapua, Indonesia. Each sample was extracted consecutively using three solvents chloroform, methanol andwater resulted to nine crude extracts. The cytotoxic activities were determined using MTT assay. The crudeextract showed the lowest IC50 was selected for further bioassay-guided fractionation. Fractionation was doneusing vacuum liquid chromatography coupled with preparative TLC to fi nd the active compounds. Severaldetection reagents were applied to TLC for identifi cation of the class of the potent compounds. The resultshowed that the potent extracts was obtained from Barugum methanol extract followed by Maler chloroformextract with IC50 value of 132.83 μg/ml and 139.72 μg/ml, respectively. All Yanggiru extracts did not showactivity. The bioassay-guided fractionation of Barugum and Maler extracts showed that the most potent fractioneluted by a mixture of hexane:ethyl acetate (75:25), was in Maler variety with IC50 value of 25,7 μg/ml, fourtimes higher than the most potent fraction of Barugum with IC50 value of 104,61 μg/ml. TLC analysis of themost potent fraction showed that the active compounds was class of terpene. Result of this study supportedthe utilization of buah merah Maler variety for breast cancer treatment.