Claim Missing Document
Check
Articles

HORMON DAN PERANNYA DALAM DINAMIKA FOLIKULER PADA HEWAN DOMESTIK ., Hafizuddin; Siregar, Tongku N; Akmal, Muslim
Jurnal Edukasi dan Sains Biologi Vol 1, No 1 (2012): Jurnal Edukasi dan Sains Biologi
Publisher : Universitas Almuslim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dinamika folikuler atau sering disebut dengan gelombang folikuler merupakan suatu perkembangan folikel (folikulogenesis) meliputi pertumbuhan serentak sekelompok folikel, satu diantaranya akan menjadi folikel dominan, mencapai ukuran terbesar, serta akan menekan perkembangan folikel-folikel lain. Folikulogenesis adalah proses yang bertanggung jawab untuk perkembangan folikel ovulatori dan pelepasan satu atau lebih oosit pada interval tertentu pada keseluruhan siklus reproduksi hewan betina. Jumlah gelombang per siklus tidak tergantung pada usia atau breed hewan. Gelombang folikel terdiri dari kelompok folikel yang mengalami perkembangan serentak selama fase akhir pertumbuhan. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui hormon apa saja yang terlibat dalam proses tersebut serta peranannya. Dinamika folikuler di negara maju sudah di aplikasikan dalam memantau fertilitas dan manipulasi reproduksi, sehingga dengan pengetahuan tersebut juga akan dapat menambah pengetahuan fungsi ovarium pada hewan.Kata kunci : hormon, dinamika folikuler, hewan domestic
EPIDIDIMIS DAN PERANNYA PADA PEMATANGAN SPERMATOZOA Akmal, Muslim; Masyitah, Dian; Hafizuddin, Hafizuddin; Fitriani, Fitriani
Jurnal Edukasi dan Sains Biologi Vol 4, No 2 (2015): Jurnal Edukasi dan Sains Biologi
Publisher : Universitas Almuslim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Epididymis is the important organ in male reproductive system. Functions of epididymis are as transportation, maturation, and storage of sperm. Sperm of testikular are non-functional gamets, and only during transit through the epididymis, the sperm will become functional gamets. Synthesis and secretion of some proteins by epididymis epithelium are very important for maturation of sperm in epididymis. The objective is to know the important role of epididymis in secretion of some proteins or molecule and its function for sperm maturation. Keywords : Epididymis, spermatogenesis, protein
HORMON DAN PERANNYA DALAM DINAMIKA FOLIKULER PADA HEWAN DOMESTIK ., Hafizuddin; Siregar, Tongku N; Akmal, Muslim
Jurnal Edukasi dan Sains Biologi Vol 1, No 1 (2012): Jurnal Edukasi dan Sains Biologi
Publisher : Universitas Almuslim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dinamika folikuler atau sering disebut dengan gelombang folikuler merupakan suatu perkembangan folikel (folikulogenesis) meliputi pertumbuhan serentak sekelompok folikel, satu diantaranya akan menjadi folikel dominan, mencapai ukuran terbesar, serta akan menekan perkembangan folikel-folikel lain. Folikulogenesis adalah proses yang bertanggung jawab untuk perkembangan folikel ovulatori dan pelepasan satu atau lebih oosit pada interval tertentu pada keseluruhan siklus reproduksi hewan betina. Jumlah gelombang per siklus tidak tergantung pada usia atau breed hewan. Gelombang folikel terdiri dari kelompok folikel yang mengalami perkembangan serentak selama fase akhir pertumbuhan. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui hormon apa saja yang terlibat dalam proses tersebut serta peranannya. Dinamika folikuler di negara maju sudah di aplikasikan dalam memantau fertilitas dan manipulasi reproduksi, sehingga dengan pengetahuan tersebut juga akan dapat menambah pengetahuan fungsi ovarium pada hewan.Kata kunci : hormon, dinamika folikuler, hewan domestic
EPIDIDIMIS DAN PERANNYA PADA PEMATANGAN SPERMATOZOA Akmal, Muslim; Masyitah, Dian; Hafizuddin, Hafizuddin; Fitriani, Fitriani
Jurnal Edukasi dan Sains Biologi Vol 4, No 2 (2015): Jurnal Edukasi dan Sains Biologi
Publisher : Universitas Almuslim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

CYCLOOXYGENASE-2 (COX-2) EXPRESSION ON TESTIS CONNECTIVE TISSUE OF Rattus norvegicusAFTER TREATMENT WITH BETEL NUT EXTRACT (Areca catechu) Akmal, Muslim; Riawan, Wibi
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 23, No 3 (2007)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (824.806 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2007.023.03.3

Abstract

Betel nut contains alcaloids such as arecoline, arecaine, arecaidine, arecolidine, guvacine, guvacoline and isoguvasine. Arecoline has ability to change gonad morph-function, including shape abnormality of sperm. This research was conducted to prove the ability of betel nut extract (Areca catechu) in causing apoptosis on testis connective tissue of Rattus novergicus. This research used male; 2-3 months age, 150-200 grams body weight of white rats Rattus norvegicus strain Wistar. The rats were divided into 5 groups in equalnumber, 3 rats respectively. They were a control group without treatment and 4 groups as treatment groups which were given doses of betel nut extract, i,e., 1, 2, 3  and 4 gram during seven days. The result showed that dose variation ofbetel nut extract could induction of COX-2 expression on rats (Rattus norvegicus) strain Wistar testicular seminiferous tubule. Keywords: Betel nut extract, Rattus norvegicus, testis, cyclooxygenase-2
Gambaran Histologi dan Histomorfometri Penis Kuda Gayo Juli Melia; Morteza Almuthahhar; Muslim Akmal; Al Azhar
Acta VETERINARIA Indonesiana Vol. 9 No. 3 (2021): November 2021
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/avi.9.3.154-162

Abstract

Penis kuda adalah alat kopulasi utama pada kuda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histologi danhistomorfometri penis pada kuda gayo. Sampel penelitian menggunakan penis dari 3 ekor kuda gayo jantan berumur 5-10 tahun yang dipotong di Rumah Potong Hewan Dolok Sanggul, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Prosesmikroteknik dilakukan terhadap sampel menggunakan pewarnaan hematoksilin-eosin (HE). Pengamatan strukturhistologi menggunakan mikroskop dan dilakukan pengukuran ketebalan lapisan epitel uretra, ketebalan tunikaalbugenia di corpora cavernosa dan corpus spongiosum radix, corpus, dan glans penis menggunakan program aplikasitoupview. Hasilnya dibahas secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan gambaran histologi penis kuda gayo terdiriatas dua jaringan erektil yaitu corpora cavernosa dan corpus spongiosum serta satu uretra. Sinusoid cavernosal daricorpus cavernosum mengandung banyak trabekula yang terdiri atas jaringan ikat fibroelastis, serat otot polos danfibroblas. Corpus spongiosum memiliki trabekula yang lebih tipis dengan ruang kavernosa yang lebih besar. Corpuscavernosum dan corpus spongiosum ditutup oleh tunika albuginea. Uretra terdiri atas berbagai epitel, seperti epitelberlapis transisional, epitel kolumnar berlapis dan epitel skuamosa. Pengukuran histomorfometri menunjukkan bahwaketebalan tunika albugenia radix dan corpus penis kuda gayo berturut-turut adalah 2.181,10 ± 48,50 µm, dan 2.366,51 ±131,48 µm., sedangkan ketebalan lapisan epitel uretra adalah 50,02 ± 6,95 µm. Kesimpulannya adalah penis kuda gayoterdiri atas radix, corpus dan glans penis. Radix dan corpus penis kuda gayo terdiri atas jaringan ikat, otot polos dansinusoid cavernosal; glans penis terdapat sinus uretra.
AH-25 Sperm Morphology of the Javan Muntjak, Muntiacus muntjak muntjak Sri Wahyuni; Gholib Gholib; Wahono Esthi Prasetyaningtyas; I Ketut Mudite Adnyane; Srihadi Agungpriyono; Hamny Hamny; Muhammad Jalaluddin; Mustafa Sabri; Muslim Akmal; Muhammad Agil; Tuty Laswardi Yusuf
Media Veteriner Proceedings of The 5th Congress of Asian Association of Veterinary Anatomists (Asian AVA) 2015
Publisher : Media Veteriner

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (479.056 KB)

Abstract

Sperm Morphology of the Javan Muntjak,  Muntiacus muntjak muntjak
Evaluasi Validitas Human Cortisol Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) Kit dan Waktu Sentrifugasi Sampel Darah untuk Pengukuran Konsentrasi Hormon Kortisol pada Kambing Kacang Gholib Gholib; Sri Wahyuni; Rahma Melinda; Muslim Akmal
Jurnal Agripet Vol 21, No 1 (2021): Volume 21, No. 1, April 2021
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/agripet.v21i1.18153

Abstract

ABSTRAK. Penggunaan human cortisol enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) kit untuk pengukuran hormon kortisol pada hewan dan keterlambatan waktu sentrifugasi sampel darah untuk analisis hormon perlu dievaluasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi validitas human cortisol ELISA kit (EIA-1887, DRG Instruments GmbH, Germany) untuk pengukuran konsentrasi kortisol dan menguji pengaruh keterlambatan waktu sentrifugasi sampel darah terhadap stabilitas konsentrasi kortisol pada kambing kacang. Sampel darah dikoleksi dari delapan ekor kambing kacang. Uji validitas kit EIA-1887 dilakukan secara: a) analitik (uji parallelism, akurasi, dan presisi), dan b) biologis (pengukuran kortisol sebelum dan setelah transportasi). Uji keterlambatan waktu sentrifugasi terhadap stabilitas konsentrasi kortisol dilakukan dengan 5 perlakuan yaitu disentrifugasi kurang dari 1 jam (P1/kontrol), 6 jam (P6), 12 jam (P12), 18 jam (P18),dan 24 jam (P24) setelah darah dikoleksi. Data uji parallelism dianalisis dengan uji persamaan kemiringan, uji presisi dihitung % CV (coefficient variation) intra-assay dan inter-assay, uji akurasi dihitung % recovery, uji T untuk validasi biologis, dan uji ragam (One Way Anova) untuk pengaruh waktu sentrifugasi. Hasil uji parallelism menunjukkan kurva sampel kambing kacang sejajar/parallel dengan kurva standar kortisol. Akurasi kit EIA-1887 adalah 103,43±7,85%, dan % CV intra-assay dan inter-assay adalah 10%. Konsentrasi kortisol setelah transportasi secara signifikan lebih tinggi daripada sebelum transportasi (p0,05). Adanya penurunan secara nyata konsentrasi kortisol pada darah yang disentrifugasi 24 jam (P24) setelah koleksi (p0,05). Kesimpulan, human cortisol ELISA kit (EIA-1887) memiliki validitas yang baik secara analitik dan biologis untuk digunakan dalam pengukuran konsentrasi kortisol pada kambing kacang. Keterlambatan waktu sentrifugasi selama 24 jam berpengaruh terhadap konsentrasi kortisol.  (Evaluation the Validity of Human Cortisol Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) Kit and Centrifugation Time of Blood Sample for Measuring the Concentration of Cortisol in Kacang Goats)  ABSTRACT. The use of human cortisol ELISA kit for measuring cortisol in animals and delayed to blood centrifugation time for hormone measurement need to be evaluated. This study aimed to evaluate the validity of human cortisol ELISA kit (EIA-1887, DRG Instruments GmbH, Germany) for cortisol measurement and effect of delayed to blood centrifugation time on cortisol concentrations in kacang goats. Blood was collected from eight kacang goats. Validation test of EIA-1887 kit was performed through: a) analytical (parallelism, accuracy, and precision tests), and b) biological validations (measuring cortisol concentrations before and after transportation). Five treatments were performed to test delayed to centrifugation time: blood centrifuged at 1 h (control, P1), 6 h (P6), 12 h (P12), 18 h (P18), and 24 h (P24) after collection. Parallelism data were analyzed by slope equality test, precision and accuracy calculated by % CV of intra-and inter-assay, and % recovery, respectively. Data of biological validation and centrifugation time effects were analyzed by Student t-test, and one way ANOVA, respectively. Results of parallelism showed that serial dilution curve of kacang goat plasma was parallel with cortisol standard curves. Accuracy of EIA-1887 kit was 103.43±7.85%, and % CV of intra-and inter-assay were 10%. Concentration of cortisol after transportation was significantly higher than before transportation (p0.05). Concentration of cortisol was significantly decreased when blood was centrifuged at 24 h after collection (P0.05). In conclusion, human cortisol ELISA kit (EIA-1887) is a reliable assay for measuring cortisol in plasma of kacang goat. Delayed to blood centrifugation time affect cortisol concentrations.
Histologi, Histomorfometri, dan Histokimia Hati Ayam Buras (Gallus gallus domesticus) Selama Periode Sebelum dan Setelah Menetas Siswandy Siswandy; Erdiansyah Rahmi; Dian Masyitha; Fitriani Fitriani; Fadli A. Gani; Zuhrawaty Zuhrawaty; Muslim Akmal
Jurnal Agripet Vol 20, No 2 (2020): Volume 20, No. 2, Oktober 2020
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/agripet.v20i2.16011

Abstract

ABSTRAK. Hati adalah kelenjar terbesar yang terdapat di dalam tubuh dan dapat dianggap sebagai organ pusat dalam pemeliharaan suplai energi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui histologi, histomorfometri, dan histokimia sebaran glikogen pada hati ayam buras sebelum dan sesudah menetas. Sampel penelitian dibagi menjadi empat kelompok tingkat umur berbeda dan masing-masing kelompok berjumlah enam hati ayam. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan nyata (P0,05) pertumbuhan hati ayam buras secara makroskopis. Pada setiap perkembangan sudah terdapat hepatosit berbentuk poligon yang memiliki inti sel bulat di tengah hepatosit, terdapat juga vena central yang dilapisi sel endotel pipih selapis serta didapati sinusoid yang berada diantara hepatosit, dan juga ditemukan Kupffer’s cell hanya pada hati ayam setelah menetas hari ke-7. Hasil pengukuran diameter vena central hati ayam buras hari ke-7, hari ke-14, hari ke- 20 sebelum menetas dan hari ke-7 setelah menetas berturut-turut adalah 17,70 ± 1,16 µm; 60,32 ± 2,22 µm; 49,316 ± 1,93 µm; dan 129,11 ± 7,43 µm. Hasil histokimia sebaran glikogen pada hati ayam buras hari ke-14, hari ke- 20 sebelum menetas dan hari ke-7 setelah menetas berturut-turut adalah 1,44 ± 0,93; 2,27 ± 0,74; dan 2,77 ± 0,15. Dapat disimpulkan, bahwa diameter vena central dan sebaran glikogen meningkat seiring pertumbuhan ayam buras. (Histological, histomorphometrical, and histochemical of liver on native chicken (Gallus gallus domesticus) during pre and posthatch period) ABSTRACT. The liver is the largest gland in the body and considered as a central organ in maintaining energy supplies. The study aimed to determine the histologic, histomorphometric and histochemical of glycogen distribution in the liver of native chicken during pre and posthatching period.. The study sample were divided into four different age groups and each group consisted of six chicken livers. The results showed a significant difference (P0,05) in native chicken liver growth macroscopically. In every development there are already polygonal hepatocytes that have a round cell nucleus in the middle of the hepatocytes, there is also a central vein that is coated with a layer of flat endothelial cells and also sinusoids that are between the hepatocytes, and kupffer's cells also found in chicken liver 7th day posthatching. The results measurements of the central vein diameter in liver native chickens on the 7th, 14th, 20th pre hatching period and 7th post hatching were 17.70 ± 1.16 µm; 60.32 ± 2.22 µm; 49.32 ± 1.93 µm; and 129.11 ± 7,43 µm; The measure results of the glycogen distribution in liver native chickens on the 14th, 20th pre hatching period and 7th post hatching were 1,44 ± 0,93; 2,27 ± 0,74; and 2,77 ± 0,15. It can be concluded, that central vein diameter and glycogen distribution were increased by growth of native chickens.
Aplikasi Metode Emersi Fiksatif Berbeda terhadap Morfologi Histologi Testis dan Epididimis Kambing Lokal(Capra sp.) Fitriani Fitriani; Husmimi Husmimi; Muslim Akmal
Jurnal Agripet Vol 18, No 1 (2018): Volume 18, No. 1, April 2018
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/agripet.v18i1.8848

Abstract

ABSTRAK. Penelitian  ini bertujuan  untuk  melihat morfologi histologi testis dan epididymis  kambing lokal(Capra sp.) dengan umur 1-1,5 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratorik dengan menggunakan 6 testis dan 6 epididimis yang diambil secara acak dan masing-masing di fiksasi dalam fiksatif formalin dan neutral buffered formaline (NBF) 10% dengan waktu fiksasi 15 hari. Pembuatan dan pengamatan jaringan testis dan epididimis dilakukan di laboratorium histologi FKH Unsyiah. Pengamatan mikroskopis secara kualitatif yang diamati pada 10 tubulus testis dan epididimis. Hasil pengamatan dianalisis secara deskriptif. Secara mikroskopik, gambaran struktur jaringan testis dan epididimis kambing terlihat jelas. Ruang antar membran tubulus pada metode emersi fiksatif formalin masih terlihat longgar, sedangkan pada metode emersi fiksatif NBF terlihat padat. Pengerutan sel sangat terlihat pada fiksatif formalin dibandingkan fiksatif NB, namun autolisis sel terlihat tidak nyata pada kedua fiksatif tersebut. Secara umum, kondisi membran tubulus terlihat utuh pada testis dan epididimis dengan fiksatif formalin dan NBF, namun sedikit terlihat degenerasi hidropis pada ruang antar sel dalam tubulus seminiferus. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa perbedaan hasil pada preparat testis dan epididimis dengan menggunakan fiksatif berbeda, kemungkinan dapat dipengaruhi oleh jenis bahan fiksatif, ukuran dan struktur yang berbeda pada kedua organ. Pemilihan metode emersi fiksatif pada jaringan testis dan epididimis sangat penting untuk mempermudah pengamatan morfologi histologi.(Application of different fixative emersi methods for histological morphology of testicular and epididymal local goats (Capra sp.))ABSTRACT. This research was conducted to observe the histological morphology of testicular and epididymal tissues of local goats  at the same age (1-1,5 years old). This research is laboratory experimental research using 6 testes and epididymis 6 taken randomly and each fixed in fixative neutral buffered formalin (nbf) and formaline 10% with a 15 day fixation time. Preparation and observation of the epididymis and testicle tissue is performed in the laboratory of histology FKH Unsyiah. Qualitative microscopic observations were observed in 10 testes and epididymal tubules. The observations analyzed descriptively. Microscopically, the picture of tissue structure of the testes and epididymis of kacang goats is evident.The intermediate space of the tubules in the formalin fixation emersy method still looks loose, whereas in NBF fixative emersy method looks solid. Cell shrinking is highly visible in formalin fixation compared with NBF fixation, but cellular autolysis appears to be invisible in both fixation methods. Generally, tubular membrane conditions are seen intact on the testes and epididymis with formalin and nbf fixation. Differences in results on testicular and epididymal preparations using different fixative materials, may be affected by different types of fixation, size and structure in both organs. The selection of a fixative emersi method on testicular tissue and epididiymis is essential to evaluate the histologic morphology.
Co-Authors Abdullah, Mohd Agus Nashri Agik Suprayogi Al Azhar Amiruddin . Amiruddin A Andi Novita Arman Sayuti Arman Sayuti Aulanni'am, Aulanni'am Awaluddin Awaluddin Bagus Dwijayanti Basuki B. Purnomo Boni Anggara Cut Dahlia Iskandar Cut Dahlia Iskandar Cut Nila Thasmi Dasrul Dasrul Denny Irmawati Dewi Ratna Sari Dian Masyitah, Dian Dian Masyitha Dian Masyitha Dwinna Aliza Dwinna Aliza Eka Meutia Sari Erdiansyah Rahmi Fadli A. Gani Farida Athaillah Fitriani Fitriani Fitriani Fitriani Fitriani Fitriani Fitriani Fitriani Gholib Gholib Hafizuddin Hafizuddin Hamdan H Hamdani Budiman Hamdani H Hamny Sofyan Hermawaty Tarigan Husmimi Husmimi Husmimi Husmimi Husnurrizal . Idawati Nasution Indra Sitorus Joharsyah J Juli Melia Ketut Adnyane Mudite M Nur Salim M Nur Salim M. Aris Widodo Mahdi Abrar Morteza Almuthahhar MUHAMMAD AGIL Muhammad Hambal Muhammad Jalaluddin Mulyadi Adam Mulyadi Adam Mulyadi M Mustafa Sabri Nanda Yulian Syah Nazaruddin N Nuzul Asmilia Rahma Melinda Rahmandi r Razali R Rina Aulia Barus Rinidar R Roslizawaty R Sariadi Sariadi Satria Tanjung Siswandy Siswandy Sri Wahyuni Sri Wahyuni Sri Wahyuni Sri Wahyuni Srihadi Agungpriyono Sugito Sugito Sugito Sugito Sultan Fadhilla Taqwa Suriadi S Susi Darmayanti Sutiman B. Sumitro Syafruddin S Syafruddin S Syafruddin Syafruddin T. Armansyah T. Armansyah Teuku Reza Ferasyi Tongku N Siregar Tongku Nizwan Siregar Tongku Nizwan Siregar Tuty Laswardi Yusuf Ummu Balqis Wahono Esthi Prasetyaningtyas Wahyuni, Sri Wibi Riawan Zainuddin Z Zuhrawaty Zuhrawaty Zulyazaini Zulyazaini