Claim Missing Document
Check
Articles

KARAKTERISTIK DAN SIFAT KINETIKA ENZIM KITINASE ASAL JAMUR ENTOMOPATOGEN Beauveria bassiana Nunung Eni Elawati; Sri Pujiyanto; Endang Kusdiyantini
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol. 5 No. 1 (2018): June 2018
Publisher : Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (461.337 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v5i1.2587

Abstract

Characteristics and Kinetics of Chitinase Enzyme from Entomopathogenic Fungus Beauveria bassianaBeauveria bassiana is one of the entomopathogenic fungi that produces chitinase when infecting the host. Chitinase is widely used as biocontrol agents because it can degrade chitin into an environmentally friendly product. This study aims to characterize and test the kinetics of chitinase from B. bassiana. This characterization includes determination of pH and optimum temperature, enzyme stability and enzyme kinetics test by determining Km and Vmax value with Lineweaver-Burk equations. The result of experiment showed that the chitinase B. bassiana had pH and optimum temperature of 5 and 40ºC respectively. This enzyme was stable until 90 minutes incubation at 40ºC. The Km and Vmax values were 0.181 mg/L and 0.022 mg/L.sec respectively. The Km value is higher than Vmax, which means the affinity of the enzyme to the lower substrate requiring high substrate concentration to increase the reaction rate. It can be concluded that the chitinase activity of B. bassiana is still low.Keywords: Beauveria bassiana, characteristics and kinetics, chitinase enzyme, entomopathogenic, Lineweaver-BurkABSTRAKBeauveria bassiana merupakan salah satu jamur entomopatogen yang memproduksi kitinase saat menginfeksi inangnya. Enzim kitinase saat ini banyak digunakan sebagai agen biokontrol karena dapat mendegradasi kitin menjadi produk yang ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi dan menguji kinetika enzim kitinase asal jamur B. bassiana. Metode yang digunakan dalam karakterisasi ini mencakup penentuan pH dan suhu optimum, kestabilan enzim pada suhu optimumnya, dan uji kinetika enzim yang mencakup penentuan nilai Km dan Vmaks dengan persamaan Lineweaver-Burk. Hasil penelitian karakterisasi menunjukkan bahwa enzim kitinase B. bassiana mempunyai pH dan suhu optimum masing-masing 5 dan 40ºC. Enzim ini stabil sampai pada 90 menit inkubasi pada suhu 40ºC. Nilai Km diperoleh 0,181 mg/L dan Vmaks sebesar 0,022 mg/L.detik. Nilai Km lebih tinggi daripada Vmaks, yang artinya afinitas enzim terhadap substrat rendah sehingga membutuhkan konsentrasi substrat yang tinggi untuk meningkatkan kecepatan reaksi, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas kitinase dari B. bassiana masih tergolong rendah.Kata kunci: Beauveria bassiana, entomopatogen, enzim kitinase, karakteristik dan kinetik, Lineweaver-Burk
ISOLASI KHAMIR DARI BATANG TANAMAN TEBU DAN IDENTIFIKASINYA BERDASARKAN SEKUENS INTERNAL TRANSCRIBED SPACER Ika Anggraini; Rejeki Siti Ferniah; Endang Kusdiyantini
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol. 6 No. 1 (2019): June 2019
Publisher : Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1938.168 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v6i1.3276

Abstract

Isolation of Yeasts from Sugarcane Stems and Their Identification Based on Internal Transcribed Spacer Sequences ABSTRACTFermentative yeasts used in food, health, and energy industries need to be explored to discover their potential. The purpose of this study was to obtain fermentative yeast isolates from sugarcane stems and subsequently to undertake morphological, biochemical, and molecular identification. The isolation of epiphytic and endophytic yeasts was carried out by spread plate method using sugarcane soak water and sugarcane juice on potato dextrose agar (PDA) and yeast-glucose-peptone (YGP) agar media. Morphological identification was based on macroscopic and microscopic observations. Biochemical identification was performed using carbohydrate fermentation and 50%-glucose media tests. Selected isolates were identified molecularly using Internal Transcribed Spacer (ITS). Seven yeast isolates were obtained, of which isolate Ed 1B was selected. Isolate ED 1B was of round colonies, creamy white colour, shiny, embossed, and wavy appearance, ovoid cell shape with a cell diameter of 4.74 µm. It had budding cells, was able to ferment glucose and sucrose (but not lactose), and grew on 50 %-glucose media. Results of BLAST showed that isolates Ed 1B had 99% homology with Kodamaea ohmeri.Keywords: isolation, ITS, molecular identification, Saccharum officinarum L., yeast ABSTRAKKhamir fermentatif yang digunakan dalam industri pangan, kesehatan dan energi perlu dieksplorasi untuk mengetahui potensinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh isolat khamir fermentatif dari batang tebu dan untuk kemudian diidentifikasi secara morfologi, biokimia dan molekuler. Isolasi khamir epifit dan endofit dilakukan dengan metode cawan sebar dari air rendaman tebu dan jus tebu pada media potato dextrose agar (PDA) dan yeast-glucose-peptone (YGP). Identifikasi morfologi berdasarkan pengamatan makroskopis dan mikroskopis. Identifikasi biokimia menggunakan uji fermentasi karbohidrat dan uji media glukosa 50%. Isolat terpilih diidentifikasi molekuler menggunakan Internal Transcribed Spacer (ITS). Hasil isolasi memperoleh 7 isolat khamir. Satu isolat terpilih (Ed 1B) didapatkan dan memiliki ciri-ciri koloni bulat, putih krem, mengkilap, timbul, bergelombang, bentuk sel ovoid dengan diameter sel 4,74 µm, memiliki budding cell, mampu memfermentasi glukosa dan sukrosa, tidak memfermentasi laktosa, serta tumbuh pada media glukosa 50%. Hasil BLAST menunjukkan bahwa isolat Ed 1B memiliki homologi 99% dengan Kodamaea ohmeri.Kata Kunci: identifikasi molekuler, isolasi, ITS, khamir, Saccharum officinarum L.
ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI ASAM LAKTAT DARI PANGAN FERMENTASI CINCALOK SEBAGAI PENGHASIL GAMMA-AMINOBUTYRIC ACID Adhitya Naufal Pribadhi; Endang Kusdiyantini; Rejeki Siti Ferniah
Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) Vol. 8 No. 1 (2021): June 2021
Publisher : Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (577.96 KB) | DOI: 10.29122/jbbi.v8i1.3906

Abstract

Isolation and Characterization of Lactic Acid Bacteria from Fermented Food Cincalok as Producer of Gamma-Aminobutyric Acid Cincalok is a fermented food originating from West Kalimantan. This study aimed to obtain lactic acid bacterial isolates (LAB) capable of producing gamma-aminobutyric acid (GABA), to characterize the LAB isolates obtained, and to obtain GABA by the Thin Layer Chromatography (TLC) method. Bacterial growth and GABA production was carried out by adding 5% MSG and without MSG, and measured spectrophotometrically. In this study, 4 LAB bacterial isolates were obtained which were coded CIN-1, CIN-2, CIN-3, and CIN-4. GABA identification of all the LAB isolates using TLC Silica Gel 60 F254 with butanol: acetic acid: distilled water (5: 3: 2) as eluent yielded Rf 0.61 and Rf MSG 0.38. The highest growth was achieved by isolate CIN-3 with an absorbance of 1.488 (at 48 hour) in non-MSG medium, while the addition of 5% MSG resulted in an absorbance of 1.631 (at 42 hour). GABA production was achieved by isolate CIN-3 with 5% MSG treatment with a concentration of 201.472 mM and without MSG with a concentration of 171.195 mM. Cincalok merupakan pangan fermentasi yang berasal dari Kalimantan Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat bakteri asam laktat (BAL) yang mampu menghasilkan gamma-aminobutyric acid (GABA), melakukan karakterisasi isolat BAL yang diperoleh dan dapat diperoleh GABA dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Penumbuhan bakteri dan produksi GABA dilakukan dengan penambahan MSG 5% dan tanpa MSG, dan diukur menggunakan spektrofotometer. Dalam penelitian ini diperoleh 4 isolat bakteri BAL yang diberi kode CIN-1, CIN-2, CIN-3, dan CIN-4. Identifikasi GABA dari semua isolat BAL tersebut menggunakan KLT Silica Gel 60 F254 dengan eluen butanol: asam asetat: aquades (5: 3: 2), menghasilkan Rf 0,61 dan Rf MSG 0,38. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada isolat CIN-3 non MSG dengan absorbansi 1,488 (jam ke-48), sedangkan dengan penambahan MSG 5% menghasilkan absorbansi 1,631 (jam ke-42). Produksi GABA dicapai isolat CIN-3 dengan perlakuan MSG 5% dengan konsentrasi 201.472 mM dan tanpa MSG dengan konsentrasi 171,195 mM.
APPLICATION OF OZONE-SLURRY ICE COMBINED SYSTEM FOR MAINTAINING THE FRESHNESS OF RED TILAPIA AND SHORT-BODIED MACKEREL DURING COLD STORAGE Tri Winarni Agustini; Muhammad Nur; Endang Kusdiyantini
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 20 No 2 (2017): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia
Publisher : Department of Aquatic Product Technology IPB University in collaboration with Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.918 KB) | DOI: 10.17844/jphpi.v20i2.18363

Abstract

Application of ozone combined with the chilling system on preserving fresh fish has obviously brought about more advantages. This study observed the application of an ozone-slurry ice combined system for maintaining the freshness of two different fishes during storage. The fishes used were red tilapia (Oreochromis niloticus) and short-bodied mackerel (Scomberomorus rastrelliger), using ozone and slurry ice. The experimental design used was factorial using a completely randomized design employed with an ozone concentration of 0 ppm and 3.5 ppm with storage times of 0, 4, 8, 12, and 16 days. The parameters observed included: peroxide value (PV), total volatile base nitrogen (TVBN), total viable count (TVC), and a sensory test. The parametric data were analyzed using ANOVA and followed by least significant difference (LSD), whereas the non-parametric data were analyzed using the Kruskal Wallis test followed by multiple comparison tests. Ozone and slurry ice treatment of different concentrations had a significant (p<0.05) effect on the TVBN, the PV, and the TVC. The interaction of ozone and slurry ice provided no significant  difference (p>0.05) in both samples.A sensory evaluation in both samples showed good correlation with TVC. This study showed that ozone and slurry ice could  maintain the samples freshness during storage.    
Struktur Komunitas Copepoda di Perairan Jepara Hadi Endrawati; Muhammad Zainuri; Endang Kusdiyantini; Hermin P Kusumaningrum
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 12, No 4 (2007): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (747.132 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.12.4.193-198

Abstract

Copepoda merupakan komponen terbesar dari zooplankton di laut dan berperan sebagai produser sekunder serta konsumer. Berdasarkan perannya dalam jaring-jaring makanan, maka komunitas copepoda pada suatu perairan dapat digunakan untuk menilai produktivitas perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas copepoda di perairan Jepara. Penelitian ini dilaksanakan dari April hingga Desember 2005 di perairan Jepara dan identifikasi dilakukan di Laboratorium Biologi Oseanografi UNDIP. Enam stasiun untuk pengambilan sampel yang dilakukan sebulan sekali. Pengambilan sampel copepoda dilakukan dengan planktonnet 100 mm, dengan menyaring air sebanyak 1 m3 secara vertikal dari dasar perairan. Sampel yang diperoleh diawetkan dengan formalin 4% untuk diidentifikasi di laboratorium. Keanekaragam, keseragaman dan dominansi dianalisa untuk mengetahui struktur komunitas copepoda. Pengukuran parameter kualitas air yang meliputi suhu, salinitas pH, arus dan kecerahan dilakukan secara bersamaan dengan pengambilan sampel. HasiI penelitian di perairan Jepara terdapat3 ordodan 18 genus copepoda, yaitu Ordo Calanoida (13 genus), Cyclopoida (2 genus) dan Harpacticoida (3 genus). Kelimpahan copepoda di perairan Jepara sebesar 5 - 546 ind/l, dengan rata-rata 316 ± 85, keanekaragaman 2,3259-2,3594, keseragaman 0,80 - 0,81 dan terdapat dominansi Acartia sp dan Calanus sp. Kata kuncl: Copepoda, Struktur Populasi, Jepara The dominantion ofcopepod in the zooplankton community, play an important role as secondary producer and primary consumer in the sea food web. Due to this function, the copepod population can be use as the sea water productivity. The aim of the research is to know and copepod community structure at Jepara Waters. The research was conducted from April to December 2005 at the Jepara Wafers and the samples were identified at Laboratory of Biological Oceanography, UNDIP. There were six stations established as the research site area. Monthly sampling was done. Copepod were collected using the 100 mm plankton net, by filtering a total of 1 m3 sea water taken vertically. The samples were preserved by the addition of formaldehyde 4% and identified in the laboratory. The diversity, evenness and dominance index were calculated to describe the copepod community structure. The water quality such as temperature, salinity, pH, current and transparency, were observed in the same time. There were 18 genus of copepods determined at the Jepara waters, belong to 3 ordo i.e Calanoid (13 genus), Cydopoid (2 genus) and Harpacticoid (3 genus). Copepod density at Jepara water was 5-546 ind./l, (average 316 ± 85), diversity 2,3259-2,3594, eveness 0,8047-0,8163 and dominancy 0,1837-0,1953. Acartia sp and Calanus sp. were dominant in Jepara waters identified. Key words : Copepods, Population Structure, Jepara
The Effect of Various Salinity Level on the Growth and Characterization of Dunaliella sp Isolated from Jepara Waters Hermin Pancasakti Kusumaningrum; Endang Kusdiyantini; Triwibowo Yuwono; Joedoro Sudarsono
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 9, No 3 (2004): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (172.064 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.9.3.136-140

Abstract

Dunaliella adalah salah satu biota dengan kandungan β-carotene cukup tinggi. Upaya optimalisasi produksi bcarotene pada Dunaliella berhadapan dengan beberapa masalah kultivasi, untuk mendapatkan species yang paling potensial. Hal ini terkait dengan keterbatasan pengetahuan karakteritik ecophysiologi. Alga hijau Dunaliella diketahui dapat tumbuh pada media dengan kandungan garam yang cukup tinggi, namun karena pemahaman characteristik yang keliru dapat menyebabkan identifikasi yang salah pada satu species dalam genus Dunaliella. Kultur laboratoris pada media microcosms berdasarkan salinitas telah dilakukan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dan karakterisasi Dunaliella sp. dari perairan Jepara. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Dunaliella sp. dapat beradaptasi pada salinitas 0 sampai dengan 30 ‰. Berdasarkan kepada perubahan warna pigmen Dunaliella sp. yang tidak menjadi merah pada media pemeliharaan sampai dengan 25 ‰, maka jenis yang dijumpai di Jepara mempunyai karakter dan secara taksonomis berafiliasi dengan Dunaliella viridis.Kata kunci: Dunaliella sp, Salinity, Growth, CharacterizationDunaliella is one the most enriched β-carotene eucaryotic organism known. The attempt to optimize bcarotene production from Dunaliella has faced with several problems related to its growth management,which was suspectedly unable to meet the needs of the cultured species. This is primarily because the ecophysiological characteristic affecting growth of Dunaliella have not been sufficiently understood. It wasknown that the halophilic species of the green alga Dunaliella was grown in concentrated salt solutions, but based on this characterization, some misnamed of species in genus Dunaliella also have arisen due to wrongcharacterization understanding. Laboratory cultures and mixed-species microcosms were used to asses the growth and characterization of Dunaliella sp. from Jepara Coastal Region with special emphasis on the several factors that affecting growth of organisms including salinity. The result showed that Dunaliella sp. could adapted to a variety of salt concentration from as low as 0.0 % to salt saturation of about 30 ‰. Based on its pigment colour that Dunaliella sp. doesn’t turn red in the growth on salinities up to 25 ‰, it can be characterized and affiliated taxonomically as Dunaliella viridis.Key words: Dunaliella sp, Salinity, Growth, Characterization
PRODUKSI PIGMEN DAN ASAM γ-AMINOBUTIRAT (GABA) OLEH Monascus purpureus PADA KONSENTRASI INOKULUM DAN WAKTU INKUBASI YANG BERBEDA Maria Sarah Fadillah; Endang Kusdiyantini; Wijanarka Wijanarka
Jurnal Penelitian Saintek Vol 25, No 1 (2020)
Publisher : Institute of Research and Community Services, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (954.098 KB) | DOI: 10.21831/jps.v25i1.28208

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi pigmen dan GABA oleh M. purpureus dengan konsentrasi inokulum dan waktu inkubasi yang berbeda. Fermentasi dilakukan menggunakan metode fermentasi cair dengan konsentrasi inokulum serta waktu inkubasi yang berbeda. Pengukuran pigmen intraselular dilakukan dengan mengekstraksi pelet sel menggunakan etanol 95%. Produksi GABA ditentukan menggunakan metode ninhidrin. Spektrofotometer digunakan untuk mengukur pigmen pada panjang gelombang 500, 470, dan 400 nm, sementara GABA pada panjang gelombang 401 nm. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan dua faktor. Hasil penelitian menunjukkan rerata nilai pigmen merah, jingga dan kuning tertinggi pada pigmen ekstraseluler (P0,05) terjadi pada perlakuan C3, sementara pigmen intraseluler (P0,05) pada perlakuan C1, dengan perlakuan waktu inkubasi (P0,05) W14. Interaksi antar kedua perlakuan (C*W) terjadi pada pigmen ekstraseluler merah dan jingga (P0,05). Produksi GABA tidak berbeda secara signifikan pada pada perlakuan konsentrasi inokulum (P0,05), tetapi berbeda secara signifikan pada perlakuan waktu inkubasi (P0,05) dan perlakuan W14 menunjukkan produksi tertinggi (6,1085 mg/ml). Tidak adanya interaksi antardua perlakuan dalam produksi GABA (P0,05).PRODUCTION OF PIGMENTS AND γ-AMINOBUTYRIC ACID (GABA) BY Monascus purpureusThis study was aimed at examining the production of pigments and GABA by M. purpureus in varied inoculum concentration and incubation time. The fermentation was carried out by submerged fermentation method with inoculum concentration and varied incubation time. Cell pellet was extracted using 95% ethanol for intracellular pigment measurement. GABA production was determined by ninhydrin method. Pigments were measured at 500, 470, and 400 nm wavelength by spectrophotometry, and GABA was measured at 401 nm wavelength. The experimental design was Completely Randomize Design (CRD) factorial with two factors. The higher colour value of extracellular (P0,05) red, orange and yellow pigments showed at C3 while intracellular (P0,05) showed at C1 with incubation time at W14. There are some interactions between two factors (C*W) for red and orange extracellular pigments (P0,05). It was observed that inoculum concentrations have no significant difference (P0,05) for GABA production. In other hand, there is significant difference for incubation time factors (P0,05) with the highest production at W14 (6,1085 mg/ml). There is no interaction between two factors for GABA production (P0,05).
Pengaruh Variasi Suhu dan Waktu Inkubasi Terhadap Aktivitas Enzim Selulase dari Bakteri Serratia marcescens Laily Kurniawati; Endang Kusdiyantini; Wijanarka Wijanarka
Jurnal Akademika Biologi Vol. 8 No. 1 Januari 2019
Publisher : Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika Undip

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (567.457 KB)

Abstract

Enzim merupakan biokatalisator didalam sel hidup disaat sel melakukan metabolisme. Semua makhluk hidup di dunia ini menghasilkan enzim, baik manusia, hewan, tumbuhan dan mikroorganisme. Salah satu bakteri yang berpotensi menghasilkan enzim selulase (EC 3.2.1.4)  adalah Serratia marcescens. Bakteri ini dapat diisolasi dari air, tanah, dan saluran pencernaan.  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis enzim yang dihasilkan oleh S. marcescens, mengkaji pengaruh suhu dan waktu inkubasi terhadap aktivitas enzim terpilih. Uji jenis enzim secara kualitatif ditentukan dengan menumbuhkan S. marcescens pada medium selektif amilolitik, selulolitik, pektinolitik dan kitinolitik berdasarkan zona bening. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Faktor pertama adalah waktu inkubasi (T) yaitu 4 jam (T4), 8 jam (T8), dan 12 jam (T12). Faktor kedua perlakuan suhu inkubasi (S) yaitu 40oC (S1), 50oC (S2), dan 60oC (S3). Masing – masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Anova (α=0,05). Apabila berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji T (BNT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa S. marcescens secara kualitatif hanya menghasilkan zona bening pada medium selulolitik yaitu sebesar 5,1 mm. Hasil Anova menunjukkan bahwa suhu inkubasi (S), interaksi antara waktu inkubasi (T) dan suhu inkubasi (S) tidak terdapat pengaruh terhadap aktivitas selulase, sedangkan waktu inkubasi (T) memberikan pengaruh nyata terhadap aktivitas selulase diperoleh pada waktu inkubasi 12 jam (T12) dengan nilai 0,27 U/mL.
Isolasi Bakteri Endofit Daun Alang-Alang (Imperata cylindrica) dan Metabolit Sekundernya yang Berpotensi sebagai Antibakteri Puteri Aryani; Endang Kusdiyantini; Agung Suprihadi
Jurnal Akademika Biologi Vol. 9 No. 2 Juli 2020
Publisher : Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika Undip

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (628.724 KB)

Abstract

Alang-alang (Imperata cylindrica) merupakan suatu gulma yang tahan terhadap kondisi panas dan kering, serta merupakan gulma tingkat tinggi yang dapat menginvasi suatu habitat. Hal tersebut memungkinkan alang-alang memiliki potensi metabolit sekunder akibat adanya adaptasi pertahanan tubuh dari lingkungan yang ekstrem. Penelitian tentang potensi metabolit sekunder untuk antibakteri dari bakteri endofit daun alang-alang belum banyak dilakukan. Bakteri endofit merupakan mikroorganisme yang tumbuh dalam jaringan tumbuhan. Kemampuan bakteri endofit memproduksi senyawa metabolit sekunder yang sama dengan tanaman inangnya merupakan peluang yang dapat diandalkan untuk memproduksi metabolit sekunder. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi bakteri endofit dari daun alang-alang dan metabolit sekundernya yang berpotensi sebagai antibakteri, serta dilakukan skrining metabolit sekunder dengan metode kualitatif. Isolasi bakteri endofit dari daun alang-alang dilakukan dengan karakterisasi  berdasarkan makroskopis. Uji aktivitas antibakteri adalah metode difusi agar (Disk diffusion test) dengan menggunakan dua bakteri uji : Escherichia coli, dan Staphylococcus aureus. Jumlah bakteri endofit yang diperoleh sebanyak empat isolat dengan kode BE1, BE2, BE3 dan BE4. Keempat isolat bakteri endofit yang didapatkan mempunyai persamaan metabolit sekunder dengan ekstrak daun alang-alang, dan menunjukkan hasil positif terhadap alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin. Total Fenol yang dihasilkan Isolat BE1, BE2, BE3, dan BE4 adalah 15,33 mg/l;  62,56 mg/l; 61,17 mg/l, dan 27,56 mg/l. Berdasarkan hasil rata-rata diameter zona hambat isolat bakteri endofit BE1, BE2, BE3 dan BE4 mampu menghambat Escherichia coli dengan respon hambatan lemah yaitu dari (1 – 4,8 mm), sedangkan Staphylococcus aureus dengan respon hambatan lemah berkisar dari (1 – 5,8 mm). 
Kemampuan Isolat Fungi Endofit Tanaman Nilam (Pogostemon cablin) sebagai Penghasil Antimikroba terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus Novi Alvita Pratama; Endang Kusdiyantini; Sri Pujiyanto
Jurnal Akademika Biologi Vol. 7 No. 4 Oktober 2018
Publisher : Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika Undip

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.646 KB)

Abstract

Nilam (Pogostemon cablin) merupakan salah satu tanaman obat yang dapat digunakan sebagai antimikroba karena dapat menghasilkan minyak atsiri. Nilam juga dapat digunakan sebagai sumber isolat fungi endofit yang dapat dikembangkan sebagai alternatif penghasil senyawa antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk menyeleksi isolat fungi endofit tanaman nilam yang berpotensi sebagai antimikroba serta mengetahui aktivitas antimikroba supernatan dan ekstrak fungi endofit tanaman nilam terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL). Pengujian aktivitas antimikroba dari supernatan dan ekstrak fungi endofit (konsentrasi 10 µg/disk, 30 µg/disk, dan 50 µg/disk) dilakukan pada isolat E1, E2 dan E3 terhadap bakteri E. coli dan S. aureus. Perlakuan dilakukan tiga kali ulangan. Data dianalisis menggunakan One Way Anova dan uji lanjut Tukey. Sebanyak 3 isolat terbaik dipilih dari 14 isolat yaitu isolat E1, E2, dan E3. Hasil uji aktivitas antimikroba dari supernatan menunjukkan bahwa supernatan E2 memberikan diameter zona hambat paling besar terhadap E.coli (20.7 mm) dan S. aureus (19 mm) dibandingkan dengan supernatan E1 dan E3. Hasil uji aktivitas antimikroba dari ekstrak menunjukkan bahwa ekstrak E2 memberikan diameter zona hambat paling besar terhadap E.coli (18.5 mm) dan S. aureus (25.1 mm). Hasil uji Anova menunjukkan bahwa masing-masing supernatan terdapat pengaruh yang berbeda signifikan (p<0,05) dan masing-masing konsentrasi ekstrak pada isolat E1 dan Isolat E2 memiliki pengaruh yang berbeda signifikan (p<0,05) sedangkan ekstrak isolat E3 tidak memiliki pengaruh yang berbeda signifikan terhadap pertumbuhan bakteri E.coli dan S. aureus. 
Co-Authors Adde Lolita Putri Adhitya Naufal Pribadhi Afrazak Johansyah Agni Rizqy Berliyanti Agung Suprihadi Ahmad Thontowi Anggraini, Ika Anggraini, Ika Anggrayeni, Yesti Tri Anto Budiharjo Arina Lunggani Arina Tri Lunggani Arina Tri Lunggani Arina Tri Lunggani Atit Kanti Basundari, Sinta Anas Bintoro Rudi Saputro, Bintoro Rudi Budi Raharjo Daniel Pasaribu Devia Kusmawati Arfina Dian Arif Rachman E Hugeng Wandono Elawati, Nunung Eni Elawati, Nunung Eni Enny Yusuf Wachidah Yuniwarti Erma Prihastanti Euis HERMIATI Evi F Simanjuntak Faradila Ayu, Near Putri Galih Pertiwi Akbar Ginting, R Cinta Badia H Hadiyanto Hadi Endrawati Hermin P Kusumaningrum Hermin P. Kusumaningrum Hermin Pancasakti Kusumaningrum Hilmi Fadhli Ihdina Isfara Suteja Ika Anggraini Ika Anggraini Anggraini Indah Sulistyarini Joedoro Sudarsono Khabib Khasan Alfaridhi, Khabib Khasan Kurniawati, Laily Laily Kurniawati Larasati, Ella Dewani Ledy Ginting Maria Sarah Fadillah MG Isworo Rukmi Moi, Maria Yasinta Muhammad Amal Nurhakim, Muhammad Amal Muhammad Nur Muhammad Nur Muhammad Z ainuri Muhammad Zainuri Munifatul Izzati N Nurhayati Naufal, Adhitya Nia Fadlilatul Laily Novi Alvita Pratama Nugrahaini, Dian Laila Nunung Eni Elawati Nurhayati Nurhayati Nurhayati Nurhayati Nurhayati Nurhayati Prayitno, S Feta Avila Prianto, A. Heru Puteri Aryani Rejeki Siti Ferniah Rida Yuliana, Rida Saniha Adini, Saniha Sarjana Parman Soni Nugraha Sri Pujianto, Sri Sri Pujiyanto Suprihadi Suprihadi TATI NURHAYATI Tri Winarni Agustini Triwibowo Yuwono Tyas Rini Saraswati Udi Tarwotjo, Udi Wijanarka Wijanarka Wijanarka, W