Claim Missing Document
Check
Articles

TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT DI DESA TANAP KABUPATEN SANGGAU DAN PEMANFAATANNYA UNTUK PERAWATAN BAYI DAN PEREMPUAN PASCA PERSALINAN Yeni Mariani; Evy Wardenaar; Fathul Yusro
JBIO: jurnal biosains (the journal of biosciences) Vol 7, No 2 (2021): Jurnal Biosains
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jbio.v7i3.24876

Abstract

Tumbuhan obat memiliki beragam manfaat, satu diantaranya yaitu untuk perawatan bayi dan perempuan pasca persalinan. Tujuan penelitian yaitu menganalisis jenis-jenis tumbuhan obat yang ada di Desa Tanap dan pemanfaatannya oleh masyarakat untuk perawatan bayi dan perempuan pasca persalinan. Penelitian ini menggunakan metode survey berupa wawancara terhadap masyarakat dan hasil wawancara dibuktikan dengan identifikasi jenis tumbuhan dilapangan. Responden dipilih secara purposive dan dalam penelitian ini jumlah responden terpilih sebanyak 96 orang. Data hasil wawancara dianalisis berupa use value/UV, informant concensus factor/ICF dan fidelity level/FL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 32 jenis tumbuhan digunakan untuk perawatan bayi dan perempuan pasca persalinan. Tanaman dengan UV tertinggi antara lain sirih (1), kumis kucing (0,9) temulawak (0,75), cocor bebek (0,75), kembang sepatu (0,74), dan sahang (0,72). ICF tertinggi terdapat pada kategori menghentikan pendarahan (1), diikuti oleh kategori batuk pilek pada bayi, luka pusar pada bayi, melancarkan ASI dan mengobati keputihan dengan masing-masing nilai ICF 0,99. Tanaman dengan nilai FL tertinggi (100%) antara lain manjakani, asam gandis, dan perenggi (ibu pasca bersalin); perawas (tapal bayi), keminting (batuk pilek bayi), nangka (luka pusar bayi), cocor bebek, kumis kucing, kelapa, kelor, tekabu, meniran, dan kembang sepatu (demam pada bayi), mengkudu dan among-among (sakit perut dan kembung bayi), jantung pisang dan cangkok (melancarkan ASI), cina guri (melancarkan haid), sagu dan nanas (menunda kehamilan) dan simpur (menghentikan pendarahan).
Pemanfaatan tumbuhan obat untuk perawatan rambut oleh Suku Dayak Kantuk di Desa Seluan Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat Marsiana Liliyanti; Yeni Mariani; Fathul Yusro
Bioma : Jurnal Ilmiah Biologi Vol. 10 No. 2: Oktober 2021
Publisher : Universitas PGRI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/bioma.v10i2.9019

Abstract

Tumbuhan obat saat ini masih dipergunakan untuk perawatan tubuh, diantaranya untuk rambut. Penelitian bertujuan menganalisis penggunaan beragam jenis tumbuhan obat untuk perawatan rambut oleh suku Dayak Kantuk di Desa Seluan Kabupaten Kapuas Hulu. Penelitian menggunakan metode survey melalui wawancara terhadap masyarakat suku Dayak Kantuk di Desa Seluan. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling dengan jumlah responden 146 orang. Sebanyak 15 jenis tumbuhan obat dimanfaatkan oleh suku Dayak Kantuk. Penggunaan bagian tumbuhan tertinggi adalah buah (46,67%) dengan cara pengolahan ditumbuk (50%), cara penggunaan dioles (93,33%), dan bentuk ramuan tunggal (73,33%). Jenis tanaman dengan nilai penggunaan (use value, UV) tertinggi yaitu lidah buaya (Aloe vera) (0,28), sedangkan family importance value (FIV) tertinggi yaitu Arecaceae (28,37). Nilai informants concensus factor (ICF) tertinggi terdapat pada kategori mengatasi rambut bercabang (1,00). Nilai fidelity level (FL) tertinggi (100%) pada kategori penggunaan menghitamkan rambut dengan jenis tanaman yaitu pepaya (Carica papaya), menyuburkan rambut yaitu seledri (Apium graveolens), melembutkan rambut yaitu sawit (Elaeis guineensis) dan bunga kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis), menghilangkan ketombe yaitu daun pare (Momordica charantia), jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dan mengkudu (M. citrifolia), mengatasi rambut berkutu yaitu akar tuba (Paraderris elliptica), dan mengatasi rambut bercabang yaitu daun bambu (Bambusa vulgaris). Penggunaan beragam jenis tumbuhan obat oleh suku Dayak Kantuk untuk perawatan rambut menambah pengetahuan tumbuhan obat masyarakat di Kalimantan Barat.    Kata kunci: Dayak Kantuk; perawatan rambut; tumbuhan obat  ABSTRACTThe utilization of medicinal plants for hair care by Dayak Kantuk Tribe in Seluan Village Kapuas Hulu District. Haircare is one of the body treatments that still use the medicinal plants. The purpose of the study was to analyze the use of various medicinal plants for haircare by the Dayak Kantuk tribe in Seluan Village, Kapuas Hulu Regency. This present study uses a survey method through interviews with the Dayak Kantuk people in Seluan Village (146 respondents and selected using the purposive sampling technique). The Dayak Kantuk people in Seluan village use 15 medicinal plants for their haircare. The highest use of plant parts was fruit (46.67%) with crushed in the processing method (50%), the administration method was topically (93.33%), and the potions are mainly a single ingredient (73.33%). The plant with the highest use value (UV) was Aloe vera (0.28), while the highest family importance value (FIV) was Arecaceae (28.37). The highest informant consensus factor (ICF) was in the haircare treatment category of ameliorating split ends (1,00). There are six haircare treatment categories with the highest fidelity level (FL) (100%) and plant used, namely: maintaining black hair (Carica papaya), hair nourishing (Apium graveolens), hair softener (Elaeis guineensis and Hibiscus rosa-sinensis), dandruff elimination (Momordica charantia, Citrus aurantifolia, and Morinda citrifolia), hair lice elimination (Paraderris elliptica), and ameliorating split end (Bambusa vulgaris). The use of various species of medicinal plants by the Dayak Kantuk tribe for haircare adds to the knowledge of medicinal plants in West Kalimantan. Keywords: Dayak Kantuk; haircare; medicinal plants
Bioaktivitas Minyak Daun Kari (Murraya koenigii (L.) Spreng Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis dan Salmonella Typhimurium Nurul Hidayanti; Fathul Yusro; Yeni Mariani
BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR Vol. 5 No. 1 (2020)
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/bioma.v5i1.9786

Abstract

Daun kari (Murraya koenigii (L.) Spreng) adalah salah satu jenis tanaman penghasil minyak atsiri yang telah digunakan secara luas sebagai rempah penyedap masakan, serta di berbagai negara digunakan sebagai obat tradisional dan memiliki sifat antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya hambat minyak atsiri terhadap pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis dan Salmonella Typhimurium. Daya hambat pertumbuhan bakteri ditentukan dengan metode difusi dengan DMSO sebagai kontrol negatif dan ampicillin sebagai kontrol positif. Perlakuan level konsentrasi minyak atsiri daun kari yang digunakan adalah 5, 10, 15 dan 20%. One-way anova digunakan untuk menganalisa data daya hambat yang diperoleh. Hasil analisis menunjukkan bahwa hambatan pertumbuhan yang ditunjukkan oleh minyak atsiri daun kari pada kedua bakteri di konsentrasi 20% tergolong lemah (0,75 mm dan 1,17 mm).
The Surroundings Medicinal Plants and its Utilization for Women Healthcare in Masbangun Village, Kayong Utara District Fathul Yusro; Rania Rania; Yeni Mariani; Evy Wardenaar; Yanieta Arbiastutie
BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR Vol. 5 No. 2 (2020)
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/bioma.v5i2.10587

Abstract

The knowledge of medicinal plants possessed by traditional healers (battra) must be transmitted to the next generation, one of them by using plants that are around to overcome health problems related to feminity. This study aims to analyze the level of community knowledge on the plant species that are used to overcome some issues related to femininity, the plants most widely used by the community, and the plant species most preferred for the treatment of certain diseases to femininity. The research method was conducted by interview technique with purposive sampling. The respondents' number is 30% of the total households in the village of Masbangun (320 respondents). The interviews were conducted using a questionnaire containing several questions related to the surrounding plant species used by the community to address health problems related to femininity. The results showed that most people in Masbangun Village (90%) knew the benefits of medicinal plants in the surrounding environment. A total of 16 types of medicinal plants are used as ingredients for women's health care. The plants that have a high use value are the heart of a Musa paradisiaca, Zingiber officinale, Curcuma domestica, and Piper betle. Medicinal plants with the highest FL values are Zingiber purpureum, Centella asiatica, Zingiber officinale (pre/postpartum), Musa paradisiaca (breastfeeding), Quercus infectoria (vaginal discharge), Premna cordifolia (body odor), Vigna radiata (female fertility) and Cocos nucifera (blackening hair). The level of utilization of medicinal plants by the community in Masbangun Village is in the medium category (6-10 species). The majority of users are women between the ages of 41-60 and 21-40 years old, elementary school education, work of housewives, and farmers.
Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Suku Dayak Paus dan Melayu untuk Perawatan Ibu dan Anak Pasca Persalinan di Desa Pengadang Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat Savira Pradita; Yeni Mariani; Evy Wardenaar; Fathul Yusro
Biodidaktika : Jurnal Biologi dan Pembelajarannya Vol 16, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/biodidaktika.v16i1.10805

Abstract

Tumbuhan obat masih menjadi pilihan masyarakat dalam perawatan ibu dan anak pasca persalinan, khususnya oleh Suku Dayak Paus dan Melayu di desa Pengadang kabupaten Sanggau. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jenis-jenis tumbuhan obat, cara pengolahan dan penggunaan tumbuhan obat untuk perawatan ibu dan anak pasca melahirkan serta menganalisis jenis-jenis tumbuhan yang mempunyai nilai penggunaan yang tinggi oleh suku Dayak Paus dan Melayu di desa Pengadang Kabupaten Sanggau. Penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai masyarakat dari suku Dayak Paus di dusun Munyau, suku Dayak Paus ataupun Melayu di dusun Ramayan dan suku Melayu di dusun Ruis. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan jumlah sampel sebesar 73 KK untuk dusun Munyau, 92 KK untuk dusun Ramayan dan 92 KK untuk dusun Ruis. Tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat desa Pengadang untuk perawatan ibu dan anak pasca persalinan sebanyak 30 jenis. 13 jenis digunakan oleh suku Dayak Paus (dusun Munyau), 20 jenis digunakan oleh suku Dayak Paus ataupun suku Melayu (dusun Remayan) dan 26 jenis digunakan oleh suku Melayu (dusun Ruis). Penggunaan tertinggi terdapat pada famili Zingiberaceae, habitus herba, bagian tanaman rimpang, cara pengolahan dengan ditumbuk dan penggunaan dengan cara ditempel. Jenis tanaman yang memiliki nilai guna atau manfaat yang tinggi adalah kunyit kuning (Curcuma domestica) (1), diikuti oleh cekur (Kaempferia galanga) (0,91), entomu (Curcuma xanthorrhiza) (0,84) dan jahe (Zingiber officinale) (0,79).
Inventarisasi Tumbuhan Berkhasiat Obat di Hutan Kantuk Desa Paoh Benua Kabupaten Sintang Fathul Yusro; Erianto Erianto; Gusti Hardiansyah; Yeni Mariani; Aripin Aripin; Hendarto Hendarto; Denni Nurdwiansyah
Jurnal Pijar Mipa Vol. 16 No. 2 (2021): Maret 2021
Publisher : Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram. Jurnal Pijar MIPA colaborates with Perkumpulan Pendidik IPA Indonesia Wilayah Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (485.927 KB) | DOI: 10.29303/jpm.v16i2.2025

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi jenis dan potensi tumbuhan berkhasiat obat yang terdapat dihutan Kantuk Desa Paoh Benua Kecamatan Sepaok Kabupaten Sintang. Penelitian ini diawali dengan membuat sebuah klaster berbentuk persegi yang berjarak 100 m, dan disetiap sudut dan bagian tengah klaster terdapat plot berbentuk lingkaran dengan jari-jari 17,8 m. Setiap plot dibuat empat buah subplot bentuk lingkaran yang terdiri dari subplot untuk tingkat semai dengan jari-jari 1 m, pancang berjari-jari 2 m, tiang berjari-jari 5 m dan pohon berjari-jari 17,8 m. Data jenis tumbuhan di identifikasi nama ilmiahnya dan besarnya potensi tumbuhan di analisis dengan kerapatan (individu/Ha) dan kerapatan relatif (%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa di hutan Kantuk terdapat 34 jenis tumbuhan obat. Jenis tumbuhan yang paling dominan atau memiliki kerapatan dan kerapatan relatif yang tinggi pada tingkat semai (10.500 individu/Ha (52,5%)), pancang (3.500 individu/Ha (36,84%)), tiang (140 individu/Ha (58,33%)) dan pohon (117,28 individu/Ha (38,78%)) adalah Alseodaphne sp.  Perlindungan terhadap hutan Kantuk dan keanekaragaman jenis tumbuhan obatnya perlu dilakukan melalui peningkatan statusnya menjadi hutan yang bernilai konservasi tinggi (NKT).
Potensi Tumbuhan Berkhasiat Obat di Hutan Penam Ketungau Kabupaten Sintang Fathul Yusro; Gusti Hardiansyah; Erianto Erianto; Yeni Mariani; Denni Nurdwiansyah; Hendarto Hendarto; Aripin Aripin
Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi Vol 9, No 2 (2021): December
Publisher : Department of Biology Education, FSTT, Mandalika University of Education, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/bioscientist.v9i2.3996

Abstract

Forests are a source of plant biodiversity whose existence and benefits are very large for humans, one of which is medicinal plants. The purpose of this study was to identify the types and analyze the potential of medicinal plants found in the Penam Ketungau Forest, Empaka Kabiau Raya Village, and Karya Bakti Village, Sintang Regency. This study uses a survey method with a sampling design in the form of systematic sampling with random start. A cluster is made in the form of a square and at each corner and in the middle a plot is made (5 plots) with the shape of a circle (radius 17.8 m). Each plot contained 5 circular subplots in the form of a seedling subplot with a radius of 1 m, 2 m stake, 5 m pole, and 17.8 m tree. The plant species obtained were identified and potential data (density and relative density) at each growth stage were analyzed. The results obtained 45 species of medicinal plants, and the species with the greatest potential were at the seedling level (6000 individuals/Ha (29.27%)) and saplings (2375 individuals/Ha (37.25%)) namely Hopea mengerawan Miq, Dryobalanops Dyer oblongifolia at the pole level (40 individuals/Ha (25%)) and Hopea borneensis at the tree level (43.21 individuals/Ha (13.46%)). The still good condition of the forest, the large potential, and the variety of medicinal plant species identified in the Penam Ketungau Forest indicate the success of the efforts made by the community around the forest and the Sintang District Government in maintaining and protecting the Penam Ketungau Forest, so that in the future it is necessary to improve the status of the Penam Ketungau Forest. become a High Conservation Value (HCV) forest.
AKTIVITAS EKSTRAK METANOL DAUN ULIN (EUSIDEROXYLON ZWAGERI TEIJSM & BINN) TERHADAP EMPAT JENIS BAKTERI PATOGEN Yeni Mariani; Fathul Yusro; Evy Wardenaar
Jurnal Biologi Tropis Vol. 20 No. 1 (2020): Januari - April
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.204 KB) | DOI: 10.29303/jbt.v20i1.1642

Abstract

Abstrak: Suku Dayak Uud Danum di Kalimantan Barat memanfaatkan daun Ulin (Eusideroxylon zwageri Teijsm & Binn) sebagai tumbuhan obat dalam pengobatan tradisional untuk mengobati berbagai penyakit seperti diare, demam dan penguat badan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis aktivitas ekstrak metanol dari daun ulin terhadap beberapa jenis bakteri patogen. Daun ulin diekstraksi dengan menggunakan metanol, kemudian diuji dengan metode difusi terhadap empat jenis bakteri yaitu Enterococcus faecalis, Staphylococcus aureus, Salmonella typhi pada empat level konsentrasi (1, 5, 10 dan 15 mg/ml) dan E. coli (50, 100, 150 dan 200 mg/ml). Hasil pengujian memperlihatkan bahwa semua level konsentrasi berpengaruh signifikan terhadap hambatan pertumbuhan bakteri patogen. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak metanol daun ulin semakin tinggi diameter hambat yang dihasilkan. Diameter hambat tertinggi ditunjukkan oleh konsentrasi 15 mg/ml pada jenis bakteri S. typhi (12,33 mm) dan E. coli pada konsentrasi 200 mg/ml (22,67 mm). Hasil pengujian membuktikan bahwa daun ulin yang secara tradisional digunakan dalam pengobatan tradisional memiliki potensi sebagai antibakteri alami.Kata kunci: Ulin, antibakteri, Enterococcus faecalis, Staphylococcus aureus, Salmonella typhi, dan Escherichia coli.Abstract: Dayak Uud Danum of West Kalimantan traditionally use ulin leaves (Eusideroxylon zwageri Teisjm & Binn) to cure various diseases namely diarrhea, fever, and tonic. This present study aims to evaluate the activity of methanol extract of ulin leaves against several types of pathogenic bacteria. Ulin leaves were extracted with methanol; thus, the extract resulted tested in terms of disc diffusion Kirby and Bauer against four types of bacteria such as Enterococcus faecalis, Staphylococcus aureus, Salmonella typhi (1, 5, 10, and 15 mg/ml), and Escherichia coli (50, 100, 150, and 200 mg/ml). The results showed that all levels of concentration significantly affect the inhibition growth of pathogenic bacteria. The higher the concentration of methanol extract of ulin leaves used, the higher the inhibition zone produced. The highest response inhibition growth showed from the highest level of 15 mg/ml on S. tyhpi (12.33 mm), and E. coli was 200 mg/ml (22.67 mm). It suggested that the leaves of ulin which traditionally used as medicinal plant have the potency as natural antibacterial agents.Keywords: Ulin, antibacterial, Enterococcus faecalis, Staphylococcus aureus, Salmonella typhi, and Escherichia coli.
Minyak Atsiri Daun Kari (Murraya koenigii (L.) Spreng) Sebagai Penghambat Pertumbuhan Bakteri Streptococcus pyogenes dan Shigella dysenteriae Agustin Rosa Fadila; Yeni Mariani; Fathul Yusro
Jurnal Biologi Tropis Vol. 20 No. 2 (2020): Mei - Agustus
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.384 KB) | DOI: 10.29303/jbt.v20i2.1756

Abstract

Abstrak: Tanaman kari (Murraya koenigii (L.) Spreng) merupakan tanaman budidaya di Kalimantan Barat dan memiliki potensi besar sebagai tanaman penghasil minyak atsiri yang memiliki sifat antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis rendemen minyak atsiri daun kari dan potensinya dalam penghambatan pertumbuhan bakteri S. pyogenes dan S. dysenteriae. Penelitian menggunakan metode penyulingan daun kari dengan cara destilasi uap, perhitungan rendemen dan pengujian aktivitas antibakteri S. pyogenes dan S. dysenteriae pada media MHA dengan metode difusi cakram. DMSO digunakan sebagai kontrol negatif, amikacin sebagai kontrol positif dan minyak atsiri daun kari pada empat level konsentrasi yaitu 5, 10, 15 dan 20%. Analisis data menggunakan analisis one-way anova pada daya hambat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen minyak atsiri daun kari yang dihasilkan dalam penelitian ini sebesar 0,139%. Tingkat penghambatan terhadap bakteri S. pyogenes tergolong kuat pada semua level konsentrasi dan pada bakteri S. dysenteriae tergolong sedang pada konsentrasi 10, 15 dan 20%. Hasil penelitian membuktikan bahwa minyak atsiri daun kari berpotensi sebagai antibakteri alami.Kata kunci: Minyak atsiri, tanaman kari (Murraya koenigii (L.) Spreng), rendemen, antibakteri, Streptococcus pyogenes, Shigella dysenteriaeAbstract: Curry plants (Murraya koenigii (L.) Spreng) plants recently cultivated in West Kalimantan have enormous potential as a plant producing essential oils and has antibacterial properties. This study aims to analyze the yield of curry leaf essential oil and its potential in inhibiting the growth of S. pyogenes and S. dysenteriae bacteria. The research method used is the distillation of curry leaves by steam distillation, calculation of yield, and testing of the antibacterial activity of S. pyogenes and S. dysenteriae on MHA media by disk diffusion method. DMSO was used as a negative control, amikacin as a positive control and essential oils of curry leaves at four concentration levels (5, 10, 15, and 20%). The inhibition zone data were analyzed using one-way ANOVA. The yield of curry leaf essential oil produced in this study was 0.139%. The level of inhibition against S. pyogenes bacteria was classified as strong at all concentration levels, and in S. dysenteriae was classified as moderate at concentrations of 10, 15, and 20%. The research proves that curry leaf essential oil has proven potential as natural antibacterial.Keywords: Essential oils, curry plants (Murraya koenigii (L.) Spreng), yield, antibacterial, Streptococcus pyogenes, Shigella dysenteriae
Biodiversity of Medicinal Plants in Tawang Serimbak Forest, Ensaid Panjang Village, Sintang Regency Fathul Yusro; Gusti Hardiansyah; Erianto Erianto; Yeni Mariani; Aripin Aripin; Hendarto Hendarto; Denni Nurdwiansyah
Jurnal Biologi Tropis Vol. 20 No. 2 (2020): Mei - Agustus
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (519.866 KB) | DOI: 10.29303/jbt.v20i2.1933

Abstract

Non-forest estate (APL) such as Tawang Serimbak need to be maintained because they store various flora that is useful for human life, one of which is medicinal plants. The research objective is to identify, analyze the potential, and to know the protection status of medicinal plants found in the Tawang Serimbak forest. The method of research were making a 100x100 m (square) cluster. At the center of the square placed a circular plot within 0.1 Ha (0.5 Ha of each cluster). Four circular subplots were made in each plot consisting of 1 m radius seedling subplot, 2 m for stake subplot, pole subplot (5 m radius), and 17.8 m for tree subplot. Data of species, efficacy, and protection status (IUCN) were identified, and the potency of plants were analyzed using plants density (number of plants/Ha). Tawang Serimbak forest has been identified as having 49 species of medicinal plants. Some species have great potentials such as Galearia fulva, Shorea uliginosa, and Alseodaphne sp. A total of 9 species of medicinal plants were identified in protected status, two of which were endangered; namely, Lithocarpus maingayi, Shorea uliginosa, and one other species with Endangered (critical) status, namely Santiria rubiginosa. Protection of forests in APL by the community can maintain the biodiversity of medicinal plants. The existence of the Tawang Serimbak forest needs to be protected and turned into a forest with high conservation value (HCV).
Co-Authors . Nurhaida Agustin Rosa Fadila Andesta Chimin Pagea Aran, Diana Hala Ardiana, Nisa Aripin Aripin Aripin Aripin Aripin Aripin Aripin Asep Hermawan Barnabas Gianto Chandra Dyah Alifia Deni Nurdwiansyah Denni Nurdwiansyah Denni Nurdwiansyah Diana Hala Aran Dina Loresa Dina Setyawati Dina Setyawati ecitriwulan, ecitriwulan Efitanus Angga Windra Emi Roslinda Emi Roslinda Erianto, . Ernalinda Mangkoan Evi Septiani Evy Wardenaar Evy Wardenaar Evy Wardenaar Evy Wardenaar Evy Wardenaar Farah Diba Farah Diba Farah Diba Farah Diba Farid Priandi Fathul Yusro Fransiska Wiwi Prisila Gusti Eva Tavita Gusti Eva Tavita Gusti Hardiansyah H A Oramahi H A Oramahi Hana Wila Hardiansyah Gusti Harnani Husni Hasan Ashari Oramahi Hendarto Hendarto Hendarto Hendarto Hendarto Hendarto Hendarto Heri Ansyah Hidayat, Beri Hikma Yanti Hikma Yanti Indah Budiastutik Irvan Gunawan Irwan Pirmansyah Iswan Dewantara Kazuhiro Ohtani Kiki Supriyadi Kurnia Ningsih Lestari, Agil Ayu Lolyta Sisilia Lolyta Sisillia Lolyta Sisillia Lusiana Lusiana Marlina Pakpahan Marsiana Liliyanti Muhammad Irfan Sudiansyah Muhammad Saupi Niconaus Niconaus Nita Mariana Nur haida Nur Karlianda Nuriana Nuriana Nurul Hidayanti Rahman, Khairul Rania Rania Rania, Rania Resky Nanda Pranaka Resky Pranaka Riconadi, Riconadi Rika Purnama Sari Roberta Ragina Roy Franata Tarigan Savira Pradita Sulastri, Puput Sulatri, Desi Togar Fernando Manurung Tri Oktania Simanjuntak Vera Jessika Welly, Rodius Wiwik Ekyastuti Wulandari Suci Reine Wuri Prihatiningtiyas Yanieta Arbiastutie Yanieta Arbiastutie Yanieta Arbiastutie Yanieta Arbiastutie, Yanieta Yanti Hikma Yui Hashimoto Yuliati Indrayani Zuhry Haryono