Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Riset Akuakultur

MORFOMETRI ROTIFER Brachionus rotundiformis STRAIN SS ASAL TAMBAK MINANGA DAN TAMBAK WATULINEY SULAWESI UTARA YANG DIKULTUR PADA SALINITAS YANG BERBEDA Inneke Fenny Melke Rumengan; Marseni Sulung; Zammrud Lantiunga; John Kekenusa
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 2 (2007): (Agustus 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (118.612 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.2.2007.221-229

Abstract

Rotifer Brachionus rotundiformis ditemukan mendominasi tambak Minanga dan Watuliney, Sulawesi Utara. Lokasi kedua tambak ini terpisah sekitar 7 km, terletak di pantai bagian tenggara jazirah Sulawesi Utara yang menghadap Laut Maluku. Morfometri kedua populasi rotifer yang dikultur pada salinitas berbeda di laboratorium, diduga dipengaruhi oleh salinitas asal tambak dari mana rotifer itu diisolasi, yaitu 25—33 ppt untuk tambak Minanga dan 0—3 ppt untuk tambak Watuliney. Kedua populasi rotifer dikultur pada salinitas 5—30 ppt masing-masing dengan interval 5 ppt. Rotifer asal tambak Minanga diadaptasikan secara bertahap dengan menurunkan salinitas dari 30 sampai 5 ppt, di mana pada salinitas perlakuan yaitu 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 ppt disisihkan sebagian untuk stok eksperimen. Hal sebaliknya dilakukan pada rotifer tambak Watuliney, di mana rotifer diadaptasikan bertahap dengan menaikkan salinitas dari 5 ke 30 ppt, dan pada setiap salinitas perlakuan juga disisihkan sebagian untuk stok eksperimen. Pada setiap perlakuan, 5 ekor rotifer hasil tetasan turunan pertama dimasukkan kedalam tabung reaksi yang mengandung suspensi Nannochloropsi oculata dengan kepadatan 3x106 cells/mL pada suhu 25°C. Sesudah 7 hari, jumlah populasi rotifer meningkat akibat reproduksi partenogenesis, di mana sejumlah 30 rotifer yang membawa telur dari setiap perlakuan diukur bagian-bagian tubuhnya di bawah mikroskop. Ternyata kisaran ukuran rotifer Minanga dalam semua perlakuan lebih rendah dari rotifer Watuliney. Morfometri kedua populasi yang berasal dari tambak yang berlainan, mempunyai perbedaan yang nyata secara statistik. Ada kecenderungan panjang lorika rotifer Watuliney meningkat dengan meningkatnya salinitas, sedangkan rotifer Minanga tidak menunjukkan perbedaan ukuran dengan perubahan salinitas.The rotifers Brachionus rotundiformis were found predominantly in Minanga and Watuliney brackishwater ponds in North Sulawesi. The two ponds are located 7 km apart at south-eastern coast of North Sulawesi facing to Maluku Sea. Morphometry of the two groups may associate with the original salinities of the ponds, 25—33 and 0—3 ppt in Minanga and Watuliney ponds, respectively. The rotifers were cultured at different salinities in laboratory in order to observe the plasticity of their size. Rotifers from Minanga ponds were gradually adapted by lowering salinities from 30 ppt to 25, 20 until 5 ppt. In contrast, Rotifers from Watuliney ponds were adapted gradually by increasing salinities from 5 ppt to 10, 15, 20, 25, and 30 ppt. In each treatment, 5 first laid eggs were put into each test tube containing Nannochloropsi oculata (3x106 cells/mL) at 25°C, and after 7 days, the rotifer population remarkably increased due to parthenogenetic reproduction, and then body size of 30 egg-carrying rotifers of each treatment were measured under microscope. Body size of rotifers from Minanga ponds in all treatment was lower than that of rotifers from Watuliney ponds. Statistically, morphometry of the two groups was significantly different. However, there was a tendency for that lorica length of rotifers from Watuliney ponds to increase as the salinity increase, while rotifers from Minanga  ponds did not significantly changed in their sizes as the salinity changed.
MEKANISASI SISTEM PANEN PADA KULTUR MASSAL ROTIFER, Brachionus rotundiformis Inneke F.M. Rumengan; Budiyanto Budiyanto; Rinny Modaso; Didit Dewanto; Daniel Limbong
Jurnal Riset Akuakultur Vol 7, No 1 (2012): (April 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1145.207 KB) | DOI: 10.15578/jra.7.1.2012.111-119

Abstract

Rotifer adalah salah satu jenis zooplankton yang populer dimanfaatkan sebagai pakan alami untuk pemeliharaan larva fauna air. Beberapa kajian dewasa ini juga mempromosikan rotifer sebagai sumber senyawa bioaktif seperti khitin. Salah satu permasalahan utama dalam upaya pemanfaatan rotifer untuk akuakultur maupun untuk memproduksi senyawa bioaktif, adalah ketidakberlanjutan dan rendahnya produksi rotifer. Berdasarkan eksperimen di laboratorium menyangkut biologi dan ekologi rotifer, kultur massal yang intensif telah berhasil dilakukan pada kolam beton berukuran panjang 5 m, lebar 1 m, dan dalam 1 m. Teknik panen dan hal lain yang terkait, dipandang sebagai faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan sistem kultur massal tersebut. Mengacu pada beberapa aspek teknik yang sedang dijalankan, studi ini dilakukan untuk memperbaiki mekanisasi teknik pemanenan yang diharapkan akan meningkatkan efektivitas produksi biomassa rotifer yang bermutu baik. Beberapa uji penerapan dari hasil mekanisasi teknik pemanenan, menampilkan kapasitasnya dalam memperbaiki mutu produksi rotifer, mereduksi waktu panen dan tenaga kerja, serta mempertahankan kontinuitas siklus produksi.
Co-Authors Ahmad Ismail Akerina, J. Andakke, Jeszy Novianti Ari B Rondonuwu, Ari B Ariyati H Fadel Baramuli, Yunita Billy Theodorus Wagey Budiyanto Budiyanto D. Sumilat Daniel Limbong Deiske Adeliene Sumilat, Deiske Adeliene Didit Dewanto Edi Suryanto Elvy L. Ginting, Elvy L. Emma Suryati Erly Kaligis Erly Kaligis F. Losung, F. Fallen B. Sandana Fembri, Fransiskus Fitje Losung Gerung, Pramulya R.A Ginting, Elvy Gregoria S. S. Djarkasi Grevo S Gerung Harino, Hiroya Harino, Hiroya Henneke Pangkey Hety B Lahope Indra R.N. Salindeho Indriasari ., Indriasari Inoue, Koji Inoue, Koji J. Rimper John Kekenusa Joice R.T.S.L Rimper Joppy Mudeng Julius Sampekalo K. W.A. Masengi Kai, Q Xaxa Alvin Kawung, Nickson Kreckhoff, Reni L. Lintang, Rosita AJ Lucia Cecilia Mandey Lumenta, Cysca Luntungan, Aldian H. Luntungan, Aldian H. Luntungan, Aldian Hein Luntungan, Hein A Malintoi, Adrianus Manginsela, Fransin Markus T. Lasut Marseni Sulung Mberato, Shellyn Prastisia Medy Ompi Melky R Pattiwael Mongan, Jemsi Montolalu, Gianfranco N. D. Rumampuk, N. D. N.D. Rumampuk Nainggolan, Hizkia H Y Natalie D Rumampuk Nawangsari Sugiri Pandey, Engel Pangemaman, Trezya Nilam Sari Parapat, Lasma R M E Patricia Untu, Patricia Paulus, James JH Petrus P Letsoin Pipih Suptijah Rampengan, M. M.F. Remy E. P Mangindaan RICHARDUS KASWADJI Rina Kundre Rinny Modaso Riny Modaso Robert A. Bara Roeroe, Kakaskasen A Rudi Prabowo Rumampuk, N.D. Rumampuk, Natalie D T Salaki, Meiske Salindeho, Netty Salindeho, Netty Sammy N.J. Longdong Songgigilan, Anisha M.G Sri Yuningsih Noor Stenly Wullur Sumampouw, Eliza J Suzanne L Undap Talumepa, Anggun C. N. Tarigan, Frista Trina Tallei Ukar, Melania Veibe Warouw Veibe Warouw Wattayakorn, Gullaya Wattayakorn, Gullaya Yatsuzuka, Emi Yatsuzuka, Emi Zainal Arifin Zammrud Lantiunga