Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search
Journal : Farmaka

REVIEW ARTIKEL: TANAMAN DENGAN AKTIVITAS ANTITUKAK MANUELA GLENATALIE PAKPAHAN; Sri Adi Sumiwi
Farmaka Vol 19, No 1 (2021): Farmaka (Maret)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v19i1.27920

Abstract

ABSTRAKTukak peptik merupakan salah satu gangguan pencernaan yang sering dialami oleh manusia. Tukak peptik dapat terjadi pada mukosa esofagus, lambung maupun usus halus. Saat ini, terdapat berbagai obat sintetik yang digunakan sebagai terapi tukak peptik. Namun, obat-obatan tersebut memiliki efek samping yang cukup berat. Terdapat berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa tanaman dapat berpotensi sebagai antitukak yang diinduksi oleh berbagai model. Berdasarkan aktivitas yang dimiliki, tanaman yang memiliki kandungan kimia alkaloid, terpen, terpenoid, flavonoid, saponin, asam fenolik dan tanin terbukti memiliki efek sebagai antitukak.Kata kunci: tukak peptik, herbal medisinal, fitokimiaABSTRACTPeptic ulcer is one of the most common digestive disorders in clinical practice. Peptic ulcers can occur in the esophageal mucosa, stomach and small intestine. There are various synthetic drugs that have been used as peptic ulcer therapy nowadays. However, these drugs have quite severe side effects. There are various studies that show that plants can be potential as anti-ulcers induced by various models. Plants that have phytochemical contents of alkaloids, terpenes and terpenoids, flavonoids, saponins, phenolic acids and tannins have been proven to have an anti-ulcers effect.Keywords: peptic ulcer, herbal medicines, phytochemicals
SELENIUM DAN MANFAATNYA UNTUK KESEHATAN : REVIEW JURNAL Yunita .; Sri Adi Sumiwi
Farmaka Vol 16, No 2 (2018): Suplemen Agustus
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.317 KB) | DOI: 10.24198/jf.v16i2.17572

Abstract

Selenium merupakan mineral essensial dan elemen gizi mikro yang penting bagi tubuh. Mineral ini penting dalam sebagain besar fungsi tubuh seperti kesehatan sistem imun, fungsi sistem tiroid, kardiovaskular dan dalam melawan stress oksidatif. Ada dua bentuk selenium yaitu bentuk organik dan anorganik. Asupan selenium dapat diperoleh dari makanan seperti daging, makanan laut dan tanaman yang kadarnya dipengaruhi oleh kadar selenium dalam tanah dan air yang digunakan. Kebutuhan selenium individu per harinya berkisar antara 30-85 µg/ hari. Defisiensi asupan selenium dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit kardiovaskular, tiroiditis dan inflamasi. Sehingga banyak penelitian untuk membuktikan penggunaan suplementasi selenium dapat mengatasi penyakit tersebut. Dan hasilnya  suplementasi selenium terutama selenometionin menurunkan kadar TPOAb dan TgAb pada pasien tiroiditis serta menurunkan CPR dan meningkatkan GPx pada penyakit kardiovaskular yang menurunkan stres oksidatif dan inflamasi.Kata Kunci: Selenium, Penyakit Kardiovaskular, Penyakit Autoimun Tiroiditis, Antiinflamasi
Kajian Metode Isolasi Jantung Hewan dalam Pengujian Aktivitas Kardiotonik suatu Senyawa Nurike Susendi; Sri Adi Sumiwi; Aliya Nur Hasanah
Farmaka Vol 17, No 3 (2019): Farmaka (Desember)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2575.986 KB) | DOI: 10.24198/jf.v17i3.22093

Abstract

Agen kardiotonik yang digunakan dalam terapi utama ialah glikosida jantung dan katekolamin tetapi kedua obat tersebut memiliki efek samping yang bahaya. Maka perlu dilakukan pengembangan obat baru yang memiliki efektivitas obat yang baik dan efek samping yang kecil. Dalam metode pengujian kardiotonik seringkali menggunakan metode Isolated Heart Perfussion dengan hewan percobaan yang berbeda. Artikel review ini akan membahas terkait pengujian aktivitas kardiotonik dan hewan uji yang sering digunakan. Metode isolasi jantung yang saat ini digunakan adalah Langendroff method, dan modifikasinya dalam hal larutan serta kondisi pengujian. Dalam metode Langendroff berbagai kondisi harus dijaga diantaranya pemberian oksigen, nutrisi, suhu, serta tekanan perfusi Hewan uji yang efektif dalam pengujian aktivitas kardiotonik ialah katak karena model jantungnya dapat menjelaskan banyak prinsip penting fungsi kardiovaskular. Kata Kunci : Kardiotonik, Isolasi Perfusi Jantung, Langendroff method
EFEK SAMPING DAN MANAJEMEN OBAT COVID-19 PADA GANGGUAN FUNGSI GINJAL DAN HATI Siti Saleha; Sri Adi Sumiwi; Julisiana Sanggelorang; Iis Leniawati
Farmaka Vol 19, No 4 (2021): Farmaka (Suplemen)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v19i4.34645

Abstract

COVID-19  (coronavirus disease) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus korona baru yaitu Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 atau SARS-CoV-2. Paru-paru menjadi organ utama yang terkait dalam COVID-19, namun beberapa organ lain seperti ginjal dan hati juga penting. Sebagian besar obat yang diterima pasien dieksresikan melalui ginjal dan atau mengalami metabolisme di hati. Oleh karena itu, perubahan fungsi ginjal atau hati secara signifikan dapat mempengaruhi konsentrasi obat karena gangguan ekskresi dan metabolisme, sehingga mengakibatkan toksisitas atau mengurangi efikasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menelaah efek samping dan manajemen obat COVID-19 pada pasien dengan berbagai tingkat gangguan ginjal dan hati sehingga dapat menjadi pertimbangan bagi tenaga kesehatan. Pengobatan COVID-19 dalam penelitian ini mengacu pada Protokol Tata Laksana COVID-19 oleh Kementerian Kesehatan Indonesia. Pencarian literatur dilakukan menggunakan google, google scholar, PubMed dan NCBI. Secara menyeluruh, kemampuan metabolisme dan ekskresi obat remdesivir, oseltamivir, favipiravir, azitromisin, levofloxasin, deksametason, dan antikoagulan serta vitamin C yang digunakan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan atau gangguan fungsi hati perlu dipertimbangkan. Rekomendasi dosis obat yang digunakan harus memperhatikan derajat gangguan ginjal dan atau hati sebelum dapat diterapkan.Kata kunci: COVID-19, fungsi ginjal, fungsi hati
Aktivitas Antiinflamasi Berbagai Tanaman Diduga Berasal Dari Flavonoid NUR RAMADHANI MAUNG MANURUNG; Sri Adi Sumiwi
Farmaka Vol 14, No 2 (2016): Suplemen
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.748 KB) | DOI: 10.24198/jf.v14i2.10816

Abstract

AbstrakInflamasi adalah suatu respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh kerusakan pada jaringan. Obat antiinflamasi steroid dan nonsteroid memiliki banyak efek samping sehingga banyak dilakukan pengembangan antiinflamasi yang berasal dari bahan alam, terutama pada tanaman. Tanaman yang terbukti secara ilmiah memiliki khasiat sebagai antiinflamasi diantaranya daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Shecff.) Boerl.), rimpang kencur (Kaempferiae galanga L.), daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lamk.), kelopak bunga rosela merah (Hisbiscus sabdariffa), serta bunga dan daun asam jawa (Tamarindus indica). Metode yang digunakan dalam artikel review ini adalah tinjauan pustaka dari berbagai jurnal yang diterbitkan secara online. Terdapat 5 jurnal sebagai pustaka primer, yaitu jurnal yang menampilkan hasil dari penapisan fitokimia dan persentase inhibisi radang dari tanaman tersebut dengan metode pengujian yang sama. Metode dalam proses pengujiannya, yaitu pengambilan dan pengujian metabolit sekunder dari tanaman, pengujian aktivitas antiinflamasi, dan analisis data secara statistik. Hasil menunjukkan bahwa tanaman-tanaman yang diuji memiliki aktivitas antiinflamasi. Kekuatan efek antiinflamasi yang ditunjukkan oleh persentase inhibisi udema pada tanaman tersebut berbeda-beda, tergantung pada dosisnya. Senyawa yang diduga memberikan aktivitas antiinflamasi tersebut adalah senyawa golongan flavonoid.Kata kunci : antiinflamasi, tanaman, persentase inhibisi, flavonoid
AKTIVITAS ANTIINFLAMASI BERBAGAI TUMBUHAN YANG DIINDUKSI OLEH KARAGENAN FITRI NURJANAH; Sri Adi Sumiwi
Farmaka Vol 17, No 1 (2019): Farmaka (Supplemen)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.451 KB) | DOI: 10.24198/jf.v17i1.22102

Abstract

 ABSTRAKInflamasi merupakan bagian dari respons biologis kompleks dari jaringan vaskular terhadap kerusakan rangsangan, seperti patogen, sel yang rusak, atau iritasi. Ada berbagai obat untuk mengontrol dan menekan inflamasi diantaranya golongan AINS (Anti Inflamasi Non Steroid) serta AIS (Anti Inflamasi Steroid). Namun obat tersebut masih memiliki efek samping yang tidak diinginkan pada pada gastrointestinal dan pendarahan peptik. Oleh karena itu mulai dikembangkan obat dari tumbuhan sebagai sumber alternatif pengobatan inflamasi.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas dari berbagai ekstrak tumbuhan terhadap hewan percobaan mencit/tikus dilakukan dengan cara memberikan karagenan sebagai penginduksi inflamasi. Dari 15 tumbuhan yang dikaji dari sumber data berupa jurnal, terdapat kandungan senyawa flavonooid yang bersifat sebagai antiinflamasi. Setiap tumbuhan memberikan aktivitas antiinflamasi yang berbeda dengan dosis efektif yang juga berbeda yang ditunjukkan dengan inhibisi edema pada tikus/mencit. Kata kunci: Antiinflamasi, Tumbuhan Obat, Karagenan, Senyawa Aktif      ABSTRACT Inflammation is part of the complex biological response of vascular tissue to damage to stimuli, such as pathogens, damaged cells, or irritation. There are various drugs to control and suppress inflammation including the NSAIDs (Non-Steroid Anti-inflammatory) and AIS (Anti-Inflammatory Steroids). But the drug still has undesirable side effects in the gastrointestinal and peptic bleeding. Therefore, the drug from  plants began to be developed as an alternative source of inflammatory treatment. The purpose of this study was to determine the activities of various extracts of plants against rats/mice tested animals by giving carrageenan as an inflammatory inducer. Of the 15 plants studied from data sources in the form of journals, there are flavonooid compounds which are anti-inflammatory. Each plant provides a different anti-inflammatory activity with a different effective dose which is indicated by the inhibition of edemaKeywords: Anti-inflammatory, Medicinal plant, Carageenan, Active Compound
AKTIVITAS ANTIHIPERURISEMIA BEBERAPA TANAMAN DI ASIA SAFIRA ANNISSA; SRI ADI SUMIWI
Farmaka Vol 15, No 1 (2017): Suplemen
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.537 KB) | DOI: 10.24198/jf.v15i1.13202

Abstract

Hiperurisemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan meningkatnya kadar asam urat karena disfungsi dalam produksi atau ekskresi. Prevalensi hiperurisemia terus meningkat secara cepat pada beberapa dekade terakhir  dan menjadi penyebab terbesar gout dan inflamatori artritis. Pengobatan lini pertama untuk hiperurisemia adalah alopurinol. Namun penggunaannya memiliki efek samping terhadap tubuh sehingga dibutuhkan obat alternatif yang memiliki efek samping minimal, seperti obat herbal. Pada review ini akan dibahas beberapa tanaman yang berasal dari asia yang potensial menjadi obat antihiperurisemia  Metode yang digunakan adalah studi pustaka. Pencarian data dilakukan dengan instrumen search engine online seperti Google, Pubmed, dan Science Direct. Hasil yang diperoleh adalah beberapa tumbuhan yang berasal dari Asia seperti Annona muricata L., Gloriosa superba L., Orthosiphon stamineus Benth, dan Hibiscus sabdariffa L. berpotensi menjadi obat alternatif dalam pengobatan hiperurisemia.Kata kunci: Hiperurisemia, Asam Urat, Obat Herbal 
REVIEW JURNAL : AKTIVITAS ANTIHIPERLIPIDEMIA PADA TANAMAN HERBAL DENGAN METODE INDUKSI HEWAN PERCOBAAAN WAHYU EKA SAPUTRI; Sri Adi Sumiwi
Farmaka Vol 17, No 3 (2019): Farmaka (Desember)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (621.978 KB) | DOI: 10.24198/jf.v17i3.25909

Abstract

AbstrakHiperlipidemia merupakan disregulasi metabolik yang sangat berkaitan erat dengan diabetes mellitus, gangguan ini ditandai dengan adanya peningkatan profil lipid dalam tubuh antara lain LDL, VLDL, asam lemak bebas, trigliserida. Beberapa tanaman herbal memiliki aktivitas antihiperlipidemia yang telah dibuktikan dengan dilakukannya penelitian dengan menggunakan hewan percobaan yang diberikan perlakukan penginduksian hiperglikemia maupun diabetes. Hasil yang diperoleh adalah terdapat 13 jenis ekstrak tanaman yang memiliki aktivitas antihiperlipidemia dengan adanya penurunan profil lipid yang signifikan pada hewan percobaan.Kata Kunci : Hiperlipidemia, Antihiperlipidemia, profil lipid , tanaman herbal, induksi hewa uji.AbstractHyperlipidemia is a metabolic dysregulation that is closely related to diabetes mellitus, this disorder is characterized by an increase in lipid profiles in the body including LDL, VLDL, free fatty acids, triglycerides. Some herbal plants have antihyperlipidemic activity which has been proven by conducting research using experimental animals which are treated to induce hyperglycemia and diabetes. The results obtained were 13 types of plant extracts which had antihyperlipidemic activity with a significant decrease in lipid profile in experimental animals.Keywords: Hyperlipidemia, Antihyperlipidemia, lipid profile, herbal plants, induction of test hives.
REVIEW ARTIKEL: PERBANDINGAN USAP NASOFARING DAN USAP OROFARING DALAM MENDETEKSI SARS-CoV-2 DIANE FAUZI; SRI ADI SUMIWI
Farmaka Vol 19, No 1 (2021): Farmaka (Maret)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v19i1.32308

Abstract

Pada 31 Desember 2019, untuk pertama kalinya coronavirus disease 2019 (COVID-19) dilaporkan di Wuhan. Saat ini, Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan kasus baru dan kematian yang cukup tinggi. Salah satu upaya untuk mengendalikan penyebaran virus ini adalah pendeteksian virus yang akurat dan cepat. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengeluarkan pedoman yang menyatakan bahwa usap nasofaring dan orofaring adalah spesimen saluran pernapasan atas yang diterima untuk deteksi SARS-CoV-2. Tujuan dari artikel review ini adalah untuk membandingkan hasil pengujian dari dua spesimen yang dianjurkan dalam deteksi SARS-CoV-2, yaitu usap nasofaring dan orofaring.
Peran Flavonoid pada Berbagai Aktivitas Farmakologi Izzatul Khoirunnisa; Sri Adi Sumiwi
Farmaka Vol 17, No 2 (2019): Farmaka (Agustus)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3460.303 KB) | DOI: 10.24198/jf.v17i2.21922

Abstract

Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder dengan struktur fenolik yang bervariasi dan dapat ditemukan dalam buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kulit kayu, akar, batang, bunga, teh dan anggur. Flavonoid terkenal dengan efek menguntungkannya bagi kesehatan dan upaya sedang dilakukan untuk mengisolasi bahan yang disebut flavonoid. Flavonoid sekarang dianggap sebagai komponen yang sangat diperlukan dalam berbagai aplikasi nutrasetikal, farmasi, obat-obatan dan kosmetik. Hal ini karena flavonoid memiliki sifat antioksidan, anti-inflamasi, anti-mutagenik dan anti-karsinogenik ditambah dengan kapasitasnya untuk memodulasi seluler kunci fungsi enzim. Saat ini banyak dilakukan kegiatan penelitian dan pengembangan flavonoid terkait dengan isolasi, identifikasi, karakterisasi dan fungsi flavonoid dan akhirnya penerapannya pada manfaat kesehatan. Dalam review ini dibahas mengenai 26 jenis flavonoid beserta aktivitas farmakologis dari flavonoid tersebut.