Claim Missing Document
Check
Articles

ANALISIS STABILITAS TRANSIEN SISTEM INTERKONEKSI JAWA BALI 500 kV SETELAH PENAMBAHAN UNIT PEMBANGKIT BARU TAHAP 1 DAN TAHAP 2 PADA PLTGU-GRATI Yanuar Alfa Tri Susanto; Hadi Suyono; Teguh Utomo
Jurnal Mahasiswa TEUB Vol 7, No 5 (2019)
Publisher : Jurnal Mahasiswa TEUB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), kebutuhan daya listrik meningkat 8% setiap tahunnya. Sehingga pemerintah pada akhir tahun 2019 menargetkan tingkat rasio elektrifikasi menjadi 97,35%. Untuk memenuhi kebutuhan listrik dan target rasio elektrifikasi yang telah ditentukan, pada tahun 2015 pemerintah dan Perusahaan Listrik Negara (PLN) meluncurkan program 35.000 MW. Salah satu bentuk program 35.000 MW yang dilakukan PLN yaitu penambahan pembangkit pada sistem interkoneksi Jawa Bali 500 kV sebesar 450 MW Grati. Penambahan tersebut terdiri dari 2 tahap, tahap pertama sebesar 300 MW dibangun pada tahun 2017 dan tahap kedua 150 MW pada tahun 2018. Dengan adanya pembangkit baru tersebut maka perlu dilakukan analisis ulang terhadap kinerja sistem secara keseluruhan, meliputi rugi daya sistem, stabilitas sudut rotor, stabilitas tegangan dan stabilitas frekuensi.  Dari hasil simulasi menggunakan software ETAP 12.6, menunjukkan bahwa nilai rugi daya sistem mengalami penurunan setelah penambahan pembangkit tahap 1 sebesar 0,015% saat beban puncak dan 0,003% saat beban dasar dan setelah penambahan pembangkit tahap 2 sebesar 0,057% saat beban puncak dan 0,012% saat beban dasar. Setelah mengalami gangguan tiga fasa pada bus grati, respon sudut rotor, tegangan dan frekuensi sistem setelah penambahan pembangkit tahap 1 dan tahap 2 tetap dapat kembali ke kondisi stabil. Untuk kasus gangguan tiga fasa dan lepasnya unit pembangkit baru, respon stabilitas tegangan sistem memiliki nilai kestabilan tegangan baru di bawah nilai tegangan nominal sistem, namun masih sesuai dengan dengan batas minimum nilai tegangan kerja yang ada pada aturan jaringan. Waktu pemutusan kritis kondisi sistem setelah penambahan pembangkit baru tahap 1 dan tahap 2 lebih cepat jika dibandingkan dengan kondisi sebelum penambahan pembangkit baru baik untuk kondisi beban puncak dan beban dasar.   Kata kunci: analisis aliran daya, rugi-rugi, Stabilitas transien, sudut rotor generator, frekuensi, tegangan, Interkoneksi Jawa Bali 500 kV, waktu pemutusan kritis   ABSTRACT Based on data from Ministry of Energy and Mineral Resources, electricity power requirements increases 8% every year. Thus, The Government targets the level of electrification ratio to be 97.35% by the end of 2019. In order to supply the electricity requirements and electrification ratio’s target that has been assigned, in 2015 The Government and The National Electricity Company (PLN) launched 35.000 MW’s Program. One of the realization of 35.000 MW’s Program carried out by PLN is the addition Java Bali 500 kV  interconnection system of 450 MW of Grati. The addition consists of 2 phase, the first phase 300 MW was constructed in 2017 and the second phase 150 MW was constructed in 2018. With the existence of the new generator, it is necessary to re-analyze the overall system performance, including system power losses, rotor angle stability, voltages stabilitiy, and frequency stability. From the simulation results using ETAP 12.6 software, it shows that the system power loss value is decreasing after the addition of the phase 1’s generator by 0.015% on full load and 0.003% on base load and after the addition of the phase 2’s generator become 0.057% on full load, and 0.012% on base load. After having three phase interference in the Grati Bus, the rotor angle response, the voltage and frequency of the system after the addition of phase 1’s generator and phase 2’s generator can still be returned to stable conditions. In the case of three-phase interference and the release of a new generating unit, the system's voltage stability response has a new voltage stability value below the nominal value of the system, but still in accordance with the minimum working voltage values that exist in the network rules. The critical termination time of system condition after the addition of new generator phase 1 and phase 2 is quicker compared to conditions prior to the addition of new generator, both for peak load condition and base load condition. Keywords: Load Flow Analysis, Losses, Transient Stability, generator rotor angle, frequency, voltage, Jawa-Bali 500 kV Interconnection System, Critical Clearing Time
EVALUASI TEKNIS DAN EKONOMIS PADA PENGOPERASIAN PLTMH WOT LEMAH 20 KW DI DESA SELOLIMAN KABUPATEN MOJOKERTO Anwi Kusuma; Teguh Utomo
Jurnal Mahasiswa TEUB Vol 6, No 5 (2018)
Publisher : Jurnal Mahasiswa TEUB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Wot Lemah adalah salah satu pembangkit listrik yang ada di Desa Seloliman, Kabupaten Mojokerto. PLTMH Wot Lemah digunakan memenuhi kebutuhan energi listrik pada Dusun Biting dan Dusun Balekambang yang belum terdapat listrik dari PLN. PLTMH Wot Lemah dibangun dengan memanfaatkan aliran sungai yang sama pada PLTMH Kali Maron, yaitu Kali Maron. Paska pembangunan dan selama pengoperasian, PLTMH Wot Lemah belum pernah dilakukan evaluasi terkait kinerja dari PLTMH (aspek teknis) maupun aspek ekonomis dan finansial sehingga pengelola tidak mengetahui bagaimana kondisi sesungguhnya kinerja PLTMH saat kondisi berbeban, potensi sumber daya air saat ini yang ada, dan bagaimana kelayakan dari aspek ekonomis dan finansial PLTMH Wot Lemah selama beroperasi. Berdasarkan hasil evaluasi, pada aspek teknis, daya listrik yang masih bisa dibangkitkan sebesar 17,04495 kW dengan debit air sebesar 0,2923 m3/s dan head sebesar 12,3231 meter. Kapasitas daya terpasang PLTMH sebesar 20 kW, sedangkan saat dilakukan pengukuran pada daya keluaran generator yang terukur pada sisi pembangkit sebesar 14 kW, dengan penggunaan daya nyata tiga fasa rata-rata pada saat beban puncak sebesar 5,0528 kW dan daya semu tiga fasa rata- rata sebesar 5,9026 kVA. Pada pengoperasian PLTMH Wot Lemah, daya yang terpakai belum optimal, hanya 5,0528 kW dari 14 kW atau sekitar 36,0914%, sehingga masih bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan daya atau beban yang lain. Berdasarkan standar atau ketentuan umum yang berlaku pada IMIDAP (Integrated Microhydro Development and Application Program) tahun 2009 oleh Kementerian ESDM, pada beberapa komponen sipil, mekanikal dan elektrikal pada PLTMH Wot Lemah masih perlu dilakukan perbaikan pada beberapa komponen. Sedangkan pada aspek ekonomis, jika PLTMH dioperasikan dengan kondisi saat ini, maka berdasarkan standar IMIDAP, mengalami kerugian atau dikatakan tidak layak, akan tetapi jika dioperasikan secara on grid dengan PLN seperti PLTMH Kali Maron, maka PLTMH Wot Lemah mendapatkan untung atau dikatakan layak. Kata kunci: PLTMH, Evaluasi, Metode Apungan, Metode Selang Air, Daya Nyata, NPV, BCR ABSTRACT Wot Lemah Micro Hydro Power Plant (MHPP) is one of the existing power plant in the village of Seloliman, Mojokerto. Wot Lemah MHPP used to fulfil the necessary of electricity in Dusun Biting and Dusun Balekambang that has been no electricity from PLN sources. Wot Lemah MHPP constructed by utilizing the same water source from Kali Maron’s flow. After construction and during operation, the MHPP has never evaluated due to the performance of the MHPP based on technical, economic, and financial aspects. So, the organizer does not know about the real condition of the performance of the MHPP in the load condition, the potential water resource, and how the feasibility of economic and financial aspects of the MHPP Wot Lemah during operation. Based on the evaluation from the technical aspect, theoretically, the potential of electric power in MHPP Wot Lemah is 17,04495 kW with the site measurement of flow is 0,2923 m3 / s while the head is 12,3231 meter. The installed power in Wot Lemah MHPP is 20 kW, but when measuring the output power of the generator while in the load condition, the three-phase output power is 14 kW with the average used of three-phase electrical power during peak load time is 5,0528 kW and the average used of the apparent power in three-phase is 5,9026 kVA. Due to the operation of Wot Lemah MHPP, the power used by consumers is not optimum yet, only 5,0528 kW from 14 kW or equal to 36,0914%, so it still can be used for another utility. Based on standard or common provisions from IMIDAP (Integrated Microhydro Development and Application Program) in 2009 by the Ministry of Energy, in several components of civil, mechanical and electrical on MHPP Wot Lemah is still needs to be improved or repaired in some components. While in the economic aspect, if Wot Lemah MHPP still operates by its current condition, based on IMIDAP standards, then the Wot Lemah MHPP is not feasible in the economic and financial aspects, but if it operates as same as Kali Maron MHPP using the alternative way (on grid), then based on IMIDAP standards, Wot Lemah MHPP is feasible during the operation. Keywords: MHPP, Evaluation, Floating Method, Water Filled Tube Method, Real Power, NPV, BCR
PENGGUNAAN FIREWORKS ALGORITHM UNTUK MENINGKATKAN KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI Radian Hepta Martha Hardaka; Hadi Suyono; Teguh Utomo
Jurnal Mahasiswa TEUB Vol 9, No 6 (2021)
Publisher : Jurnal Mahasiswa TEUB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak—Semakin bertambahnya kebutuhan tenagalistrik menuntut sistem distribusi tenaga listrik untuk mempunyaitingkat keandalan yang lebih baik. Untuk meningkatkan keandalan sistem tenaga listrik, PT. PLN (Persero) menggunakansectionalizer pada jaringan listriknya. Penentuan posisisectionalizer dan jumlah sectionalizer sangat penting dalam keandalan sistem tenaga listrik. Indeks keandalan yang umum digunakan adalah SAIFI dan SAIDI. Indeks keandalan SAIFI danSAIDI dapat dihitung berdasarkan frekuensi kegagalan dandurasi gangguan yang terjadi dalam satu tahun. Jika nilai dariSAIFI dan SAIDI lebih kecil, maka keandalan disimpulkan lebihbaik. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan lokasi penempatan sectionalizer terbaik pada penyulang Pujon yang terhubung dengan pemangkit terdistribusi. Metode yang digunakan adalah Firework Algorithm menggunakan software Matlab 2017a. Hasil penelitian menunjukan nilai indeks keandalan (SAIFI dan SAIDI) sebesar 7,073558 kali/tahun dan21,63946 jam/tahun. Nilai indeks keandalan penelitian kondisi penambahan pembangkit terdistribusi (mikrohidro dan sel surya)menunjukan hasil yang lebih baik dibandingkan kondisi eksisting,dengan nilai indeks keandalan (SAIFI dan SAIDI) sebesar6,852492 kali/tahun dan 19,91051 jam/tahun. Skenario penambahan jumlah sectionalizer menjadi 16, didapatkan nilaiindeks keandalan yang lebih baik dari sebelumnya, yaitu nilaiSAIFI sebesar 5,8169 kali/tahun dan nilai SAIDI sebesar 18,7953jam/tahun.Kata kunci—sectionalizer, indeks keandalan, pembangkitterdistribusi, Fireworks AlgorithmAbstract—The increasing demand for energy electricity demands the electric power distribution system to have better level of reliability. To increase reliability of the electric power system, PT. PLN (Persero) uses sectionalizer on the power grid. Positioning sectionalizer and the number of sectionalizers are very important in reliability of the electric power system. Common reliability index used are SAIFI and SAIDI. SAIFI reliability index and SAIDI can be calculated based on the frequency of failure and duration of the disturbance in one year. If the value of SAIFI and SAIDI are smaller, then reliability is concluded to be higher good. This study aims to determine the location of the best sectionalizer placement on the Pujon feeder connected to a distributed generator. Which method used is Firework Algorithm using software MATLAB 2017a. The results showed the index value reliability (SAIFI and SAIDI) of 7.073558 times/year and 21,63946 hours/year. Condition research reliability index value addition of distributed generation (micro hydro and solar cells) shows better results than the existing conditions, with a reliability index value (SAIFI and SAIDI) of 6.852492 times/year and 19.91051 hours/year. Scenario the addition of the number of sectionalizers to 16, obtained the value of reliability index that is better than before, namely the value of SAIFI is 5,8169 times/year and the SAIDI value is 18,7953 hours/year.Keywords—sectionalizer, reliability index, generator distributed, Fireworks Algorithm 
ANALISIS VARIASI TIPE SIRIP ISOLATOR POLIMER RESIN EPOKSI DENGAN FILLER RICE HUSK ASH DAN AL2O3 TERHADAP TINGKAT ARUS BOCOR PADA KONDISI KERING DAN BASAH Timbul Mulia; Mochammad Dhofir; Teguh Utomo
Jurnal Mahasiswa TEUB Vol 9, No 2 (2021)
Publisher : Jurnal Mahasiswa TEUB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan industri harus disertai dengan suplai energi listrik yang memadai dan sistem distribusi energi listrik yang handal. Salah satu peralatan listrik yang penting dalam sistem tenaga listrik adalah isolator yang berfungsi sebagai penyangga kawat saluran udara, sekaligus secara elektris sebagai penyekat (isolasi) antara konduktor bertegangan dengan menara (tower) transmisi. Isolator dengan bahan keramik, porselen dan kaca sudah digunakan secara luas. Saat ini sedang dikembangkan isolator dengan bahan polimer antara lain silicon rubber dan resin epoksi. Namun isolator jenis ini masih tergolong baru, sehingga untuk meningkatkan performa dari isolator ini, salah satu caranya adalah dengan menambahkan bahan pengisi. Faktor lingkungan seperti kelembaban, temperature, hujan, dan kontaminan memiliki pengaruh signifikan terhadap unjuk kerja isolator. Dalam penelitian ini isolator terbuat dari bahan resin epoksi dengan filler rice husk ash dan aluminium oksida dan divariasikan dengan 2 tipe sirip isolator yaitu BBB dan BKB dengan dua kondisi berbeda pada permukaan isolator yaitu awal dan dilapisi sealant. Pengujian yang dilakukan menggunakan 2 kondisi untuk masing-masing isolator yaitu kondisi kering dan kondisi basah. Parameter yang diamati adalah sudut kontak dan arus bocor pada permukaan isolator sehingga diketahui besar resistansi permukaan dan juga rugi daya yang ditimbulkan oleh isolator. Hasil yang didapat dari penelitian ini isolator tipe sirip seragam memiliki nilai arus bocor yang lebih kecil dari tipe sirip tidak seragam baik pada kondisi awal dan dilapisi sealant,selain itu kondisi kering dan basah sangat berpengaruh terhadap arus bocor.Sudut kontak permukaan isolator baik pada BBB dan BKB pada kondisi awal dan dilapisi sealant dapat dikategorikan bersifat partially wetted (basah sebagian). Kata kunci: isolator,resin epoksi,arus bocor,sudut kontak,rice husk ash,Al2O3,kondisi basah dan kering. ABSTRACT Increase of the citizen population and industry must be accompanied by an adequate electricity and reliable electrical energy distribution. One of the most important electrical component in the electrical energy distribution is an insulator. The insulator serve to support overhead line wire, and baffle between conductor and transmission tower. Porcelain and glass insulators are widely used. Currently being developed insulators with polymer materials, including silicon rubber and epoxy resin. However, this insulator type is still relatively new, so to improve the performance of this insulator is add fillers. Environmental conditions such as humidity, temperature, rain, and contaminants have a significant influence on the insulator performance. In this study, the insulator was made of epoxy resin with filler of rice husk ash and aluminium oxide and varied with 2 types of insulator shed, called BBB and BKB with two different conditions on the insulator surface, called initial and coated with sealant. Tests carried out using 2 conditions for each insulator,called dry and wet conditions. The observed parameters are the contact angle and the leakage current on the surface of the insulator, so that the surface resistance and power loss caused by the insulator are known. The results obtained from this study that the uniform shed type insulator has a smaller value of leakage current than the non-uniform shed type both in the initial conditions and coated with sealant, besides that dry and wet conditions greatly affect the leakage current. The contact angle of the insulator surface both at BBB and BKB in the initial conditions and coated with sealant can be categorized as partially wetted. Keyword: insulator,epoxy resin,leakage current,contact angle,rice husk ash,Al2O3,wet and dry conditions.
REGULASI TEGANGAN KELUARAN BOOST CONVERTER MENGGUNAKAN SMC DENGAN SLIDING SURFACE DAYA Gede Teguh Adi Wedangga; Teguh Utomo; Lunde Ardhenta
Jurnal Mahasiswa TEUB Vol 8, No 3 (2020)
Publisher : Jurnal Mahasiswa TEUB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Revolusi industri yang semakin  fleksibel dan semakin modern menyebabkan banyaknya penggunaan catu daya DC yang membutuhkan suatu konverter daya. Boost converter adalah salah satu konverter daya yang banyak digunakan dan berfungsi untuk mengubah tegangan DC menjadi tegangan DC yang lebih besar. Namun tegangan keluaran yang dihasilkan oleh boost converter memiliki beberapa kekurangan seperti adanya lonjakan pada awal tegangan keluaran dan juga osilasi, sehingga menyebabkan settling time lambat. Jika terjadi perubahan parameter tegangan sumber, nilai beban, dan juga tegangan referensi pada boost converter maka tegangan keluarannya akan mengalami gangguan yang menyebabkan tegangan keluaran memiliki lonjakan, osilasi, dan tidak mengikuti nilai tegangan referensinya. Oleh karena itu digunakanlah pengendali pada boost converter untuk memperbaiki tegangan keluaran boost converter. Pengendali ini berupa SMC dan juga PID. Berdasarkan analisa penelitian tegangan keluaran SMC dan PID dapat memperbaiki tegangan keluaran boost converter. Pengendali PID dan SMC dapat menghilangkan lonjakan pada awal tegangan dan juga dapat memperbaiki tegangan keluaran ketika terjadi perubahan parameter pada boost converter. Sedangkan berdasarkan waktu pemulihan dan juga deviasi tegangan, SMC memiliki nilai terkecil dari pada open loop dan PID pada saat parameter tegangan sumber, tegangan referensi, dan perubahan tegangan sumber dan beban dirubah bersamaan yang menyebabkan pengendali SMC memiliki kinerja terbaik pada perubahan parameter tersebut. Sedangkan pengendali PID memiliki nilai paling kecil pada saat perubahan nilai beban, yang menyebabkan pegendali PID memiliki kinerja terbaik pada perubahan nilai beban. Kata kunci—Boost converter, SMC,  PID, settling time, deviasi tegangan, waktu pemulihan. Abstract The flexible and modern industrial revolution cause the indudtrial use of DC power supplies that require a power converter. Boost Converter is one of power converters and boost converter have function to convert DC voltages to larger DC voltages. But the output voltage generated by the boost converter has some flaws such as the surge in the initial output voltage and also the oscillation, resulting in a slow settling time. If changes in the source voltage parameters, load values, and also reference voltages on the boost converter then the output voltage will suffer interference causing the output voltage to have overshoot, oscillation, and does not follow the reference voltage value. Therefore the controller used on the boost converter to improve the output voltage of the boost converter. This controller is SMC and PID. Based on the SMC and PID output voltage research analysis can improve the output voltage of the boost converter. The PID and SMC controllers can eliminate overshoot at the beginning of the voltage and can also correct the output voltage when a parameter change in the boost converter. Based the recovery time and voltage deviation, SMC has the smallest value of the open loop and the PID at the time of the source voltage parameters , the reference voltage, and the source voltage in same time the value of load changed that causes the SMC controllers have the best performance on those parameter changes. While the PID have smallest value at the time of load value changes, that causes the PID's have the best performance on the load value change. Keywords — Boost Converter, SMC, PID, settling time, voltage deviation, recovery time
OPTIMASI KONDISI JARINGAN LISTRIK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI DESA ANDUNGBIRU KECAMATAN TIRIS KABUPATEN PROBOLINGGO Yudistira Adi Nugroho; Teguh Utomo; Harry Soekotjo Dachlan
Jurnal Mahasiswa TEUB Vol 1, No 3 (2013)
Publisher : Jurnal Mahasiswa TEUB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.089 KB)

Abstract

Penerapan PLTMH di desa-desa padaumumnya belum didukung dengan perencanaan jaringanyang baik. Hal ini mengakibatkan berbagai masalah,diantaranya permasalahan pada jatuh tegangan akibatrugi pada saluran terlalu besar dan bahkan hal tersebutdiperparah dengan pembagian beban yang tidakseimbang. Kasus tersebut terjadi di desa Andungbirukecamatan tiris kabupaten Probolinggo. Tegangan yangmasuk pada rumah pelanggan mengalami penurunannilai tegangan (Voltage drop) akibat rugi yang terjadi disisi saluran. Sebelumnya telah dilakukan PerancanganJaringan Listrik Tegangan Rendah pada lokasi tersebut.Namun hasil dari perencanaan jaringan tersebut masihperlu di rekonfigurasi. Agar di dapat kondisi yangoptimal. Optimasi kondisi jaringan dilakukan dengancara menganalisis jaringan listrik yang lama kemudianmencari titik-titik beban yang mungkin untukdirekonfigurasi. Dari alternatif jaringan yang ada,dilakukan analisis beban kemudian dicari mana alternatifjaringan dengan rugi daya yang paling kecil.Kata Kunci – PLTMH, jaringan listrik, jatuh tegangan,rugi daya, optimasi.
STUDI PERENCANAAN UPRATING SALURAN TRANSMISI 70 kV MENJADI 150 kV JALUR GI BANGIL – GI BLIMBING Rizky Hamid Robbyansyah; Teguh Utomo; Unggul Wibawa
Jurnal Mahasiswa TEUB Vol 7, No 4 (2019)
Publisher : Jurnal Mahasiswa TEUB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Uprating saluran transmisi bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menyalurkan daya lisrik. Pada penelitian ini membahas tentang aspek teknis dalam perencanaan pembangunan uprating saluran transmisi  70 kV menjadi 150 kV jalur GI Bangil – GI Blimbing. Beberapa aspek yang diteliti meliputi pemilihan tower, tipe penghantar, andongan, isolator, pentanahan kaki menara serta analisis aliran daya. Metode penelitian yang digunakan adalah menghitung dan menentukan aspek penelitian berdasarkan data transformator, penghantar dan beban puncak dalam selang waktu mulai Desember 2013 hingga Desember 2014 serta mensimulasikan aliran daya. Kondisi untuk analisis aliran daya menggunakan software ETAP 12.6 adalah pada saat sebelum uprating dan sesudah uprating. Hasil yang didapat dalam penelitian ini, antara lain peralatan yang terpasang pada saluran transmisi serta nilai jatuh tegangan dan rugi daya saat sebelum dan sesudah dilakukan uprating. Kata kunci— Uprating, transmisi 150 kV, jatuh tegangan, rugi daya. Abstract Uprating of transmission lines aims to increase the electric power transfer capability. In this study discussed the tehnical aspects of uprating development planning of overhead transmission lines 70 kV to 150 kV line GI Bangil – GI Blimbing. Some aspect examined include the selection of towers, types of conductors, sagging, insulator, grounding and load flow analysis. The research method used is to calculate and determine of research aspect based on data of transformer, conductors and peak of load in the interval from December 2013 to December 2014, and simulating loadflow. The conditions for this load flow analysis are use ETAP 12.6 software at before uprating and after uprating. The results obtained in this study, includi equipment installed on transmission line and the value of drop voltage and power loss at before and after uprating. Keywords— Uprating, transmission 150 kV, drop voltage, losses.
Analisis Konsumsi dan Penghematan Energi di SMK MA’ARIF KOTA BATU Lavelia Permata C.; Unggul Wibawa; Teguh Utomo
Jurnal Mahasiswa TEUB Vol 4, No 7 (2016)
Publisher : Jurnal Mahasiswa TEUB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

– Sekolah merupakan salah satu instrumen yang sangat vital dalam dunia pendidikan. Besarnya penggunaan listrik di sekolah terkadang menjadi suatu permasalahan yang akhirnya dapat menghambat proses belajar mengajar di sekolah tersebut. SMK Ma’arif merupakan salah satu sekolah yang bersifat swasta. Sebagai sekolah swasta maka audit sangat diperlukan karena sekolah ini dapat menghabiskan sekitar 900 kWh/bulan nya atau 10.800 kWh/tahun atau sama dengan Rp.7.333.200/tahun Dengan Intensitas Konsumsi Energi sebesar 0.455 kWh/meter2/bulan yang tergolong efisien sesuai standard Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia tahun 2004 Tetapi audit dan penghematan akan membuat IKE semakin efisien.Usaha audit energi di sekolah ini dilakukan di sektor penerangan karena sektor ini lah yang sangat mungkin dilakukan penghematan mengingat dalam sektor lain terdapat berbagai regulasi yang mengikat seperti mutu dan standard dari pusat. Dari hasil perhitungan, dalam sektor penerangan dapat dilakukan penghematan sebesar 34.5% atau sekitar 1.108,08 kWh/tahun. Jika dirupiah kan sebesar Rp.752.386/ tahun dengan investasi penggantian lampu yang menghabiskan dana Rp. 653.500 untuk harga lampu nya saja. Rekomendasi yang disarankan adalah penggantian lampu jenis TL dengan lampu hemat energi yang sudah banyak di temukan di pasaran. Kata kunci – Audit Energi, Penghematan Energi, Sekolah, Intensitas Konsumsi Energi (IKE), penerangan.
PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP STAR-SHAPED PATCH PADA FREKUENSI 2,4 GHz Irfan Madani Pratama; Lunde Ardhenta; Teguh Utomo
Jurnal Mahasiswa TEUB Vol 9, No 2 (2021)
Publisher : Jurnal Mahasiswa TEUB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract—- Among printed antennas, microstrip antennas are the most popular. A microstrip antenna is constructed of a radiating patch with an electrically large ground plane separated by a dielectric material. For radiating patch, different shapes are used. The author perform a designation of different star-shaped patch amount on two different array microstrip antenna with 1×1 and 2×2 format to analyze the performance on 2,4 GHz frequency. This design and analyis will primarily focus on VSWR, return loss, and bandwidth performance. In conclusion, the addition of radiating element (patch) of the antenna lower the bandwidth performance but enchance the antenna’s VSWR and reduce its return loss.   Index Terms—Array Antenna, Microstrip Antenna, Star-shaped Patch. Abstrak—- Di antara antena cetak, antena mikrostrip adalah yang paling populer. Antena mikrostrip dibuat dari patch yang memancar dengan ground plane yang besar secara elektrik yang dipisahkan oleh bahan dielektrik. Untuk memancarkan patch, berbagai bentuk digunakan. Penulis mendesain jumlah patch berbentuk bintang yang berbeda pada dua antena mikrostrip larik yang berbeda dengan format 1×1 dan 2× 2 untuk menganalisa kinerja antena pada frekuensi 2,4 GHz. Desain dan analisis ini terutama akan fokus pada VSWR, return loss, dan kinerja bandwidth. Kesimpulannya, penambahan elemen peradiasi (patch) antena menurunkan kinerja bandwidth tetapi meningkatkan VSWR antena dan mengurangi return loss.   Kata Kunci— Antena Array, Antena Mikrostrip, Patch berbentuk Bintang.
PENGARUH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) PACITAN PADA SUBSISTEM KELISTRIKAN 150 kV KEDIRI Dikma Hartanjung; Hadi Suyono; Teguh Utomo
Jurnal Mahasiswa TEUB Vol 5, No 5 (2017)
Publisher : Jurnal Mahasiswa TEUB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dengan tingginya pertumbuhan penduduk setiap tahun, maka kebutuhan akan listrik juga bertambah. Sehingga menyebabkan pembangkit listrik yang sudah ada tidak mampu mencukupi kebutuhan tersebut. Penambahan pembangkit menjadi salah satu penyelesaian masalah untuk memenuhi kebutuhan akan listrik. Penambahan pembangkit tentunya akan memengaruhi sistem kelistrikan yang sudah ada. Untuk itu perlu dilakukan studi aliran daya dan stabilitas peralihan. Penambahan unit 2 Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Pacitan bertujuan untuk mengantisipasi kekurangan energi listrik yang terjadi pada sub-sistem 150 kV kelistrikan Kediri. Dengan penambahan unit pembangkit pada sistem yang sudah ada tentu akan mempengaruhi parameter seperti sudut rotor, tegangan, frekuensi,  dan daya. Dengan penyambungan pembangkit baru pada sistem, ketika terjadi gangguan akan berpengaruh pada cepat atau lambatnya sistem kembali ke keadaan mantap lagi. Menurut Permen ESDM No.03 tahun 2007 mensyaratkan selama keadaan darurat dan gangguan, frekuensi sistem diijinkan turun hingga 47,5 Hz atau naik hingga 52 Hz. Tegangan sistem harus dipertahankan dalam batas atas +5% dan batas bawah -10%. Pemutusan waktu gangguan  120 milidetik. Sebelum adanya interkoneksi generator 2, terlihat nilai sudut rotor, jatuh tegangan dan frekuensi pada bus 1 generator 1 ketika terjadi gangguan tiga fasa pada bus manisrejo sebesar 42,18o, 142,65 kV dan 49,23 Hz. Setelah dilakukan penambahan PLTU Pacitan unit 2 maka nilai sudut rotor, jatuh tegangan dan frekuensi pada bus 1 generator 1 ketika terjadi gangguan tiga fasa pada bus manisrejo sebesar 2.17o, 149,55 kV dan 49.89 Hz. Sedangkan untuk bus 2 generator 2 sebesar 11,69o, 148,67 kV dan 49.88 Hz. Maka kondisi sistem sebelum dan sesudah adanya penambahan unit 2 PLTU Pacitan masih stabil dan masih dalam batas toleransi yang diperbolehkan.   Kata kunci - aliran daya, stabilitas transien, tegangan, frekuensi, pembangkit ABSTRACT With the high population growth every year, the need for electricity also increases. So that the existing power plants are not able to meet these needs. The addition of the plant is one of the solutions to meet the demand for electricity. The addition of funds will certainly affect the existing electrical system. For that we need to study the power flow and transitional stability. Addition of 2nd unit steam power plant Pacitan (PLTU) aims to anticipate the lack of electrical energy that occurs in the sub-system 150 kV electricity Kediri. With additional units in existing systems will certainly affect parameters such as rotor angle, voltage, frequency, and power. With the new connection to the system, when an interruption occurs at the sooner or later the system should returns to its steady state. According to the 03:2007 ministerial regulation on Indonesian, during emergencies and disturbances, frequency system are permitted down to 47.5 Hz or up to 52 Hz. The voltage shall be maintained within the upper limit of + 5% and the lower limit of -10%. Termination timing interference ≤ 120 milliseconds. Before the interconnection of the generator 2, value of the rotor angle, voltage and frequency drops on bus 1 generator 1 that experienced three phase noise on the manisrejo bus are 42,18o, 142,65 kV and 49,23 Hz. After the addition of Pacitan power plant 2, value of rotor angle, voltage and frequency drop on bus 1 generator 1 happened on 3 phase interruption on manisrejo bus are 2,17o, 149,55 kV and 49.89 Hz. While for bus 2 generator 2 equal to 11,69o, 148,67 kV and 49.88 Hz. Then the condition of the system before and after the existence of unit 2 PLTU Pacitan is still stable and still within tolerable limits allowed. Keywords - power flow, transient stability, voltage, frequency, generator
Co-Authors Adi Nugroho Pamungkas Aditya Prayoga Agus Supriono Akhmad Hasim Aldo Harry Saputra Amanda Octavianus Rizky Andreas Parningotan S. Anggie Alvionita Anwi Kusuma Ardi Moh. Yusuf Arief Y., Primanda Arizky Erwinsyah Hariyanto Arkan Pradipta Arsy Rahmat Syahbani Aulia, Fitrah Baskara Heka Syahputra Bhawiko, Alekhin Muhammad Azhar Candra Mebby Oka Dedy Alfilianto Derry Putranugraha Dhofir, Mochammad Dikma Hartanjung Ditto Adi Permana Dwiky Satrio Wibowo Edi Setiawan Egavania Zerlinda Elisa Gumelar Dennis Erdyan Setyo W. Erlangga Dinda Permana Erlinda Indrayani Fakhruddin Ar Rozi Farid Rohmadi Farid Rohmadi Fariz Aulia Rifqi Febriananda Mulya Pratama Fery Praditama Firdausi, Mega Firly Azka Nurhidayah Friska Bakti Novella Gagah Pratama Putra Galih Fajar Wicaksono Gathot Winarso, Gathot Gede Teguh Adi Wedangga Gitawan Dimas Prakoso Haidar Ali Yafie Hamaris, Farhan Hari Santoso Harry Soekotjo Dachlan Hery Purnomo I Kadek Dwika Antara I Wayan Ari Mahendra Ifah Dea Hapsyari Ilham Ismail Mochsen ILYAS FATIH RAMADHAN Irfan Madani Pratama Jayadiyuda, I Wayan Angga Jiwandono, Ferdian Ade Kalvin Lentino Kemal Pasha Pramudianto Kresna Sukma Dewangga Laksono, Mico Norman Lavelia Permata C. Lintang Gadis Ratu Rachellya Lunde Ardhenta Luthfan Bagus Saputra M. Iqbal Bayhaqi Fauzi M. Yudistya Perdana Ma'arif, Muhammad Thoriqul Mahfudz Shidiq Mahfudz Sidiq Markus D. Letik Moch Dhofir Moch. Dhofir Moch. Dhofir Moch. Rizki Indra Dwijayanto Mochammad Fattah, Mochammad Mohammad Fahririjal Muhamad Alif Fatur Rahman Muhamad Andre Agesa Muhammad Arsyad Muhammad Azka Athallah Muhammad Edwinsyah Redho Muhammad Fadhli Dzil Ikram Muhammad Fahmy Madjid Muhammad Faris Hizrian Muhammad Halim Sa’id Muhammad Rif’at Nor Imami Muhammad Sekti Yolansyah Muhammad Wildan D. Muhammad Zakkiyul Fikri Syahara Arifianto n/a Rizaq n/a Soemarwanto n/a Soeprapto n/a Suyono Nandha Pamadya Putra Nizar Shodiq Novan Ardita Pratama Nur Laili Mufarikha Nurumar Setiyo Agung Pangeran Fatullah Panji Bintang Pamungkas Praditama, Fery Pudji Purwanti Pujo Utomo Putra Adi Dharma Utama Rachman Shandy Pratama Radian Hepta Martha Hardaka Rafi Ilham Ramdhony Tofano Murisom Revo Chanavi Mara Rexano B, Leonardo Reza Aliansyah Rif'an, Mochammad Rini Nur Hasanah Rini Nur Hasanah Rini Nur Hasanah Rini Nur Hasanah Riswandha Yusuf At Tamimi Riswandha Yusuf At Tamimi Rizal Firmansyah Rizki Adhi Priawan Rizki Ashadi Rizky Hamid Robbyansyah Rosyid, Muhammad Ruditta Devianti Sambodo Rila Priambudi Sari Yuniarti Satrio Wicaksono Sean Yudha Yahya Sinta Pratiwi Soeprapto Soeprapto Suyono, Hadi Timbul Mulia Titis Aridanti Pratiwi Try Brojoseto Alkotsar Unggul Wibawa Unggul Wibawa Unggul Wibawa Unggul Wibawa Unggul Wibawa Wahyu Nur Firdausy Warda Islamiyah Wilda Faradina Wisam Abyadha Ibrahim Wisnu Adi Suryo Yanuar Alfa Tri Susanto Yashinta Carolina Dewi Yuda Wastu Yudistira Adi Nugroho Yulistiono, Irwan Zaidane Alizzah Noufal Zakkiyul Fikri Zulfikar Subagio