Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search
Journal : JURNAL PANGAN

Proses Pengolahan Beras Pratanak Memperbaiki Kualitas dan Menurunkan Indeks Glikemik Gabah Varietas Ciherang (Parboiled Rice Processing Improve Quality and Reduce Glycemic Index of Paddy cv. Ciherang) Susilo, Nurman; Hasbullah, Rokhani; Sugiyono, Sugiyono
JURNAL PANGAN Vol 22, No 3 (2013): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (669.957 KB) | DOI: 10.33964/jp.v22i3.92

Abstract

Proses pratanak bertekanan dapat memperbaiki kualitas dan menurunkan indeks glikemik beras. Penelitian ini bertujuan, mengkaji pengaruh tekanan pengukusan terhadap kualitas fisik dan komposisi kimia beras pratanak serta sifat organoleptik nasi pratanak, menguji indeks glikemik nasi pratanak pada berbagai tekanan pengukusan. Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan tekanan pengukusan yaitu 0,8 kg/cm2 (110oC), 1,5 kg/cm2 (122oC), 2 kg/cm2 (127oC) dan 2,5 kg/cm2 (132oC) dan 4 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pratanak bertekanan dapat memperbaiki kualitas fisik beras yaitu meningkatkan 20,71 persen butir utuh, menurunkan 15,11 persen butir patah, menurunkan 0,16 persen butir menir dan meningkatkan 6,43 persen rendemen, namun belum mampu meningkatkan butir kepala. Proses pratanak bertekanan juga mampu merubah komposisi kimia seperti, meningkatkan 0,38 persen lemak, meningkatkan 0,19 persen abu, meningkatkan 4,21 persen amilosa dan meningkatkan 0,95 persen pati resisten, namun menurunkan 0,01 persen karbohidrat dan menurunkan 0,55 persen protein . Panelis menyukai sifat organoleptik aroma dan tekstur beras pratanak, namun relatif agak suka terhadap warna dan rasa. Perlakuan pratanak dengan tekanan pengukusan 2,0 kg/cm2 (127oC) mampu menurunkan indek glikemik dari 48,18 menjadi 35,52 dan tekanan pengukusan 0,8 kg/cm2 (110oC) mampu menurunkan indeks glikemik dari 48,18 menjadi 44,88.kata kunci: padi, beras pratanak, tekanan pengukusan, indeks glikemikPressure parboiling process can improve the quality and reduce glycemic index of rice. The parboiled rice would be suitable to be consumed by diabetes sufferer. The research was aimed to study the effect of steaming pressure on physical quality, chemical composition and organoleptic properties and to evaluate the glycemic index of parboiled rice at various steaming pressure. The study was conducted using a completely randomized design with 4 treatments of steaming pressure i.e. 0.8 kg/cm2 (110o C), 1.5 kg/cm2 (122o C), 2.0 kg/cm2 (127o C) and 2.5 kg/cm2 (132o C) and 4 replications. The results showed that the pressure parboiling process could improve the physical quality i.e. the increase of the whole grain 20.71 percents, reduced broken 15.11 percents, reduced small broken 0.16 percents and increased yield 6.43 percents. Pressure parboiling process was also able to change chemical compositions i.e. increased fat 0.38 percents, increased ash 0.19 percents, increased amylose 4,21 percents,increased amylase resistant starch 0.95 percents, reduced carbohydrate 0.01 percents and reduced protein 0.55 percents. Organoleptic properties of parboiled rice were relatively preferred in terms of aroma and texture, but rather less preferred in the cases of color and flavor. Pressure parboiling rice with 2.0 kg/cm2 steaming pressure (127o C) could reduce the glycemic index from 48.18 to 35.52, while the steaming pressure of 0.8 kg/cm2 (110o C) could reduce the glycemic index from 48.18 to 44.88. 
TEKNOLOGI PENGOLAHAN BERAS KE BERAS (Rice to Rice Processing Technology) Hasbullah, Rokhani; Bantacut, Tajuddin
JURNAL PANGAN Vol 16, No 1 (2007): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (935.433 KB) | DOI: 10.33964/jp.v16i1.273

Abstract

Banyakpermasalahan yangdihadapidalam proses pengolahan gabah ke beras, namun demikian berbagai teknologi terus dikembangkan untuk meminimalkan kehilangan dan meningkatkan kualitas produk beras. Seiiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya tingkat pendidikan dan pendapatanmaka polakonsumsi masyarakatberobah dan menuntut pangan (beras) yang bermutu baik. Tulisan ini membahas tentang teknologi pengolahan beras ke beras yang meliputi kebutuhan mesin, level teknologi, kapasitas dan konfigurasi mesin yang dapat dijadikan pertimbangan bagi para investor yang tertarik untuk mendirikan usaha pengolahan Beras ke Beras (BKB). Hasil yang dapat disimpulkan adalah bahwa masalah kualitas merupakan hal penting yang harus segera diperbaiki. Industri pengolahan BKB diharapkan dapat menjadi solusi dalam memperbaiki kualitas perberasan nasional sekaligus meningkatkan nilai tambah perberasan di Indonesia.
Transportasi Sungai: Upaya untuk Meningkatkan Efisiensi Pengadaan, Penyimpanan dan Distribusi Gabah/Beras Hasbullah, Rokhani; Patiwiri, Abdul Waries
JURNAL PANGAN Vol 18, No 1 (2009): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (678.921 KB) | DOI: 10.33964/jp.v18i1.196

Abstract

Sejak dahulu kala sungai merupakan sarana aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari seperti untuk mencuci, mandi, irigasi, pengangkutan dan pelayaran atau transportasi. Sebagai jalur transportasi, peran sungai-sungai di Indonesia nampaknya mulai ditinggalkan dan bergeser ke transportasi moda darat karena adanya anggapan bahwa jalur darat lebih cepat dibandingkan dengan transportasi sungai. Apalagi, pemerintah lebih memprioritaskan peningkatan sarana dan prasarana jalur darat. Akibatnya, wilayah-wilayah di jalur sungai agak tertinggal perkembangannya dan berdampak terhadap jasa sungai yang merupakan mata pencaharian hidup sebagian masyarakat di sekitar aliran sungai. Dalam menghadapi krisis energi, potensi sungai perlu mendapatkan perhatian baik sebagai transportasi sungai, sumber energi alternatif, kelestarian lingkungan maupun manfaat lainnya. Semestinya kita dapat belajar dari Thailand yang cukup piawai dalam memanfaatkan sungai, tidak hanya sebagai transportasi tetapi juga sebagai obyek wisata yang menarik.
Teknik Penanganan Pascapanen Padi untuk Menekan Susut dan Meningkatkan Rendemen Giling (Post Harvest Handling Technique to Reduce Losses and Increase the Milling Yield) Hasbullah, Rokhani; Dewi, Anggitha Ratri
JURNAL PANGAN Vol 21, No 1 (2012): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1162.627 KB) | DOI: 10.33964/jp.v21i1.90

Abstract

Solusi bijak untuk mengatasi kekurangan beras adalah dengan memaksimalkanproduksi beras dalam negeri, diantaranya dengan menekan susut pasca panen dan meningkatkan rendemen giling. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji teknik penanganan pascapanen terutama perontokan dan penggilingan padi varietas Ciherang, Hibrida, dan Cibogo. Perontokan padi dilakukan dengan tiga metode perontokan: (i) digebot; (ii) pedal thresher; dan (iii) power thresher. Penggilingan padi dilakukan menggunakan tiga konfigurasi penggilingan mesin yang berbeda: (i) dua kali pecah kulit dan dua kali sosoh (2H-2P); (ii) satu kali pengupasan kulit, satu kali pengayakan (separator), dan satu kali penyosohan (H-S-P); dan (iii) satu kali pengupasan kulit, dua kali pengayakan dan dua kali penyosohan (H-2S-2P). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah butir gabah per malai pada varietas hibrida adalah 303 butir, paling tinggi diikuti ciherang (158 butir) dan cibogo (130 butir). Namun demikian, varietas hibrida memiliki berat seribu butir paling rendah (28,6 g) dibandingkan ciherang (29,7 g) dan cibogo (30,4 g). Penggunaan power thresher mampu menekan susut perontokan dari 3,31–4,35 persen (dengan alat gebot) menjadi 0,49–1,21 persen dan menghasilkan gabah dengan persentase keretakan butiran gabah yang paling rendah. Rendemen giling padi varietas cibogo (67,81 persen) lebih tinggi dibandingkan varietas ciherang (62,61 persen) dan hibrida (60,78 persen). Konfigurasi penggilingan H-2S-2P menghasilkan susut penggilingan terendah yaitu 2,52 persen dan mampu meningkatkan derajat sosoh dan tidak mempengaruhi rendemen giling. The best solutions to overcome the shortage of national rice production is by applying good postharvest handling practices to reduce losses and increase the milling yield. This study aims to assess postharvest handling of several varieties of paddy, especially threshing and milling. Threshing of paddy is done by three methods: (i) manually or “gebot”; (ii) using pedal threshers; and (iii) using power threshers. Milling of rice is done using three milling configurations: (i) twice paddy husking and twice rice polishing (2H-2P); (ii) once paddy husking, once paddy separation and once rice polishing (HSP); and (iii) once paddy husking, twice paddy separation and twice rice polishing (H-2S-2P). The results show that the highest number of grains per paddy panicle is 303 grains for Hybrid varieties followed by Ciherang (158 grains) and Cibogo (130 grains). However, Hybrid variety has the lowest weight of thousand grains (28.6 g) compared to Ciherang (7.29 g) and Cibogo (4.30 g). The use of power thresher is able to reduce paddy losses from 3.31 to 4.35 percent (for manual threshing or gebot) to be 0.49 to 1.21. The use of power thresher also reduces the percentage of grain cracking. The milling yield of Cibogo variety is the highest (67.81 percent) compared to Ciherang variety (62.61 percent) and Hybrid variety (60.78 percent). Milling configuration of H-2S-2P is the best performance of rice milling processing; resulting the lowest milling losses (2,52 percent) and increasing the polish degree (100 percent) and does not affect the milling yield of rice (66,22 percent). 
Teknik Penanganan Pascapanen Padi untuk Menekan Susut dan Meningkatkan Rendemen Giling (Post Harvest Handling Technique to Reduce Losses and Increase the Milling Yield) Rokhani Hasbullah; Anggitha Ratri Dewi
JURNAL PANGAN Vol. 21 No. 1 (2012): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v21i1.90

Abstract

Solusi bijak untuk mengatasi kekurangan beras adalah dengan memaksimalkanproduksi beras dalam negeri, diantaranya dengan menekan susut pasca panen dan meningkatkan rendemen giling. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji teknik penanganan pascapanen terutama perontokan dan penggilingan padi varietas Ciherang, Hibrida, dan Cibogo. Perontokan padi dilakukan dengan tiga metode perontokan: (i) digebot; (ii) pedal thresher; dan (iii) power thresher. Penggilingan padi dilakukan menggunakan tiga konfigurasi penggilingan mesin yang berbeda: (i) dua kali pecah kulit dan dua kali sosoh (2H-2P); (ii) satu kali pengupasan kulit, satu kali pengayakan (separator), dan satu kali penyosohan (H-S-P); dan (iii) satu kali pengupasan kulit, dua kali pengayakan dan dua kali penyosohan (H-2S-2P). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah butir gabah per malai pada varietas hibrida adalah 303 butir, paling tinggi diikuti ciherang (158 butir) dan cibogo (130 butir). Namun demikian, varietas hibrida memiliki berat seribu butir paling rendah (28,6 g) dibandingkan ciherang (29,7 g) dan cibogo (30,4 g). Penggunaan power thresher mampu menekan susut perontokan dari 3,31–4,35 persen (dengan alat gebot) menjadi 0,49–1,21 persen dan menghasilkan gabah dengan persentase keretakan butiran gabah yang paling rendah. Rendemen giling padi varietas cibogo (67,81 persen) lebih tinggi dibandingkan varietas ciherang (62,61 persen) dan hibrida (60,78 persen). Konfigurasi penggilingan H-2S-2P menghasilkan susut penggilingan terendah yaitu 2,52 persen dan mampu meningkatkan derajat sosoh dan tidak mempengaruhi rendemen giling. The best solutions to overcome the shortage of national rice production is by applying good postharvest handling practices to reduce losses and increase the milling yield. This study aims to assess postharvest handling of several varieties of paddy, especially threshing and milling. Threshing of paddy is done by three methods: (i) manually or “gebot”; (ii) using pedal threshers; and (iii) using power threshers. Milling of rice is done using three milling configurations: (i) twice paddy husking and twice rice polishing (2H-2P); (ii) once paddy husking, once paddy separation and once rice polishing (HSP); and (iii) once paddy husking, twice paddy separation and twice rice polishing (H-2S-2P). The results show that the highest number of grains per paddy panicle is 303 grains for Hybrid varieties followed by Ciherang (158 grains) and Cibogo (130 grains). However, Hybrid variety has the lowest weight of thousand grains (28.6 g) compared to Ciherang (7.29 g) and Cibogo (4.30 g). The use of power thresher is able to reduce paddy losses from 3.31 to 4.35 percent (for manual threshing or gebot) to be 0.49 to 1.21. The use of power thresher also reduces the percentage of grain cracking. The milling yield of Cibogo variety is the highest (67.81 percent) compared to Ciherang variety (62.61 percent) and Hybrid variety (60.78 percent). Milling configuration of H-2S-2P is the best performance of rice milling processing; resulting the lowest milling losses (2,52 percent) and increasing the polish degree (100 percent) and does not affect the milling yield of rice (66,22 percent). 
Proses Pengolahan Beras Pratanak Memperbaiki Kualitas dan Menurunkan Indeks Glikemik Gabah Varietas Ciherang (Parboiled Rice Processing Improve Quality and Reduce Glycemic Index of Paddy cv. Ciherang) Nurman Susilo; Rokhani Hasbullah; Sugiyono Sugiyono
JURNAL PANGAN Vol. 22 No. 3 (2013): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v22i3.92

Abstract

Proses pratanak bertekanan dapat memperbaiki kualitas dan menurunkan indeks glikemik beras. Penelitian ini bertujuan, mengkaji pengaruh tekanan pengukusan terhadap kualitas fisik dan komposisi kimia beras pratanak serta sifat organoleptik nasi pratanak, menguji indeks glikemik nasi pratanak pada berbagai tekanan pengukusan. Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan tekanan pengukusan yaitu 0,8 kg/cm2 (110oC), 1,5 kg/cm2 (122oC), 2 kg/cm2 (127oC) dan 2,5 kg/cm2 (132oC) dan 4 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pratanak bertekanan dapat memperbaiki kualitas fisik beras yaitu meningkatkan 20,71 persen butir utuh, menurunkan 15,11 persen butir patah, menurunkan 0,16 persen butir menir dan meningkatkan 6,43 persen rendemen, namun belum mampu meningkatkan butir kepala. Proses pratanak bertekanan juga mampu merubah komposisi kimia seperti, meningkatkan 0,38 persen lemak, meningkatkan 0,19 persen abu, meningkatkan 4,21 persen amilosa dan meningkatkan 0,95 persen pati resisten, namun menurunkan 0,01 persen karbohidrat dan menurunkan 0,55 persen protein . Panelis menyukai sifat organoleptik aroma dan tekstur beras pratanak, namun relatif agak suka terhadap warna dan rasa. Perlakuan pratanak dengan tekanan pengukusan 2,0 kg/cm2 (127oC) mampu menurunkan indek glikemik dari 48,18 menjadi 35,52 dan tekanan pengukusan 0,8 kg/cm2 (110oC) mampu menurunkan indeks glikemik dari 48,18 menjadi 44,88.kata kunci: padi, beras pratanak, tekanan pengukusan, indeks glikemikPressure parboiling process can improve the quality and reduce glycemic index of rice. The parboiled rice would be suitable to be consumed by diabetes sufferer. The research was aimed to study the effect of steaming pressure on physical quality, chemical composition and organoleptic properties and to evaluate the glycemic index of parboiled rice at various steaming pressure. The study was conducted using a completely randomized design with 4 treatments of steaming pressure i.e. 0.8 kg/cm2 (110o C), 1.5 kg/cm2 (122o C), 2.0 kg/cm2 (127o C) and 2.5 kg/cm2 (132o C) and 4 replications. The results showed that the pressure parboiling process could improve the physical quality i.e. the increase of the whole grain 20.71 percents, reduced broken 15.11 percents, reduced small broken 0.16 percents and increased yield 6.43 percents. Pressure parboiling process was also able to change chemical compositions i.e. increased fat 0.38 percents, increased ash 0.19 percents, increased amylose 4,21 percents,increased amylase resistant starch 0.95 percents, reduced carbohydrate 0.01 percents and reduced protein 0.55 percents. Organoleptic properties of parboiled rice were relatively preferred in terms of aroma and texture, but rather less preferred in the cases of color and flavor. Pressure parboiling rice with 2.0 kg/cm2 steaming pressure (127o C) could reduce the glycemic index from 48.18 to 35.52, while the steaming pressure of 0.8 kg/cm2 (110o C) could reduce the glycemic index from 48.18 to 44.88. 
Transportasi Sungai: Upaya untuk Meningkatkan Efisiensi Pengadaan, Penyimpanan dan Distribusi Gabah/Beras Rokhani Hasbullah; Abdul Waries Patiwiri
JURNAL PANGAN Vol. 18 No. 1 (2009): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v18i1.196

Abstract

Sejak dahulu kala sungai merupakan sarana aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari seperti untuk mencuci, mandi, irigasi, pengangkutan dan pelayaran atau transportasi. Sebagai jalur transportasi, peran sungai-sungai di Indonesia nampaknya mulai ditinggalkan dan bergeser ke transportasi moda darat karena adanya anggapan bahwa jalur darat lebih cepat dibandingkan dengan transportasi sungai. Apalagi, pemerintah lebih memprioritaskan peningkatan sarana dan prasarana jalur darat. Akibatnya, wilayah-wilayah di jalur sungai agak tertinggal perkembangannya dan berdampak terhadap jasa sungai yang merupakan mata pencaharian hidup sebagian masyarakat di sekitar aliran sungai. Dalam menghadapi krisis energi, potensi sungai perlu mendapatkan perhatian baik sebagai transportasi sungai, sumber energi alternatif, kelestarian lingkungan maupun manfaat lainnya. Semestinya kita dapat belajar dari Thailand yang cukup piawai dalam memanfaatkan sungai, tidak hanya sebagai transportasi tetapi juga sebagai obyek wisata yang menarik.
TEKNOLOGI PENGOLAHAN BERAS KE BERAS (Rice to Rice Processing Technology) Rokhani Hasbullah; Tajuddin Bantacut
JURNAL PANGAN Vol. 16 No. 1 (2007): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v16i1.273

Abstract

Banyakpermasalahan yangdihadapidalam proses pengolahan gabah ke beras, namun demikian berbagai teknologi terus dikembangkan untuk meminimalkan kehilangan dan meningkatkan kualitas produk beras. Seiiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya tingkat pendidikan dan pendapatanmaka polakonsumsi masyarakatberobah dan menuntut pangan (beras) yang bermutu baik. Tulisan ini membahas tentang teknologi pengolahan beras ke beras yang meliputi kebutuhan mesin, level teknologi, kapasitas dan konfigurasi mesin yang dapat dijadikan pertimbangan bagi para investor yang tertarik untuk mendirikan usaha pengolahan Beras ke Beras (BKB). Hasil yang dapat disimpulkan adalah bahwa masalah kualitas merupakan hal penting yang harus segera diperbaiki. Industri pengolahan BKB diharapkan dapat menjadi solusi dalam memperbaiki kualitas perberasan nasional sekaligus meningkatkan nilai tambah perberasan di Indonesia.
Co-Authors . Setiadjit . Sukarno . Sutrisno Abdul Waries Patiwiri Achmad Fitrah Maulidin Adhitya Yudha Pradhana Agus Sutejo Ahmad Yani Ahmad Yani Ali Parjito Amzul Rifin Andi Suryadi Anggitha Ratri Dewi Arief Daryanto Arif Imam Suroso Arif Suroso Aris Purwanto Astu Unadi Budi Nurtama Budi Rahardjo Cicih Sugianti Dadang . Deasy Fitriani Desy Nofriati Desy Nofriati Deva Primadia Almada Dikky Indrawan Dondy A Setyabudi Dondy A Setyabudi DS Priyarsono Dwi Zuwarman Edi Suryanto Edy Hartulistiyoso Eka Priyana Elisa Nur Faizaty Elpodesy Marlisa Emmy Darmawati Eti Rohaeti Fahim M Taqi Fajar Sidiq Firdaus, Jonni Graita Gaiety Jatmiko Harli Prawaningrum Hasniar . Heriyanto S Soba I Wayan Astika I Wayan Budiastra Idham Sakti Harahap Iriando Wijaya Ita Zuraida Iyus Hendrawan Jeffrey Fransiscus Juniska Muria Sariningpuri Kaltika Setya Utami Sumariana Khoirul Mukhtarom Leopold Oscar Nelwan Lidya Susanti Lilik Pujantoro Eko Nugroho Machfud Machfud Maya Wulan Arini Memen Surahman Mohamad Rahmad Suhartanto Muhammad Yusuf Antu MUHAMMAD YUSUF ANTU nFN Setyadjit nFN Sukarno Nunung Nuryartono Nurhayati Nurhayati Nurman Susilo Nurul Imamah Okky Setyawati Dharmaputra Parlaungan Adil Rangkuti Patiwiri, Abdul Waries Pramita Riskia D. P Prori Vitaliano Latief Purwiyatno Hariyadi Raden Dikky Indrawan Indrawan Renny Anggraini Ridwan Rachmat Rimba Lestari Rio Viryawan Riska Indaryani Rizal Syarief Rizal Syarief RIZAL SYARIEF Rofika Rochmawati Ruri Wijayanti Sahara Sahara Selvi Marcellia Setiadjit Setiadjit Slamet Budijanto Sugiyono Sugiyono Sugiyono Sugiyono Sukarno Sukarno Sulusi Prabawati Suparlan . Suroso . Susi Lesmayati Susilo, Nurman Sutrisno , Sutrisno - Sutrisno Mardjan Sutrisno Sutrisno Sutrisno Sutrisno Tajuddin Bantacut Tri Yulni Usman Ahmad Warji Warji