Claim Missing Document
Check
Articles

INTRODUKSI HIGH POWER LED PADA PERIKANAN BAGAN TANCAP Septian Eka Satriawan; Gondo Puspito; Roza Yusfiandayani
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 8 No 1 (2017): MEI 2017
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5898.92 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.8.49-58

Abstract

Penggunaan lampu TL (tubular lamp) sebagai alat bantu untuk mengumpulkan ikan pada bagan tancap memiliki kekurangan yaitu pancaran cahaya yang terlalu menyebar dan mahalnya harga bahan bakar. Penggunaan lampu HPL (high power led) sebagai lampu hemat energi diharapkan mampu mensubtitusi lampu TL untuk mengatasi masalah tersebut. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan penggunaan lampu HPL pada bagan tancap mampu menghasilkan komposisi jenis dan berat hasil tangkapan lebih tinggi dibandingkan dengan lampu TL. Pengujian menggunakan dua bagan tancap, masing-masing menggunakan lampu HPL dengan tudung bereflektor kertas perak dan lampu TL dengan tudung seng. Hasilnya menunjukan bahwa lampu HPL 90o menghasilkan area sebaran cahaya sebesar 120o sedangkan lampu TL mencapai 300o Odengan nilai iluminasi tertinggi masing-masing 1.358 lux (180o) dan 299 lux (50o). Komposisi jenis dan berat hasil tangkapan bagan tancap dengan menggunakan lampu HPL menghasilkan 14 jenis organisme dengan berat total 97.363 g (78.39%), lebih tinggi dibandingkan dengan lampu TL yang menghasilkan 9 jenis organisme dengan berat 26.829 g (21.61%).
HASIL TANGKAPAN IKAN MADIDIHANG DARI ASPEK TEKNIS DAN BIOLOGI MENGGUNAKAN ARMADA PANCING TONDA DI PERAIRAN PALABUHANRATU Muhammad Ihsan; Roza Yusfiandayani; Mulyono S. Baskoro; Wazir Mawardi
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 8 No 1 (2017): MEI 2017
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3738.436 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.8.115-123

Abstract

Pembangunan perikanan di daerah terdiri dari berbagai aspek, salah satunya adalah aspek teknis dan aspek biologis. Aspek biologis memiliki peranan penting untuk pengembangan perikanan di suatu daerah. Aspek teknis digunakan untuk melihat bagaimana cara madidihang tertangkap dan aspek biologis digunakan dalam penelitian ini berguna untuk mengetahui perkembangan penangkapan pada objek ikan yang tertangkap dalam hal ini adalah madidihang yang mendarat di PPN Palabuhanratu. Sampel madidihang diambil pada Agustus 2015 sampai Desember 2015 dari seorang nelayan di PPN Palabuhanratu. Dalam pengoperasian armada pancing tonda, digunakan 4 alat jenis alat tangkap yaitu taber, tomba, pancing ulur, dan layang-layang yang mempunyai fungsi dan jenis hasil tangkapan yang berbeda. Pengukuran total panjang total berat dan analisis korelasi panjang-berat. Data yang telah dihitung antara korelasi dari jumlah panjang dan jumlah-berat madidihang yang issometric dengan b nilai 3.304. Panjang tuna madidihang yang didaratkan secara keseluruhan berkisar antara 39–68cm FL. Distribusi frekuensi panjang tuna madidihang selama lima bulan didominasi oleh ukuran < 100 cm FL. Berdasarkan pengamatan armada pancing tonda, tiap alat tangkap yang digunakan mempunyai cara yang berbeda-beda dalam operasi penangkapannya dengan hasil tangkapan yang berbeda. Berdasarkan analisis korelasi panjang-berat, madidihang memiliki hasil isometrik yang dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan madidihang berkembang dengan baik. Hasil tangkapan bedasarkan analisis selang kelas panjang madidihang menunjukan 55% hasil tangkapan berada pada ukuran jouvenile.
PRODUKTIVITAS RUMPON PORTABLE MENGGUNAKAN PANCING ULUR DI PERAIRAN JEPARA Roza Yusfiandayani; Desi Rezki Amelia; Mochammad Riyanto
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 8 No 2 (2017): NOVEMBER 2017
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (550.947 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.8.179-186

Abstract

The portable Fish Aggregating Devices (FADs) is an auxiliary fishing gear that can be operated on a multiple-time basis, as a fish-collecting device with an attractor. The purposes of the study are to determine the catch composition, length and weight frequency of the catch around portable FADs, determine the catch productivity of handlinearound FADs at the day and night time. The catch composition were consist of: kawakawa (Euthynnus affinis), short mackerel (Rastrelliger branchysoma), swordfish (Xiphias gladius), great barracuda (Sphyraena barracuda), and redbelly yellowtail fusilier (Caesio cuning). Total catch by handline was 160 individual. The length and weight relationship for dominant fish species was b<3 for Euthynnus affinis and Rastrelliger branchysoma (allometric negative) while b>3 for Xiphias gladius (allometric positive). The Mann Whitney U test shows that there was not significant different catch between day and night time operating hours.
SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KEDALAMAN TERTANGKAPNYA TUNA OLEH KAPAL PANCING ULUR YANG DILENGKAPI LAMPU Rama Agus Mulyadi; Muhammad Fedi Alfiadi Sondita; Roza Yusfiandayani
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 8 No 2 (2017): NOVEMBER 2017
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (712.449 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.8.199-207

Abstract

The movements and abundance of tuna are strongly influenced by the temperature and water depth. Bungus-based fishermen catch bigeye tuna (BET, Thunnus obesus) and yellowfin tuna (YFT, Thunnus albacares) using handlines operated on light-equipped fishing boats. Purpose of the research : (1) to measure the sea surface temperature (SST) and swimming layer bigeye tuna (BET) and yellowfin tuna (YFT) around Mentawai Island, (2) to identification the effect of light on the vertical distribution, and (3) to determine length of hookline the best catch tuna. Based on the length of the line and configuration of line, weight, hooks and live-squid baits, their hooks were at 45, 53, 60, and 68 meters below sea surface. A total of 8 YFT were caught at 45, 53 and 60 m depths; their total weight was 354 kg. One BET of 45 kg was caught at 60 m depth. This study confirmes that these large-sized tunas were caught at a swimming layer of 15-60 m depth. The sea surface temperature (SST) in the fishing ground around Mentawai Island was 28.9 oC in average where fishermen successfuly caught a total of 15 tunas consisting of 3 BETs and 12 YFT. Adult tuna were caught mostly at 23-60 m depth while the juveniles were caught at 15-45 m. This research indicated an effect of light on increasing the position of adult tuna swimming layer. Handline with line of 53 m is the best gear for catching adult tuna in the area.
PRODUKTIVITAS ALAT TANGKAP PANCING ULUR (HAND LINE) PADA RUMPON PORTABLE DI PERAIRAN ACEH UTARA Imam Shadiqin; Roza Yusfiandayani; Mohammad Imron
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 9 No 2 (2018): NOVEMBER 2018
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2231.104 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.9.105-113

Abstract

The rumpon portable is a fishing auxiliary device that functions to collect fish with 11,000-15,000 Hz frequencey by using sound on the atractors of portable FADs that be able to collect small pelagic fish around portable FADs. The small pelagic fish have habit to configurate a schooling group in their lives for migrating, feeding, and spawning. The hand line is one of fishing gear used by small-scale fisherman to catch small pelagic fish. Therefore, it is important to know about productivity of handline on the portable FADs. This study used production data of handline with 15 fishing trips in August-September 2018 located in the waters of North Aceh. The result showed that 8 types,that is selar tetengkek (Megalaspis cordyla), pompano (Caranx ignobilis), grauper (Epinephelus fuscoguttatus), selar (Selaroides leptolepis), squid (Loligo indica), turmeric (Upeneus moluccensis), barred (Scomberomorini), and mackerel (Rastrelliger) with a total weight of 24,25 kg was caught around portable FADs using handline. The average productivity of handline on the portable FADs was 1,61 kg/trip. The catch composition showed that the dominant catch was squid.
ADAPTASI RETINA IKAN SELAR (SELAROIDES LEPTOLEPSIS) TERHADAP INTENSITAS CAHAYA LAMPU Nur Lina M Nabiu; Mulyono S Baskoro; Zulkarnain Zulkarnain; Roza Yusfiandayani
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 9 No 1 (2018): MEI 2018
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1327.014 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.9.97-102

Abstract

Potensi ikan selar merupakan salah satu potensi ikan pelagis yang cukup besar di Indonesia. Nelayan banyak menangkap ikan selar melalui light fishing yang hingga saat ini masih terus dikembangkan teknologinya. Penggunaan cahaya tidak dapat terlepas dari sifat fototaksis positif yang dimiliki ikan. Peranan retina pada mata ikan menjadi penting dalam melihat kemampuan adaptasi ikan, sehingga diperlukan penelitian yang lebih banyak mengenai adaptasi retina ikan pada ikan hasil tangkapan light fishing guna menunjang pengembangan teknologi penangkapan. Penelitian ikan selar ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perikanan, IPB untuk pengamatan retina ikan melalui metode histologi sehingga dapat dilihat rasio penjuluran sel kon mata ikan pada setiap intensitas cahaya, yaitu 10 lux, 20 lux, 35 lux dan 50 lux dengan dua warna cahaya, yaitu putih dan biru. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pergerakan sel kon tetap terjadi seiring dengan peningkatan intensitas cahaya yang dipaparkan. Akan tetapi peningkatan pergerakan sel kon menuju membran pembatas luar untuk tiap warna cahaya berbeda. Pengaruh warna cahaya pada intensitas yang berbeda didapatkan bahwa ikan selar ini sensitif terhadap warna cahaya putih dan biru pada hampir semua intensitas yang diujicoba dengan kisaran penjuluran antara 79%-90%. Ikan selar lebih cepat bereaksi pada cahaya dengan iluminasi rendah karena penjuluran ikan lebih maksimal terjadi pada pemaparan 10 lux hingga 35 lux. Hal ini dapat disebabkan oleh tempat hidup ikan selar yang tergolong pelagik sehingga ikan selar tidak memerlukan iluminasi dan cahaya dengan panjang gelombang yang tinggi.
SEBARAN DAERAH TANGKAP IKAN TONGKOL (Euthynnus sp.) DI PERAIRAN SELATAN JAWA Ibrahim Kholilullah; Roza Yusfiandayani; Alan F Koropitan
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 9 No 2 (2018): NOVEMBER 2018
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2421.491 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.9.123-136

Abstract

Tingginya pemanfaatan masyarakat terhadap ikan tongkol kontradiksi dengan mayoritas armada kapal yang dimiliki nelayan di Selatan Jawa berupa gill net dan long line yang spesifikasi untuk menangkap tuna dan pelagis besar lainya. Peta daerah penangkapan ikan tongkol sangat dibutuhkan oleh nelayan, terutama ketika musim paceklik ikan berlangsung menjadi tulang punggung hasil tangkap nelayan. Raw data penangkapan diperoleh dari logbook penangkapan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap (PPS Cilacap) sepanjang tahun 2017. Penelitian ini bertujuan (1) menganalisis sebaran daerah penangkapan ikan tongkol (Euthynnus sp.) untuk alat tangkap gill net dan long line di perairan selatan Jawa dan (2) menganalisis sebaran menegak lapisan rata-rata bulanan suhu dan salinitas perairan yang optimum untuk ikan tongkol. Hasil penelitian ini menunjukkan sebaran daerah penangkapan ikan tongkol (Euthynnus sp.) untuk alat tangkap gill net adalah 105,56⁰-110,78⁰ BT dan 7,48⁰-11,57⁰ LS serta untuk alat tangkap long line adalah 106,69⁰-109,46⁰ BT dan 7,84⁰-9,37⁰ LS. Sebaran daerah penangkapan ikan tongkol menggunakan gill net tertinggi pada bulan Agustus dengan perolehan hasil tangkap 76.634 kg, sedangkan menggunakan long line pada bulan Juli dengan perolehan hasil tangkap 18.741 kg. Sebaran menegak lapisan rata-rata bulanan suhu perairan untuk ikan tongkol optimum pada bulan Juli, Agustus, September untuk gill net dan bulan Juli serta November untuk long line yaitu 26-27⁰ C. Sebaran menegak rata-rata bulanan salinitas perairan untuk ikan tongkol juga optimum bulan Juli, Agustus, September untuk gill net dan long line sepanjang tahun kecuali bulan Januari merupakan kisaran optimum yaitu berkisar 34,0-43,3 %o.
PENENTUAN FISHING GROUND DAN ALAT TANGKAP UNGGULAN IKAN PELAGIS DI KOTA BENGKULU Zerli Selvika; Mustaruddin Mustaruddin; Roza Yusfiandayani
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 9 No 2 (2018): NOVEMBER 2018
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2000.998 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.9.137-147

Abstract

The fisherman of Bengkulu city to hunt the fishing ground for pelagic was still conventionally. Pelagic fish was catched by many types of fishing gear. For optimalizing sustainable pelagic fisheries was required the information about fishing ground distribution and selecting superior fishing gear for pelagic fish. The purpose of this study was to find out the fishing ground distribution and selecting superior fishing gear for pelagic fish. The method was used to find out the fishing ground distribution by mapping and selecting superior fishing ground by scoring the result showed that the fishing ground of pelagic was around Tikus island, Mega island, and Enggano island. Based on the standardization result of technic, biology, social, and economic aspect showed that selected fishing gear as superior fishing gears for pelagic were purse seine, boat lift net, and troll line. The selected fishing gear for pelagic fish was superior fishing gear of all alternative fishing gear for pelagic fish.
POLA PERGERAKAN BLUE SWIMMING CRAB (Portunus pelagicus) TERHADAP CAHAYA Intan Roihatul jannah Hasly; Wazir Mawardi; Roza Yusfiandayani
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 10 No 1 (2019): MEI 2019
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2630.392 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.10.1-14

Abstract

Lamp technology as a tool for fishing has long been used by Indonesian fishermen and grow not only for pelagic but also for demersal species such as crustaceans. Rajungan is one of the important crustaceans that have high economic value. Fishermen catch the crab using a trap or bottom gillnet. The two fishing devices are operated passively so that they need a tool to attract the crab. In this study tried to develop lamp technology as a lure of crabs. Responses are an important part of knowing crab behavior. The research was conducted in an experimental laboratory, where environmental conditions were controlled by researchers. The study aimed to analyze the patterns and response rates of crab to different light, including purple, blue, green, orange, red and white. A comparative descriptive analysis is used to determine the differences in patterns formed. The test results showed that the pattern of the crab against different light divided into directly and indirectly. Rajungan was approaching to light direclty for 0,072 m/s and indirectly for 0,036 m/s. The fastest crab rate in blue at 0.081 m/s dan the latest crabs arrive the red light at 0,026 m/s. The rate and pattern of the crab closer to white and blue light are shorter and has a short trajectory that can be suggested as a tool to used bottom gillnet, while the red and orange colors that have a slower rate of crab can be used as a trap.
EVALUASI STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI) SUB GOLONGAN PENANGKAPAN IKAN DI LAUT Fahmi Shidiq; Tri Wiji Nurani; Roza Yusfiandayani
Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol 10 No 1 (2019): MEI 2019
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2161.277 KB) | DOI: 10.24319/jtpk.10.39-48

Abstract

SKKNI bidang perikanan tangkap golongan penangkapan ikan di laut sudah diterapkan sejak 2013, meskipun masih banyak kekurangannya. Beberapa kekurangan dari SKKNI diantaranya ketidaksesuaian standar dengan kondisi yang sebenarnya dan ada sejumlah kompetensi yang belum terakomodir dalam standar tersebut (Nurani et al. 2017). Permasalahan ini harus dicari solusinya, maka perlu dilakukan kajian untuk mengevaluasi proses pengembangan dan pembentukan standar ini. Penelitian telah dilakukan pada Mei-Juli 2018 melalui studi literatur, wawancara, serta analisis. Analisis mnggunakan pendekatan kualitatif (deskriptif) dan kuantitatif (skoring). Hasilnya menunjukkan bahwa pengembangan dan pembentukan SKKNI golongan penangkapan ikan di laut sudah sesuai aturan. Beberapa hal yang harus ditingkatkan/diperbaiki adalah meliputi (1) aseptebel serta kesesuaian dengan kondisi sesungguhnya, (2) terukur dan bahasa jelas, (3) tidak adanya Rancangan Induk Pengembangan (RIP) SKKNI, (4) komposisi praktisi pada tim perumus, dan (5) kepemilikan lisensi sertifikasi untuk seluruh tim verifikasi. Peningkatan kualitas SKKNI golongan perikanan laut kedepan ada 2 prioritas yaitu penyusunan RIP dan peningkatan keterlibatan pihak praktisi.
Co-Authors Alan Frendy Koropitan Alfi Sahri R. Baruadi Ali Muqsit Am Azbas Taurusman Am Azbaz Taurusman Ari Purbayanto Arif Baswantara Asadatun Abdullah Asep Ma&#039;mun Bambang - Riyanto Bambang Murdiyanto Bambang Murdiyanto Benny Jeujanan Budy Wiryawan Dandi Rahmad Putra Daniel Monintja Danu Sudrajat Desi Rezki Amelia Diniah Diniah Domu Simbolon Edy Miswar Eko Sri Wiyono Endratno Endratno Erfind Nurdin Erfind Nurdin Erfind Nurdin Erlangga Erlangga Erna Almohdar Erwin Tanjaya Esther Afania Ataupah Fahmi Shidiq Febrina Berlianti Febrina Berlianti Fitriyana, Mas Fariz Ganang Dwi Prasetyo Gondo Puspito Hafinuddin Hafinuddin Hanifah Husein Hizbullah Heriyanto Syafutra Ibrahim Kholilullah Ibrahim Kholilullah Imam Shadiqin Imamshadiqin Imamshadiqin Imanullah Imanullah Indra Ambalika Syari Indra Jaya Indra Jaya Indra Jaya Intan Roihatul Jannah Hasly Intan Roihatul jannah Hasly Irwan Limbong Ismiati, Izza Mahdiana Apriliani Jaliadi - John Haluan Luh Putu Ratna Sundari M Fedi Sondita M. Fedi A. Sondita M. Fedi A. Sondita M. Fedi A. Sondita M. Fedi A. Sondita M. Fedi A. Sondita M.P. Sobari Mahiswara Mahiswara Mala Nurilmala Mario Limbong Mas Fariz Fitriyana Misbah Sururi Mochammad Riyanto Mohamad Rafi Mohammad Imron Muhamad Fedi Alfandi Sondita Muhamad Fedi Alfiadi Sondita Muhamad Fedi Alfiadi Sondita Muhamad RE Prayitno Muhammad Agam Thahir Muhammad Agam Thahir Muhammad Fedi Alfiadi Sondita Muhammad Ihsan Muhammad Irsyad Tawaqal Muhammad Sulaiman Mulyono Baskoro Mulyono Baskoro Mulyono S. Baskoro Mulyono S. Baskoro Mulyono Sumitro Baskoro Mustaruddin . Novia Nanda Saputri Nur Lina M Nabiu Nur Lina Maratana Nabiu Nurjanah Nurjanah Nurjanah Prihatin Ika Wahyuningrum Rachmad Caesario Rama Agus Mulyadi Ridwan Sala Rizsa Mustika Pertiwi Ronny I. Wahju Rosalinda, Salmarika Salmarika Septian Eka Satriawan Sulaeman Martasuganda Supriono Ahmad Sutia Yuningsih Tanjov, Yulia Estmirar Tety Mulyati Arofi Tri Wiji Nurani Vemilia Vicentius Marco Matutina Wahida Kartika Sari Wazir Mawardi Weni Damayanti Win Kartini Yudho Andika Zerli Selvika Zulkarnain Zulkarnain Zulkarnain ZULKARNAIN ZULKARNAIN