Claim Missing Document
Check
Articles

PELARUT TERBAIK DALAM PEMBUATAN PEKTIN DARI LIMBAH ALBEDO DURIAN (Durio Zibethinus Murray) DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAE ( Microwave Assisted Extraction) Dewi Susanti; Khornia Dwi Lestari Lailatul Firdaus; Azzahra Aulia Hanifa; Februana Hutavia Purba Caraka; Indah Hartati
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2015): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 6 2015
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pektin merupakan suatu senyawa polisakarida, fungsinya merupakan elemen structural pada pertumbuhan jaringan dan komponen utama dari lamella tengah dan berperan sebagai perekat yang bersifat membentuk gel. Pektin banyak terdapat dalam buah-buahan. Salah satunya pada albedo (kulit) durian. Albedo durian yang merupakan sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi ini diakui memiliki kandungan pektin yang cukup tinggi yaitu 2,56%. Penelitian ini bertujuan menentukan pelarut asam terbaik untuk ekstraksi pektin limbah kulit durian. Metode penelitian ini menggunakan gelombang mikro dengan meggunakan jenis pelarut antara lain HCl, C6H8O7, H2SO4, dan CH3COOH dengan normalitas 1N dan 2N , rasio simplisia: aquadest yaitu 1:10, serta daya 10%. Dari hasil penilitian didapatkan pelarut asam yang tepat yaitu H2SO4 2N dengan pektin sebesar 7,07gram. Kata kunci: albedo durian, MAE, pektin
BIODEGUMMING RAMI MENGGUNAKAN ENZIM AMOBIL DARI CAIRAN RUMEN SAPI Nur Aniq; Hamid Aqil; Ismi Yatun; Indah Hartati
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2014): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 5 2014
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Serat rami adalah serat yang didapat dari tanaman rami. Proses pengolahan rami terdiri atas beberapa tahap, salah satunya adalah proses degumming. Proses degumming merupakan proses penghilangan gum pada helaian serat rami kasar. Proses degumming umumnya dilakukan menggunakan bahan kimia. Proses degumming kimiawi memiliki beberapa kelemahan, diantaranya menghasilkan limbah yang tidak ramah lingkungan. Guna mengatasi kelemahan degumming kimiawi, maka salah satu alternatif proses yang digunakan adalah proses degumming secara enzimatis (biodegumming). Dalam penelitian ini dilakukan isolasi enzim pektinase dan protease dari cairan rumen sapi dilanjutkan dengan proses imobilisasinya serta aplikasinya pada proses degumming rami. Tujuan penelitian ini adalah menentukan variabel paling berpengaruh, mengkaji pengaruh variabel proses yang meliputi, waktu inkubasi, rasio enzim substrat dan temperature, serta menentukan kondisi optimum proses. Degumming enzimatik dilakukan dengan merendam dan menginkubasi 10 gram serat rami kasar pada suhu 400C atau 700C selama 4 atau 8 jam sesuai dengan variabel (sesuaikan pH 9 dengan larutan bufer). Ukuran plot 1:10 (perbandingan antara bahan yang akan didegum dengan bahan pendegum). Setelah masa inkubasi selesai serat dicuci sampai bersih dan dikeringkan kemudian di timbang. Variabel proses yang sangat berpengaruh adalah suhu dimana efek variabelnya sebesar 0,8. Kondisi operasi proses degumming enzimatis yang optimum adalah suhu 700C dengan waktu 8 jam dan rasio enzim-subtrat 1:10 dimana persentase gum yang hilang adalah sebesar 8,7%. Kata kunci : amobilisasi, degumming, enzimatis, rami, rumen
ENZYMATIC EXTRACTION OF LOW METHOXYL PECTIN AS A POTENTIAL ANTI CANCER AGENT FROM GREEN CINCAU (Premna Oblongifolia Merr.) Indah Hartati; Laeli Kurniasari
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2011): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2 2011
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract Pectin is used in a number of foods as gelling agent, thickener, texturizer, emulsifier and stabilizer. It is also used in pharmaceutical, dental and cosmetic industries for its jellifying properties. Commercial pectin is divided into high and low methoxy pectin. Low methoxyl pectin (LMP) is reported posses anti cancer activity. One of our local resources, green cincau (Premna oblongifolia Merr.) is one of source of LMP. Due to its wide spectrum of functional properties and its potency as anti cancer compound, hence it is urge to develop a production process of LMP from green cincau. The current technology of pectin extraction is acidic hydrolysis. It has at leat two demerits: it does not allows pectin to be extracted fully with no damage to its structure and it does not meet the environmental safety. An enzyme-hydrolytic technology seems environmentally safe and more effective in terms of pectin yield. But nowadays the main demerits of the enzymatic extraction is the high price of commercial enzyme. In order to overcome all the demerits of pectin extraction, it is proposed to enzymatically extract the pectin of green cincau by using enzyme isolated from the local resources such as cellulase which can be isolated from hepatopancrease of snail and protease isolated from Calotropis gigantea. Key Words: enzyme, extraction, low methoxyl pectin, anti cancer, green cincau
PENGEMBANGAN BIOEKSTRAKTOR INAKTIVASI ENZIM GAULTHERASE UNTUK PRODUKSI GAULTHERIN DARI GANDAPURA (GAULTHERIA FRAGANTISSIMA) Mohammad Endy Yulianto; Indah Hartati; Endah Lestari; Tandang Patria Tama; Devita Hardianti
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2010): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 1 2010
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gandapura terkenal sebagai penghasil minyak atsiri. Komponen Gandapura yang bernilai ekonomis tinggi adalah salisilatnya. Sebagian besar dari salisilat total bersifat aktif dan biasa disebut gaultherin. Gaultherin merupakan konjugasi dari metil salisilat dan disakarida. Gaultherin memiliki banyak kegunaan di bidang farmasi yaitu dapat mencegah kanker, inflammatory, cardiopulmonary dan sebagai natural aspirin yang baik.Akan tetapi untuk memproduksi gaultherin dari gandapura tidaklah mudah. Produksi gaultherin dapat dilakukan dengan proses ekstraksi. Namun, selama proses ekstraksi jaringan tanaman gandapura akan rusak dan menyebabakan reaksi hidrolisa yang dikatalisis oleh enzim gaultherase yang terdapat pada tanaman itu sendiri. Reaksi ini akan menyebabakan komponen dari gaultherin yaitu metil salisilat terlepas. Cara untuk mengekstrak gaultherin pada kondisi yang relatif baik adalah  dengan  menggunakan pelarut alcohol (alcoholic solvent extraction). Oleh karenanya,  pada penelitian ini digunakan alat bioekstraktor. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi etanol terhadap produksi gaultherin dari gandapura dengan proses inaktivasi enzim gaultherase melalui ekstraksi dengan pelarut alkohol. Variabel tetap yang digunakan meliputi: rasio pelarut-umpan, pH, kecepatan putar pengaduk, kecepatan putar pisau pencacah, waktu ekstraksi  dan suhu peengering. Sedangkan variable berubah yang digunakan adalah jenis drying agent berupa kalsium klorida dan konsentrasi etanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perolehan gaultherin untuk kondisi yang relatif baik tercapai pada konsentrasi etanol sebesar 90%. Kata kunci: Gaultherin, Gaulterase, Alkohol, Bioekstraktor
PENGARUH PROSES PENGGARAMAN TRADISIONAL TERHADAP RASIO KEKERASAN DAN KEMASIRAN TELUR ASIN Azzahra Aulia Hanifah; Hardiyanti Amalia; Mira Nurhayani; Indah Hartati; Bella Paramaeshela
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2017): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 8 2017
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (176.649 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh konsentrasi garam terhadap rasio kekerasan dan kemasiran kuning telur pada proses pembuatan telur asin. Proses pengasinan dilakukan dengan variasi kadar garam yakni 20%, 40%, dan 60%. Pengasinan dilakukan selama 10-17 hari. Sampel hasil pengasinan dianalisa rasio kekerasan dan kemasiran. Hasil penelitian menunjukkan rasio kekerasan berkisar dari 81%-95% sedangkan persentase kemasiran berkisar dari 51%-90% sampai akhir proses pengasinan. Rasio kekerasan untuk ketiga konsentrasi garam meningkat dengan signifikan. Persentase kemasiran pada telur yang diasinkan dengan konsentrasi garam 60% muncul lebih cepat dibanding konsentrasi 40% dan 20%.Kata kunci: kemasiran, rasio kekerasan, telur asin
POTENTIAL PRODUCTION OF FOOD COLORANT FROM COFFEE PULP Indah Hartati*); Indah Riwayati,; Laeli Kurniasari
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2012): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 3 2012
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Coffee pulp is the waste produced during the pulping operation of the coffee berries. Coffee pulp is reported as a good candidate of material for food colorant production. The food pigment found in coffee pulp is anthocyanin. The anthocyanin content in coffee pulp is reported up to 25 mg of monomeric anthocyanins/100 g of fresh pulp on a dry weight basis. As the fourth largest coffee producer in the world, Indonesia has the potency to produce food colorant from coffee pulp. There are several methods that can be applied in the separation of anthocyanins from coffee pulp. The methods are include solvent extraction, microwave assisted extraction, ultrasound assisted extraction, supercritical fluid extraction and enzymatics extraction. Further researchs are needed in order to find the suitable method for anthocyanins production from coffee pulp.Keywords: coffee pulp, food colorant, anthocyanin
OPTIMASI EKSTRAKSI DAUN SURIAN (Toonana Sureni Merr) SEBAGAI BIOINSEKTISIDA DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAE (Microwave Assisted Extraction) Safa’ah Nurfa’izin; Titis Puspitasari; Sury Widiyanti; Indah Hartati
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2015): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 6 2015
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia merupakan Negara agraris yang didunkung dengan kondisi alama yang subur. Upaya petani dalam meningkatkan hasil penen adalah dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia secara berlebih untuk menyuburkan dan mengatasi hama tanaman. Akibatnya berdampak negative pada manusia dan lingkungan. Untuk menguranginya dapat menggunakan Bio-insektisida yang merupakan obat pengendali hama atau penyakit dengan bahan dasar tanaman/tumbuhan yang memiliki bahan aktif sebagai pertahanan alami. Tanaman yang berpotensi sebagai bahan baku bio-insektisida adalah tanaman surian (Toona sureni merr). Kandungan ekstrak senyawa triterpenoid tersebut berfungsi untuk Refelen, Antifidan,  Mencegah serangga, Racun syaraf, Attraktan. Guna menghindari terjadinya degradasi termal senyawa aktif dari daun surian, maka alternative metode ekstraksi adalah melalui ekstraksi berbantu gelombang mikro. Ekstraksi dilakukan untuk mengkaji pengaruh variable proses dan menentukan kondisi optimum proses ekstraksi gelombang mikro. Penelitian dilakukan dengan 4 variabel bebas yaitu daya 10, 30, 50, 70, 100 watt, rasio 1:6, 1:8, 1:10, 1:12, 1:14, waktu 1, 2, 3, 4 menit, konsentrasi pelarut 46%, 56%, 66%, 76%, 86%, 96% ethanol. Hasil optimum percobaan pada daya 100 watt, rasio 1:12, waktu 3 menit, konsentrasi 56% dengan hasil 7,01 gram ekstrak daun surian. Kata Kunci: Ekstraksi, Daun surian, Variabel, Optimasi
FORTIFIKASI TEPUNG TERIGU OLEH TEPUNG CANGKANG RAJUNGAN (Portunus pelagicus) PADA PEMBUATAN MIE BASAH Sufrotun Khasanah; Indah Hartati
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2014): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 5 2014
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mie basah merupakan salah satu produk olahan terigu yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Dewasa ini, produsen mie basah seringkali menggunakan boraks dan formalin sebagai bahan pengawet mie. Proses pembuatan mie basah sering kali menggunakan boraks atau formalin untuk mengawetkannya. Menimbang bahwa formalin dan boraks tergolong dalam pengawet yang tidak diijinkan untuk digunakan sebagai pengawet produk pangan, maka perlu dicari alternatif pengawet mie basah yang aman dikonsumsi. Dalam penelitian ini tepung cangkang rajungan digunakan sebagai pengawet mie basah karenakandungan kitosannya. Tepung cangkang rajungan  juga berfungsi meningkatkan protein pada mie basah. Tujuan penelitian ini adalah menentukan konsentrasi optimum penggunaan tepung rajungan dalam mie basah,. Uji yang dilakukan meliputi uji orgnoleptik dan proksimat. Berdasarkan penilaian panelis fortifikasi tepung terigu oleh tepung cangkang rajungan ini dapat diterima pada  panelis dengan perbandingan (90:10)% karena  warna, rasa, aroma, dan tekstur dapat menarik konsumen. Sedangkan kandungan proximat pada perbandingan tersebut adalah kadar air  0.51%, kadar abu 0.44%, protein 6.60%, lemak 2.7%, dan karbohidrat 89.75%. Kata kunci : cangkang rajungan, fortifikasi, mie
Eco Friendly-Microwave Assisted Extraction of Cellulose from Sugarcane Bagasse Indah Hartati; Ismiyatul Kholisoh; Suwardiyono Suwardiyono; Laeli Kurniasari; Indah Riwayati
Proceeding Of The International Seminar and Conference on Global Issues 2016: The 2nd Annual International Seminar and Conference on Global Issues 2016 (ISCoGI 2016)
Publisher : Proceeding Of The International Seminar and Conference on Global Issues

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cellulose is widely present in various forms of biomasses. Cellulose and its derivatives have many advantages and have been used for years in a wide variety of applications. Obtaining pure cellulose from lignocellulosic materials is essential due to its potential advantages and applications. Sugarcane bagasse is one of very promising raw materials for cellulose production due to its high cellulose content. The objective of this research was to investigate the microwave assisted extraction of cellulose from sugarcane bagasse by using an eco-friendly solvent, i.e. acetic acid. The microwave assisted extraction of sugarcane bagasse cellulose were conducted in varied extraction time (30-70 minutes) and solid liquid ratio of 1:12-1:20, while the acetic acid concentration was fixed at 5% and the power level of the microwave was set at 39.9 W. The product was analyzed for its alpha, beta and gamma cellulose content. The research showed that 67.56% was the highest alpha cellulose content of the sugarcane bagasse pulp obtained from the eco- friendly microwave assisted extraction conducted at 60 minutes of extraction, solid liquid ratio of 1:12, acetic acid concentration of 5% and microwave power level of 39.9 W. Keywords: sugarcane bagasse, extraction, cellulose
PEMANFAATAN ECENG GONDOK (EICHORNIA CRASSIPES) UNTUK MENURUNKAN KANDUNGAN COD(CHEMICAL OXYGEN DEMOND), pH, BAU, DAN WARNA PADA LIMBAH CAIR TAHU Rita Dwi Ratnani; Indah Hartati; Laeli Kurniasari
Laporan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat LAPORAN PENELITIAN
Publisher : Laporan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di Indonesia banyak terdapat industri tahu mulai dari industri kecil sampai ke industri besar. Dari kegiatan industri tersebut, timbul limbah yang mengandung zat organik sangat tinggi. Kandungan zat organik dalam limbah cair tahu berpotensi mencemari lingkungan, sehingga perlu adanya pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk melakukan penanganan terhadap limbah yang timbul tersebut. Salah satu upaya awal untuk menangani hal tersebut adalah melakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan eceng gondok untuk menurunkan kandungan COD, meningkatkan/ menormalkan pH, menjernihkan limbah, dan mengurangi bau yang timbul.Penelitian ini dilakukan di pabrik pengolahan tahu Desa Cangkiran Kota Semarang. Penelitian ini memanfaatkan eceng gondok untuk menyerap limbah organik yang menyebabkan limbah cair menjadi COD tinggi, pH rendah, warna keruh dan berbau sangat menyengat. Proses penanaman dilakukan dalam bak beton dengan ukuran panjang 150 cm, lebar 145 cm, dan tinggi 120 cm. Dalam penelitian ini diamati penurunan kandungan COD, peningkatan pH, perubahan warna, dan perubahan bau yang timbul setiap hari selama 8 hari dengan menggunakan media eceng gondok.Hasil percobaan Terjadi penurunan COD sampai ambang batas yang diperbolehkan yaitu terjadi penurunan dari 768 ppm menjadi 208 ppm dan pada ulangan yang dilakukan dari 672 ppm menjadi 160 ppm dimana sudah di bawah baku mutu bedasakan Perda Jateng No. 10 tahu 2004. Terjadi peningkatan nilai pH. Diawal proses, pH dari limbah cair tahu adalah 4.2 dan naik sampai 7.4 demikian juga setelah diulang mulai 4.6 naik menjadi 7.3. Perubahan warna pada penelitian ini kurang memuaskan karena tidak terjadi perubahan warna tetapi hanya berubah tingkat kejernihan di awal, warna limbah cair tahu adalah kuning keruh bahkan ada busanya dan setelah diolah berwarna kuning jenih. Dalam pengamatan perubahan bau, pada hari ke 4 bau sudah berkurang. Akan beda kalau tidak diolah semakin lama maka akan semakin bauKata kunci : penyerapan, limbah cair tahu, eceng gondok
Co-Authors . Widayat Achmad Wildan Agnes Budiarti Aisyah Hana Rifiani Anggun Titi Nurcahyati Aniq, Nur Aprilia Putri Sulistianingrum Ari Yuniastuti Arie Setya Putra Ariyani, Sinta Aryanti, Desi Rahma Azzahra Aulia Hanifa Azzahra Aulia Hanifah Bayu Prasetyo Aji Bella Paramaeshela Chandra Pribadi Darmanto Darmanto Darmanto Darmanto Dea Ayu Ade Arisma Dea Syifa Fitriani Deddy Kurniawan Wikanta Devi Endah P. Devina Ingrid A. Devita Hardianti Dewi Susanti Dewi Susanti Dian Risdianto Dita Desti D_Khilyati Diyono Ikhsan Dwi Handayani Dwi Kurnia Indar Dyah Puspa Arum Dyah Yuliana Zulfa Efa Firmania Eflita Yohana Endah Lestari Endah Subekti Ernawati Budi Astuti Fahmi Arifan Farikha Maharani Farizki, Bangkit Februana Hutavia Purba Caraka Fifi Kurniasari Habib Abdun Nafik Hamid Aqil Hamid Aqil Hani Haswati Hardiyanti Amalia Harianingsih, Harianingsih Hary Sulistyo Hary Sulistyo Hary Sulistyo Hasan, Hasan Haswati, Hani Helmy Purwanto Hidayatun Natijah Indro Sumantri Ismi Yatun Ismiyatul Kholisoh Ismiyatul Kholisoh Ismiyatul Kholisoh Julianto, Mohamad Endy Khornia Dwi Lestari Lailatul Firdaus Laeli Kurniasari Laeli Kurniasari Laeli Kurniasari Laeli Kurniasari Laeli Kurniasari Laeli Kurniasari Lailatul Fitriyah Maharani Kusumaningrum Mauludin, Mochamad Subchan Milzam, Muhammad Mira Nurhayani Mochamad Arif Budihardjo Moh Fahrurrozi Moh Fahrurrozi Mohamad Endy Y Yulianto Mohammad Endi Yulianto Mr. Darmanto Muhammad Mufti Azis Mustagfirin Mustagfirin Mustaghfirin Mustaghfirin Nafik, Habib Abdun Nazaruddin Sinaga Nugroho Widiasmadi Nur Aniq Pradipta Risma Rukma Ardi Putri Prihastuti R.TD Wisnu Broto Renan Subantoro Renan Subantoro Reviana Inda Dwi Suyatno Rita Ade Lasria Pardede Rita Dwi Ratnani Safaah Nurfaizin Salsa Erna Setiawati Sarmi Sarmi Sekar Apriana Sinta Ariyani Siti Sudarmiseh Sofa Rohmania Sufrotun Khasanah Sufrotun Khasanah Supriyadi Supriyadi Sury Widiyanti Suwardiyono Suwardiyono Suwardiyono Suwardiyono Suwarno Suwarno Tabah Priangkoso Tandang Patria Tama Tisa Lazuardy Titis Puspitasari Titis Puspitasari Udin Bahrudin Vita Paramita Vita Paramita Vita Paramita Wahyudi Budi Sediawan Wahyudi Budi Sediawan Wahyudi Budi Sediawan Widarti Widarti Yance Anas Zahroh El Baidho Zakiyyatut Darojah Zakka Athoo’ Illah Zulfa, Dyah Yuliana