Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search
Journal : Jurnal Hortikultura Indonesia

Efektifitas Aplikasi In-vitro Rizobakteri Sebagai Agen Antagonis Layu Fusarium pada Pisang Rajabulu/AAB di Rumah Kaca Kasutjianingati .; Roedhy Poerwanto; Widodo .; Nurul Khumaida; Darda Efendi
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 2 No. 1 (2011): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.824 KB) | DOI: 10.29244/jhi.2.1.34-42

Abstract

Research was conducted on a banana cultivar of Rajabulu/AAB inside the green house. This research was aimed to study the effect of rhizobacteria and the ability of in vitro bacterization to prevent FOC. This study was conducted using split plot design. The main plot was rhizobacteria treatments (P. fluorescens ES-32, B. subtilis SB-3, a mix of both types and without bacteria), sub plots consist of in vitro (2 weeks and 1 week prior to application) and in vivo (during acclimatization) bacterization. All treatments were repeated 3 times, each consist of 7 polibags. The result of rhizobacteria treatment (B. subtilis SB3 or P. fluorecens ES32) was able to reduce the Disease Severity (Rhizome Discoloration) caused by Fusarium oxysporum f.sp cubense (FOC). The incorporation of mixed rhizobacteria provided significant effect suppressing the infestation of FOC. The application of mix bacteria was better than single treatment.Keywords: B. subtilis, P. fluorecens, rhizome discoloration, fusarial wilt, suppressing
Pengaruh Umur Panen dan Suhu Simpan terhadap Umur Simpan Buah Naga Super Red (Hylocereus costaricensis) Tri Istianingsih; Darda Efendi
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 4 No. 1 (2013): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (269.339 KB) | DOI: 10.29244/jhi.4.1.54-61

Abstract

ABSTRACTSuper red-fleshed dragon fruit is  newer than white or red-fleshed dragon fruit. The aims of this research was  to  study  the  effect  of  interaction  between fruit  age  at  harvest  (day  after  anthesis;  DAA)  and  storage temperature on  fruit  quality  and  shelf  life  of  Super  Red-fleshed  dragon  fruit (Hylocereus  costaricensis).  This research was conducted at postharvest laboratory of Bogor Agricultural University from January to March 2010.Fruits were harvested from commercial orchard at Sentul, Bogor. The experiment was arranged in a  randomizedblock design with two factors, fruit age (33,  35,   and 37  Days After Anthesis (DAA)) and storage temperature (15 0C  and  room temperature).  There  were  highly  signif icant  interaction  between  fruit  age and  storage temperature on cumulative weight losses, freshness,  and  peel firmness in first week. Harvesting at 35 DAA is recommended  because  the fruits  have  better  freshness  level,  homogeneous  fruit  color,  and  high soluble  solid content. Cool storage at 15 ºC kept the fruit quality better for 2 weeks than fruit stored at room temperature .Key words:  cool storage,  fruit freshness, fruit quality ,  harvest date,   soluble solid contentABSTRAKBuah naga Super Red  merupakan jenis buah naga yang baru dibandingkan buah naga daging putih dan merah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh interaksi umur buah saat dipanen dan suhupenyimpanan terhadap kualitas buah dan daya simpan buah naga Super- red (Hylocereus costaricensis). Penelitian ini  dilakukan  di  laboratorium  pasca  panen,  Institut Pertanian  Bogor,  pada  Januari  hingga  Maret  2010, menggunakan buah dari kebun buah komersial di Sentul, Bogor. Percobaan  dilakukan menggunakan rancangan kelompok teracak dengan dua faktor, yaitu umur panen buah (33, 35, dan 37 Hari Setelah Anthesis (HSA)) dan suhu penyimpanan (15 oC dan suhu ruangan). Terdapat interaksi yang sangat signifikan antara umur panen buah dan  suhu ruang penyimpanan dengan  kehilangan  hasil kumulatif, kesegaran, dan  kekerasan. Pemanenan pada 35  HSA  direkomendasikan karena  buah  memiliki  kesegaran  yang  lebih  baik,  keseragaman  warna buah,  dan padatan terlarut total yang tinggi. Penyimpanan dingin pada 15 oC juga menjaga kualitas buah selama dua minggu lebih baik dibandingkan buah yang disimpan pada suhu ruangan.Kata kunci: hari pemanenan, kesegaran buah, kualitas buah, padatan terlarut total,  penyimpanan dingin
Perubahan Warna Kulit Buah Tiga Varietas Jeruk Keprok dengan Perlakuan Degreening dan Suhu Penyimpanan Hanifah Muthmainnah; Roedhy Poerwanto; Darda Efendi
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 5 No. 1 (2014): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (570.152 KB) | DOI: 10.29244/jhi.5.1.10-20

Abstract

ABSTRACTColor is  the main  quality  that determines  the level of demand  for  citrus. Consumer prefersorange  citrus,  where  as  green  citrus  have  high productivity  in  Indonesia.  It  causes  local  citrus cannot compete with imported citrus.  One way  that  can  make local citrus compete  with  import citrus  is by  improving of colour quality through  degreening.  This research was conducted to study the effect of degreening and storage temperature on color changes of tangerine peel. Research was conducted from June until  July 2013 at the Laboratory of  Center for Tropical Horticulture Studies, IPB. This research used a randomized complete factorial design group  2  factors with  3 replications. The first factor is degreening  temperature  (180 C  and  room temperature),  second  factor is storage temperature (180 C  and room temperature). The results showed that interaction  of  degreening and storage temperature significantly  affected  skin  coloration.  Degreening  treatment 180 C  and  room temperature storage on all three varieties of tangerines have the highest Citrus Colour  Index  (CCI) value  at  15  HSP.  The  higher  value of Citrus  Colour  Index,  the  higher  orange  skin  colorationproduced.Key words : degreening temperature, orange, storage temperature, value of Citrus Color Index. ABSTRAKWarna  merupakan  kualitas  utama  yang  menentukan  tingkat  permintaan konsumen  terhadap buah jeruk. Konsumen lebih menyukai jeruk berwarna jingga, padahal di Indonesia jeruk yang tinggi produktivitasnya  adalah  jeruk berwarna  hijau.  Hal  ini  menyebabkan  jeruk  lokal  kalah  bersaing dengan jeruk impor. Salah satu cara supaya jeruk lokal dapat bersaing dengan jeruk impor adalah dengan  melakukan  degreening.  Penelitian  ini  dilakukan  untuk mempelajari  efek  degreening  dan suhu penyimpanan terhadap perubahan warna kulit jeruk keprok. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni  hingga  Juli 2013  di  Laboratorium  Pusat  Kajian  Hortikultura  Tropika,  IPB.  Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) Faktorial dengan dua faktor dan tigaulangan. Faktor pertama adalah suhu  degreening (180C dan suhu ruang), faktor kedua  adalah suhu simpan (180C dan suhu ruang). Hasil penelitian menunjukkan interaksi suhu  degreening  dan suhu simpan nyata pada perubahan warna. Perlakuan degreening suhu 180C dan penyimpanan suhu ruang pada ketiga varietas jeruk keprok memiliki nilai  Citrus Colour  Index  (CCI)  tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya pada 15 HSP. Semakin tinggi nilai CCI, maka warna kulit jeruk yang dihasilkan semakin jingga.Kata kunci: jingga, nilai Citrus Color Index, suhu degreening, suhu penyimpanan.
Evaluasi Karakteristik Hortikultura Empat Genotipe Melon (Cucumis melo L.) Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB Wida W. Khumaero; Darda Efendi; Willy B. Suwarno; , Sobir
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 5 No. 1 (2014): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.112 KB) | DOI: 10.29244/jhi.5.1.56-63

Abstract

ABSTRACTCenter for Tropical Horticulture Studies (CTHS) have conducted  melon breeding to meet the need of the expanding melon production  in Indonesia. Four melon genotypes of  IPB Meta 3, IPB Meta 4, IPB Meta 6, IPB Meta 8H exhibit superior performance during selection. Prior to release or to register, these melon genotypes need to be evaluated for their main characteristics. Four potential genotypes  along  with  two  control  varieties  of  Action  434  and Sky  Sweet  were  evaluated  under  a single  factor  Randomized  Complete Block  Design  (RCBD)  with  four  replications.  The  results revelaed  that CTHS  melon  genotypes  exhibited  good  performance.  IPB  Meta  4  has larger  stem diameter and leaf size compared  to  Action 434 and Sky Sweet, subsequently  flesh color  of IPB Meta 3,  IPB  Meta  6,  and  IPB  Meta  8H  are oranges, where  as  both  control  varieties  are  green.  Theseresults indicated that melon genotypes  developed in CTHS have unique characteristics, which could be developed for speciality market.Keywords: fruit quality, melon, morphological characteristics ABSTRAKPusat  Kajian  Hortikultura  Tropika  (PKHT)  telah  melakukan  penelitian pemuliaan  tanaman untuk  mengetahui  kebutuhan  pengembangan  produksi melon  di  Indonesia.  Empat  genotipe  melon yakni  IPB  Meta  3,  IPB  Meta 4, IPB Meta 6, IPB  Meta  8H  menunjukkan  penampilan  baik  pada percobaan sebelumnya. Sebelum  dilepas  atau  didaftarkan,  diperlukan  evaluasi karakteristik  utama dari empat genotipe tersebut. Pengujian keempat genotipe potensial dengan dua varietas pembanding yakni  Action  434  dan  Sky  Sweet disusun  berdasarkan  Rancangan  Kelompok  Lengkap  Teracak (RKLT)  dengan 4  ulangan.  Hasilnya  menunjukkan  bahwa  genotipe  melon  IPB  Meta  4 memiliki diameter batang  dan ukuran daun yang lebih besar dibandingkan Action 434 dan  Sky Sweet. Selain itu,  daging  buah  melon  genotipe  IPB Meta  3,  IPB  Meta  6,  dan  IPB  Meta  8H  berwarna  jingga, dimana kedua varietas pembanding berwarna hijau. Hasil ini menunjukkan bahwa genotipe-genotipe melon yang dikembangkan di PKHT memiliki karakteristik yang unik, dimana dapat berpotensi bagi segmen pasar khusus.Kata kunci: karakteristik morfologi, kualitas buah, melon
The Use of Bee Wax, Chitosan and BAP to Prolong Shelflife of Mangosteen (Garcinia mangostana L.) Fruit Darda Efendi; Heliyana Hermawati
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 1 No. 1 (2010): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1336.388 KB) | DOI: 10.29244/jhi.1.1.32-39

Abstract

ABSTRACTThe objective of this research was to determine the effect of coating materials and BAP concentration on inhibition of ripening process of mangosteen. The experiment used factorial completely randomized design with two factors, and three replication s. Coating materials as the first factor consisted of control (without coating) , bee wax 6%, and chitosan 2%. The second factor was concentration of Benzil Amino Purine (BAP), with 0, 5, 10, 15, and 20 ppm. Non destructive observations were weight loss, diameter decrease, peel and calyx color development. While, destructive observations were fruit hardness, total soluble solid (TSS), total titratable acidity (TTA) and opened ability. The result showed that bee wax was effective to inhibit weight loss. Interaction of bee wax and BAP 20 ppm inhibited peel and calyx color changes during storage.Key word: coating material, cytokinin, benzil amino purine, calyx, storage
Waktu dan Dosis Aplikasi Kalsium dan Boron untuk Pengendalian Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) di Tiga Sentra Produksi Vandra Kurniawan; Roedhy Poerwanto; Darda Efendi
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 7 No. 1 (2016): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.506 KB) | DOI: 10.29244/jhi.7.1.21-30

Abstract

ABSTRACTContamination of yellow sap (GK) in the mangosteen fruit leads to low quality of the mangosteen fruit. GK contamination occurs because the cell walls of the fruit is weak due to lack of calcium (Ca) and boron (B). Ca and B plays a role in maintaining the integrity of the cell wall. The study aimed to get the best treatment of dose and the time of application of Ca and B in controlling the contamination of GK on the aryl and mangosteen pericarp. This study used a nested design with 3 factors. First factor was study site, consisting of Cigudeg, Citeureup and Cikembar. The second factor was combination dose of fertilizer, consisting of control (without Ca + B), 1.6 kg Ca tree-1 + 1.553 g B tree-1, and 3.2 kg of Ca tree-1 + 1.553 g B tree-1. The third factor was time of fertilizer application, consisting of anthesis, stadia 1, and anthesis + stadia 1of fruit development. Result of the study showed that location which produced the best fruit was Cikembar where GK on aryl was 22.49% and on pericarp was 29.51%. A dose of 1.6 kg Ca tree-1 + 1.55 g B tree-1 and 3.2 kg Ca tree- 1 + 1.55 g B tree-1 were equally well in reducing GK contamination In aryl (19.91%) and pericarp (28.86%) compared to treatment without Ca and B which showed percentage of GK contaminated fruit on aryl was 50.00% and on pericarp was 56.46%. Ca and B application time was the best at stage 1, which lowered the percentage of GK contamination in aryl (40.44%) and pericarp (27.10%). Ca and B did not affect the physicochemical qualities including diameter, weight, hardness, total soluble solid, total titratable acidity of mangosteen fruit in three study sites.Keywords: fertilization, immobile nutrient, cell wall, pericarp, yellow sap.ABSTRAKCemaran getah kuning (GK) pada buah manggis menyebabkan rendahnya mutu buah manggis. Cemaran GK terjadi karena dinding sel buah lemah akibat kekurangan unsur kalsium (Ca) dan boron (B). Ca dan B berperan dalam menjaga integritas dinding sel. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan dosis dan waktu aplikasi Ca dan B yang terbaik dalam mengendalikan cemaran GK pada aril dan kulit buah manggis. Penelitian ini menggunakan Rancangan Tersarang (Nested Design) 3 faktor. Faktor ke-1 adalah lokasi penelitian, terdiri dari Cigudeg, Citeureup dan Cikembar. Faktor ke-2 adalah kombinasi dosis pupuk yaitu kontrol (tanpa Ca + B), 1.6 kg Ca pohon-1 + 1.553 g B pohon-1, dan 3.2 kg Ca pohon-1 + 1.553 g B pohon-1. Faktor ke-3 adalah waktu aplikasi pupuk yaitu pada saar antesis, Stadia 1, dan Antesis + Stadia 1 dari perkembangan buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi penelitian dengan kualitas fisik buah terbaik adalah di Cikembar dengan persentase cemaran GK pada aril (22.49%) dan kulit (29.51%). Dosis 1.6 kg Ca pohon-1 + 1.55 g B pohon-1 dan 3.2 kg Ca pohon-1 + 1.55 g B pohon-1 sama baiknya dalam menurunkan cemaran GK di aril (19.91%) dan di kulit (28.86%) dibandingkan dengan perlakuan tanpa Ca dan B menunjukkan persentase buah tercemar GK pada aril (50.00%) dan kulit (56.46%). Waktu aplikasi Ca dan B yang terbaik adalah pada stadia 1 yang menurunkan persentase cemaran GK di aril (40.44%) dan kulit (27.10%). Ca dan B tidak mempengaruhi kualitas fisikokimia yang mencakup diameter, bobot, kekerasan, padatan terlarut total, asam tertitrasi total buah manggis di tiga lokasi penelitian.Kata kunci: pemupukan, hara tidak mobil, dinding sel, pericap, getah kuning.
Aplikasi Kalsium dan NAA untuk Mengendalikan Getah Kuning Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Yulinda Tanari; Darda Efendi; Roedhy Poerwanto; Didy Sopandie; Ketty Suketi
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 9 No. 1 (2018): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (207.793 KB) | DOI: 10.29244/jhi.9.1.10-18

Abstract

ABSTRACTThe yellow sap is produced naturally in mangosteen organ except in the root. The yellow sap contaminated the aryl and rind if the epithelial cell walls rupture due to deficiency of calcium (Ca). Calcium is one of structural component of cell walls, whereas naphthaleneacetic acid (NAA) has its role in improving cell division and cell elongation. Interaction of Ca and NAA can improve sink strength and capacity because the newly formed cells need Ca to construct wall structure. This experiment aimed at finding out the effect of Ca and NAA applications in reducing the contamination of yellow sap in mangosteen. The experiment was conducted by using factorial random block design consisting of 2 factors and 3 replications. The first factor was Ca dosage (0 and 4.8 kg/tree), and the second factor was NAA concentration (0, 200, 400 and 600 ppm). The results showed that application of 4.8 Ca/tree and 200 ppm NAA as much as 5 ml / fruit effectively improve the content of Ca pectate in pericarp, reduced the percentage of yellow sap contamination on the fruit segment, aryl and rind to 0% and 12.3% respectively compared to control (17.8% on fruit segment, 36.8% on aryl and 56.1% on rind).Key words: aryl, Ca pectate, cell wall, middle lamela.ABSTRAKGetah kuning adalah getah yang dihasilkan secara alami pada setiap organ manggis, kecuali pada akar. Getah kuning akan keluar dan mencemari aril serta kulit jika dinding sel epitel pecah karena kekurangan kalsium (Ca). Kalsium adalah komponen dinding sel, berperan dalam struktur dan permeabilitas membran sedangkan asam naftalenasetat (NAA) berperan penting dalam meningkatkan pembelahan dan pembesaran sel. Interaksi keduanya dapat meningkatkan kapasitas sink buah karena sel yang baru terbentuk membutuhkan Ca dalam menyusun struktur dinding sel. Percobaan bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi Ca dan NAA dalam menurunkan cemaran getah kuning manggis. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor ke-1 yaitu dosis Ca (0 dan 4.8 kg Ca/pohon) dan faktor ke-2 yaitu konsentrasi NAA (0, 200, 400 dan 600 ppm) dengan volume semprot 5 ml perbuah. Hasil percobaan menunjukkan bahwa aplikasi 4.8 kg Ca/pohon dengan NAA 200 ppm sebanyak 5 ml/buah efektif meningkatkan kandungan Ca pektat perikarp dan menurunkan persentase buah tercemar getah kuning menjadi 0% pada juring dan aril serta 12.3% pada kulit dibandingkan dengan perlakuan kontrol (17.8% pada juring, 36.8% pada aril dan 56.1% pada kulit buah).Kata kunci: aril, Ca pektat, dinding sel, lamela tengah
Studi Akumulasi Pigmen β-Cryptoxanthin untuk Membentuk Warna Jingga Buah Jeruk di Daerah Tropika Inanpi Hidayati Sumiasih; Taruna Shafa Arzam; Roedhy Poerwanto; Darda Efendi; Andria Agusta; Sri Yuliani
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 9 No. 2 (2018): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (934.285 KB) | DOI: 10.29244/jhi.9.2.73-83

Abstract

ABSTRACTDegreening is a transformation process on peel which enables it to change color from green to orange on citrus fruits. The orange color of the peel comes from the mixture of carotenoid pigments, such as β-cryptoxanthin and β-citraurin. The pigments contributed in the formation of β-citraurin are β-cryptoxanthin and zeaxanthin. The objectives of this study were (1) to obtain proper degreening temperature in the orange color formation of several citrus varieties, and (2) to identify and determine pigments of β-cryptoxanthin pigment and total chlorophyll content in citrus peel after degreening. This study was conducted at PKHT IPB and LIPI Cibinong from July 2013 to December 2013, and from February 2016 to May 2017. About 100 ppm of ethylene gas was injected into a citrus-containing box using 5 ml syringe, then the box was placed in cool storage at 15 0C, 20 0C and room temperature, for 72 hours. The results showed that the best colors of Keprok Selayar and Keprok Tejakula were obtained by the degreening at 15 0C, in Siam Kintamani it was obtained by degreening at 20 0C. Degreening significantly reduced the total chlorophyll content, and increased β-cryptoxanthin content. The content of β-cryptoxanthin after degreening was 3 folds higher on highland Citrus reticulata than lowland citrus.Keywords: citrus color index, chlorophill, degreening, ethylene, tropical citrusABSTRAKDegreening adalah proses perombakan warna hijau pada kulit jeruk diikuti dengan proses pembentukan warna jingga. Warna jingga adalah campuran antara β-cryptoxanthin dengan β-citraurin. Pigmen yang berkontribusi dalam pembentukan β-citraurin adalah β-cryptoxanthin dan zeaxanthin. Tujuan penelitian ini ialah (1) Mendapatkan suhu degreening yang tepat dalam pembentukan warna jingga pada beberapa varietas jeruk, (2) Identifikasi dan penentuan kadar pigmen β-cryptoxanthin dan kandungan total klorofil pada kulit jeruk setelah degreening. Penelitian ini dilakukan di PKHT IPB dan LIPI Cibinong pada bulan Juli 2013 sampai Desember 2013, dan bulan Februari 2016 sampai Mei 2017. Degreening dilakukan dengan menginjeksikan gas etilen konsentrasi 100 ppm ke dalam wadah tertutup yang berisi jeruk menggunakan syringe 5 ml, kemudian disimpan pada suhu 15 0C, 20 0C dan suhu ruang, selama 72 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna terbaik jeruk Keprok Selayar dan Tejakula diperoleh dengan degreening pada suhu 15 0C, Siam Kintamani diperoleh dengan degreening pada suhu 20 0C. Degreening dapat menurunkan kandungan total klorofil secara tajam, dan terbukti meningkatkan kandungan pigmen β-cryptoxanthin. Kandungan pigmen β-cryptoxanthin setelah degreening 3 kali lebih tinggi pada jeruk keprok dataran tinggi dibandingkan dengan dataran rendah.Kata kunci: citrus color index, degreening, etilen, jeruk tropika, klorofil
Appropriate Duration of Drought Stress for Madura Tangerine Flower Induction Resa Sri Rahayu; Roedhy Poerwanto; Darda Efendi; Winarso Drajad Widodo
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 11 No. 2 (2020): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jhi.11.2.82-90

Abstract

Cekaman kekeringan merupakan salah satu teknik yang dilakukan untuk menginduksi bunga jeruk keprok di luar musim dalam upaya memenuhi ketersediaan buah jeruk keprok sepanjang tahun. Durasi cekaman kekeringan yang tepat penting dipelajari untuk menghindari cekaman berat dan mendapatkan hasil bunga yang optimum. Penelitian ini bertujuan menentukan durasi cekaman kekeringan yang tepat untuk menginduksi bunga jeruk keprok dataran rendah varietas Madura. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan PKHT-IPB dengan ketinggian ± 300 mdpl dari bulan April-Mei 2019. Percobaan dirancang dengan RAK (Rancangan Acak Kelompok) dengan satu faktor perlakuan yaitu durasi cekaman kekeringan dengan lima taraf: tanpa cekaman kekeringan sebagai kontrol, durasi cekaman kekeringan satu minggu, durasi cekaman kekeringan dua minggu, durasi cekaman kekeringan tiga minggu dan durasi cekaman kekeringan empat minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa durasi cekaman kekeringan mempengaruhi keberhasilan induksi bunga jeruk keprok Madura. Durasi cekaman kekeringan selama 2, 3 dan 4 minggu dengan nilai kadar air secara berturut-turut 81.81%, 65.21% dan 55.39% dari kapasitas lapang berhasil menginduksi bunga. Bunga muncul pada 3, 2 dan 1 minggu setelah rewatering dan pengairan rutin secara berturut-turut pada perlakuan durasi cekaman 2, 3 dan 4 minggu. Tiga minggu tanpa irigasi merupakan durasi cekaman kekeringan optimum untuk induksi bunga jeruk keprok Madura.
Cekaman Severe Drought Stress Influences the Success of Madura Tangerine Flower InductionKekeringan Berat Mempengaruhi Keberhasilan Induksi Bunga Jeruk Keprok Madura Resa Sri Rahayu; Roedhy Poerwanto; Darda Efendi; Winarso Drajad Widodo
Jurnal Hortikultura Indonesia Vol. 11 No. 1 (2020): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jhi.11.1.13-23

Abstract

Induksi bunga jeruk keprok di luar musim melalui cekaman kekeringan merupakan salah satu upaya memenuhi ketersediaan buah jeruk keprok sepanjang tahun. Tingkat cekaman kekeringan yang dapat menginduksi bunga memiliki ambang batas tertentu sehingga cekaman yang terlalu berat dapat mempengaruhi keberhasilan induksi bunga. Penelitian ini bertujuan membuktikan bahwa cekaman kekeringan yang terlalu berat dapat mempengaruhi keberhasilan induksi bunga jeruk keprok dataran rendah varietas Madura. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Tajur PKHT-IPB dengan ketinggian ± 300 mdpl dari bulan Maret-Oktober dan dirancang dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor yaitu tingkat cekaman kekeringan dengan tiga taraf: tanpa cekaman kekeringan sebagai kontrol (pengairan rutin dengan 100% kadar air kapasitas lapang), cekaman kekeringan 50% kadar air kapasitas lapang (tanpa pengairan sampai 50% kadar air kapasitas lapang) dan cekaman kekeringan 40% kadar air kapasitas lapang (tanpa pengairan sampai 40% kadar air kapasitas lapang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air 50% dan 40% dari kapasitas lapang tidak menginduksi bunga jeruk keprok Madura yang dibuktikan dengan kadar giberelin yang sangat tinggi. Kadar air 50% dan 40% dari kapasitas lapang terlalu rendah sehingga tanaman mengalami cekaman kekeringan berat dan mengganggu proses induksi bunga. Cekaman kekeringan berat tersebut ditandai dengan potensial air daun dan tanah yang tinggi, kadar prolin daun tinggi, kerapatan stomata menurun, dan daun menggulung. Kata kunci: jeruk keprok dataran rendah, kadar air kapasitas lapang, luar musim, Rancangan Acak Kelompok (RAK), rewatering
Co-Authors . Angela Ade Wachjar Ade Wachjar Alfia Annur Aini Azizi and Gustaaf Adolf Wattimena Andria Agusta Andria Agusta ANDRIA AGUSTA Angela, . Anneke Pesik Asti Kusriyanti Azizi, Alfia Annur Aini Azizi, Alfia Annur Aini Bambang S PURWOKO Bambang S. Purwoko Bambang S. Purwoko C Hanny Wijaya Cece Suhara dan Joko Ridho Witono Dede Robiatul Adawiyah Deden Derajat Matra Deden Sukmadjaja Dewi Sukma Dianto, Fajar Didy Sopandie DINARTY, DINY Diny Dinarti Djoko Santoso Djoko Santoso Don R LaBonte Dorly Dorly Dwi Utami Nur Usmani Dyra Haryanti E. Gunawan Edi Santosa Entit Hermawan Erwin Al-Hafiizh Evan Maulana Fajar Dianto Fajarudin, A Fitri Fatma Wardani Fitri Fatma Wardani Furqoni, Hafith Gunawan, E. Gustaaf A Wattimena Hanifah Muthmainnah heliyana hermawati Ika Mariska Ika Roostika Ika Roostika IKA ROOSTIKA Ika Roostika Ika Roostika Ika Roostika Tambunan Imanullah Dacholfany Imron Riyadi Inanpi Hidayati Sumiasih, Inanpi Hidayati Indah Wulandari Iswari S Dewi Joko Ridho Witono Jollanda Effendy Jollanda Effendy Kasutjianingati . Katerin Ninariyani Ketty Suketi Kusriyanti, Asti Laela Sari laela Sari, laela Lisnandar, Dea Silvia Lolliani MASKROMO, ISMAIL Maulana, Mohamad Akhbar Maya Melati Mayasari Yamin Mohamad Akhbar Maulana Mutiara Utami Naimatul Farida Ninariyani, Katerin Nindita, Anggi NOVARIANTO, HENGKY Nurul Khumaida Nurul Khumaida Nurul Khumaida Odit Ferry Kurniadinata Ogie Satriadi Putra, Mirza R Rahmat Budiarto Rahmi Fajri RARA PUSPITA DEWI LIMA WATI RARA PUSPITA DEWI LIMA WATI, RARA PUSPITA Reflinur Reflinur Resa Sri Rahayu Resa Sri Rahayu Riry Prihatini ROEDHY POERWANTO Rudiyanto Rudiyanto S Noorrohmah Satriadi, Ogie Sedyo Harsono SEDYO HARTONO Slamet Susanto Sobir Sobir Soekisman Tjitrosemito Sony Hartono Wijaya SRI HENDRASTUTI HIDAYAT Sri Yuliani Sri Yuliani Sri Yuliani Sudarsono Sukma, Dewi Sulassih, . Surya Diantina Susetio, Muhammad Tambunan, Ika Roostika Tambunan, Ika Roostika Tanari, Yulinda Taruna Shafa Arzam TENDA, ELSJE T. Tiara, Dede TRI ASMIRA DAMAYANTI Tri Istianingsih Tri Muji Ermayanti Tri Muji Ermayanti Tri Muji Ermayanti Trikoesoemaningtyas Triokoesoemaningtyas Triokoesoemaningtyas Vandra Kurniawan Wachjar, Ade Wahyu Fikrinda Wida W. Khumaero Willy Bayuardi Suwarno Winarso D. Widodo Yamin, Mayasari Yande Artha Gautama Yosi Zendra Joni Yosi Zendra Joni Yundari, Yundari