p-Index From 2019 - 2024
5.036
P-Index
This Author published in this journals
All Journal HAYATI Journal of Biosciences MANAJEMEN HUTAN TROPIKA Journal of Tropical Forest Management Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Buletin PSP Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut MEDIA KONSERVASI Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Maspari Journal Jurnal Veteriner Bumi Lestari AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Jurnal Perikanan dan Kelautan BIOTROPIA - The Southeast Asian Journal of Tropical Biology AL KAUNIYAH Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Jurnal EduBio Tropika Maspari Journal Jurnal Kelautan : Indonesian Journal of Marine Science and Technology Journal of Degraded and Mining Lands Management Jurnal Perikanan dan Kelautan Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) JURNAL BIOLOGI INDONESIA Omni-Akuatika MAJALAH ILMIAH GLOBE Jurnal Biologi Tropis Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis (Journal Of Tropical Fisheries Management) LIMNOTEK - Perairan Darat Tropis di Indonesia Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Habitus Aquatica : Journal of Aquatic Resources and Fisheries Management Jurnal Ilmu Kehutanan Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan Jurnal Manusia dan Lingkungan
Claim Missing Document
Check
Articles

PENGGUNAAN MEAN DAMAGE INDEX (MDI) DALAM MENGKAJI KERUSAKAN MORFOLOGI BENTHOS YANG TERTANGKAP DENGAN ALAT TANGKAP GAROK Yusli Wardiatno; , Yonvitner; Estri Octora Farmelia
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 15 No. 2 (2008): Desember 2008
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.058 KB)

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji penggunaan Mean Damage Index (MDI) yang diperkenalkan Jensen et al. (2001) dalam menilai kerusakan morfologis yang ditimbulkan alat tangkap garok terhadap makrozoobenthos. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah pesisir perairan Kronjo, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten pada bulan Maret sampai Mei 2007. Ada variasi kerusakan morfologis yang ditimbulkan oleh garok terhadap jenis benthos yang berbeda, yakni kerang, keong laut, kepiting, udang, dan bintang laut. Nilai MDI tertinggi dari kelima stasiun berasal dari kelompok bivalvia dengan kisaran 1.5781-3.5217, sedangkan MDI terendah terdapat pada kelompok udang yang berkisar antara 0.0633 sampai 0.2424.Kata kunci: MDI (Mean Damage Index), kerusakan morfologis, benthos, estuari.
A Short Review on the Recent Problem of Red Tide in Jakarta Bay: Effect of Red Tide on Fish and Human Yusli Wardiatno; Ario Damar; Bambang Sumartono
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 11 No. 1 (2004): Juni 2004
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (60.935 KB)

Abstract

Red tide atau sering disebut blooming fitoplankton merupakan fenomena alam yang sering terjadi. Nampaknya frekuensi, intensitas dan distribusi blooming fitoplankton meningkat dalam 10 tahun belakangan ini. Red tide dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana tanaman sel satu berukuran kecil yang hidup di laut dan tumbuh dengan sangat cepat dan terakumulasi dalam suatu kumpulan yang mudah terlihat  di permukaan air laut. Kejadian red tide sangat terkait dengan eutrofikasi dan kondisi lingkungan yang mendukung, seperti kecukupan cahaya, kondisi suhu yang sesuai, dan masukan bahan organik dari daratan setelah hujan besar. Efek langsung red tide terhadap ikan sangat merusak insang, baik secara mekanis ataupun melalui pembentukan bahan kimia beracun, neurotoksin, hemolitik atau bahan penggumpal darah, yang dapat menyebabkan kerusakan fisiologi insang, organ utama (seperti hati), usus, sistem sirkuler atau pernapasan, ataupun mengganggu proses osmoregulasi. Sebaliknya, efek tidak langsung red tide adalah akibat penggunaan oksigen yang berlebihan untuk respirasi dan pembusukan kumpulan fitoplankton. Beberapa organisme penyebab red tide dapat membahayakan manusia apabila manusia makan hewan filter feeder (seperti ikan atau kerang) yang mengandung racun organisme red tide yang telah dimakan ikan atau kerang tersebut.Kata kunci: red tide, eutrofikasi, Teluk Jakarta.
KAJIAN KETERKAITAN EKOLOGI Acanthaster planci DAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KABUPATEN BINTAN Syarviddint Alustco; Yusli Wardiatno; Isdradjad Setyobudiandi
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 17 No. 1 (2011): Juni 2011
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.18 KB)

Abstract

Kabupaten Bintan memiliki hamparan ekosistem terumbu karang, berbagai aktivitas antropogenik masyarakat di wilayah ini seperti eksploitasi sumberdaya perikanan, pariwisata, penambangan pasir diduga sebagai penyebab kerusakan ekosistem terumbu karang. Kerusakan ini dijelaskan dari hasil penelitian CRITC-LIPI Coremap II 2006, bahwa tutupan karang hidup rata-rata 25,27 %, tidak hanya itu populasi megabenthos sebagai indikator lingkungan yang tercatat menunjukkan kekawatiran. Perlu penelitian yang berkaitan dengan faktor bioekologi terhadap Kualitas Tutupan Karang Hidup. Beberapa metode telah digunakan untuk mendeskripsikan kondisi terumbu karang tersebut. Hasil penelitian diperoleh di kawasan I dengan 11 stasiun pengamatan: luasan tutupan karang hidup berkisar 34-99 %, tidak ditemukan adanya Acanthaster planci. Kawasan II dengan 4 stasiun pengamatan, tutupan karang hidupnya berkisar 65-87%, ditemukan A. planci di 3 stasiun. A. planci lebih banyak ditemukan di substrat Acropora branching (ACB) dengan jumlah 14 individu, 6 individu pada substrat coral massive dan coral foliose, 4 individu pada substrat coral submassive, dan 3 individu pada dead coral (DC). Kelimpahan A. planci lebih terkait pada jenis substrat dan bentuk karang bila dibandingkan dengan luas penutupan karang hidup. Kerusakan terumbu karang di kawasan I lebih disebabkan oleh kondisi perairan seperti sedimentasi dan berbagai aktivitas langsung dari masyarakat. Sedangkan di kawasan II kerusakan dipengaruh oleh destructive fishing,disamping kelimpahan A. planci diduga telah mempengaruhi tutupan karang hidup dengan kelimpahan 25 ekor/0,5 ha setara (50 ind/ha). Ini melebihi daya dukung terumbu karang sebanyak 30 ind/ha. Monitoring dan DPL diperlukan untuk mengontrol kelimpahan A. planci.Kata kunci: Acanthaster planci, komunitas terumbu, Pulau Bintan, terumbu karang
KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG SEBAGAI KAWASAN WISATA SELAM DAN SNORKELING DI TUAPEJAT KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI Zulfikar ,; Yusli Wardiatno; Isdradjat Setyobudiandi
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 17 No. 1 (2011): Juni 2011
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (488.751 KB)

Abstract

Daerah Tuapejat, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat memiliki berbagai sumberdaya pesisir dan laut yang potensial, seperti ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang yang ada mempunyai daya tarik yang dapat dikembangkan sebagai tujuan wisata bahari, berupa aktivitas menyelam dan snorkeling. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi dan potensi ekosistem terumbu karang, mengkaji kesesuaiannya bagi aktivitas menyelam dan snorkeling, dan menghitung daya dukung dalam pengembangan tersebut. Analisis matriks kesesuaian untuk kegiatan menyelam dan snorkeling digunakan dalam kajian ini. Daya dukung dianalisis untuk menentukan jumlah turis yang dapat memanfaatkan area pada luasan tertentu. Scenic Beauty Estimate (SBE) diterapkan untuk menentukan kualitas keindahan terumbu karang. Penentuan strategi pengembangan dilakukan dengan analisis SWOT. Hasil analisis kesesuaian memperlihatkan adanya 13 area potensial untuk pengembangan daerah penyelaman dan snorkeling. Hasil analisis SBE membuktikan tingginya minat wisatawan terhadap kondisi ekosistem terumbu karang.Kata kunci: analisis kesesuaian, daya dukung, Kepulauan Mentawai, selam, snorkeling, terumbu karang, Tuapejat, wisata bahari
Produktifitas Primer dan Laju Pertumbuhan Fitoplankton di Perairan Pantai Bekasi Richardus F. Kaswadji; Fifi Widjaja; Yusli Wardiatno
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 1 No. 2 (1993): Desember 1993
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4981.846 KB)

Abstract

Observasi dan eksperimen telah dilakukan untuk mengevaluasi produktifitas primer dan laju pertumbuhan fitoplankton serta estimasi pemangsaan fitoplankton oleh zooplankton di perairan Muara Bekasi, Muara Jaya, dan Muara Sorongan,Kabupaten Bekasi di lokasi muara sungai (Stasiun S), perairan antara sungai dan laut (Stasiun SL) dan laut di depannya (Stasiun L). Produktifitas primer diukur dengan menggunakan metode botol gelap-botol terang, sedangkan laju pertumbuhan fitoplankton diukur dengan metode penyaringan. Pengukuran dan eksperimen dilakukan pada bulan Februari , Maret, dan April 1993. Dari hasil pengukuran didapatkan nilai rata-rata produktifitas primer sebesar 428,16,322,55, dan 343,97 gC/ml/tb berturut-turut untuk Stasiun S, SL, dan L. Laju tumbuhan fitoplankton adalah 16 %, 54 %, dan 26 % penggandaanlhari untuk Stasiun S, SL, dan L. Klorofil yang hilang di Stasiun S, SL, dan L berturut-turut adalah sebesar 2,28, 3,81, dan 2,38~tlhari, atau sekitar Ix )0-4, 3x )0-4, dan 0,7x 10-4 ~Cl1t/zooplankter/hari ditransfer dari fitoplankton ke zooplankton .Kata-kata kunci: fitoplankton, produktifitas primer, laju pertumbuhan, perairanpantai, Kabupaten Bekasi.
Keadaan Net-Fitoplankton Perairan Estuari di Sebelah Selatan Beting Pasir Pantai Marunda,Teluk Jakarta Pada Saat Pasang dan Surut Yusli Wardiatno; Muhammad Eidman; Fifi Widjaja; Fredinan Yulianda
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 1 No. 2 (1993): Desember 1993
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3696.612 KB)

Abstract

Penelitian tentang kondisi net-fitoplankton di perairan estuari di sebelah selatan beting pasir pantai Marunda dilakukan antara tanggal JO Februari - 10 Maret 1990. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi dan perbedaan kelimpahan net-fitoplankton pada saat pasang dan surut. Pengambilan contoh dilakukan di 10 titik pengambilan contoh seminggu sekali dengan pengulangan 5kali. Hasil penelitian memperlihatkan adanya 3 kelas net-fitoplankton di lokasi penelitian, yaitu Kelas Bacillariophyceae dengan 37 genera, Kelas Cyanophyceaedengan 9 genera dan Kelas Chlorophyceae dengan II genera. Pada beberapa stasiun pengamatan dijumpai kelimpahan yang cukup tinggi dari jenis Chaetoceros dan Skeletonerna. Hal ini berkaitan dengan parameter kimia dan fisika stasiun pengamatan terse but. Kelimpahan net-fitoplankton tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata antara saat pasang dengan saat surut.Kata-kata kunci : net-fitoplankton, estuari, komposisi, beting pasir, kelimpahan,pasang surut
KETERKAITAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) DENGAN KARAKTERISTIK HABITAT PADA EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN SERIBU Raimundus Nggajo; Yusli Wardiatno; Neviaty P . Zamani
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 16 No. 2 (2009): Desember 2009
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (352.521 KB)

Abstract

Ikan ekor kuning (Caesio cuning) merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis penting dan merupakan salah satu jenis ikan karang yang menjadi target penangkapan di perairan Kepulauan Seribu. Habitat ikan ekor kuning adalah di perairan pantai karang, perairan karang dengan suhu perairan lebih dari 20oC. Hidupnya berasosiasi dengan terumbu karang dan dapat ditemukan di perairan Kepulauan Seribu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi sumberdaya ikan ekor kuning dan ekosistem terumbu karang serta mengkaji keterkaitan sumber daya ikan ekor kuning dengan karakteristik habitat. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kepulauan Seribu dari bulan April-Juni 2009. Lokasi pengamatan adalah di Pulau Pramuka (Timur Pramuka dan Utara Pramuka), Pulau Panggang (Barat Panggang dan Selatan Panggang), Pulau Belanda (Utara Belanda dan Selatan Belanda), dan Pulau Kayu Angin Bira (Timur Kayu Angin Bira dan Barat Kayu Angin Bira). Dasar penentuan titik stasiun pengamatan di setiap pulau berdasarkan pada lokasi tangkapan nelayan pada daerah terumbu karang. Pengambilan data untuk persentase tutupan substrat bentik menggunakan metode transek kuadrat dan dianalisis menggunakan program Coral Point Count with Excell extension (CPCe). Untuk data kelimpahan sumberdaya ikan ekor kuning menggunakan Underwater Visual Cencus, sedangkan untuk data kondisi biologi ikan ekor kuning menggunakan sampel dari hasil tangkapan nelayan di lokasi penelitian pada bulan Mei 2009. Analisis yang digunakan untuk mengetahui keterkaitan sumberdaya ikan ekor kuning dengan karakteristik habitat menggunakan cluster analysis berdasarkan pengelompokan substrat bentik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ekosistem terumbu karang mempunyai penutupan life form 32.27%, sehingga berada pada kategori sedang. Kondisi sumberdaya ikan ekor kuning diduga telah terjadi growth overfishing. Pola pertumbuhan bersifat alometrik dan didominasi oleh ikan yang belum matang (immature) atau belum dewasa (dalam kondisi pertumbuhan). Keterkaitan sumberdaya ikan ekor kuning dengan karakteristik habitat dicirikan dengan keberadaan coral encrusting (CE), acropora digitate (ACD), coral submassive (CS), dead coral with algae (DCA), karang lunak (SC), dan pasir (S). Bentuk pengelolaan ekosistem terumbu karang dan ikan ekor kuning di perairan Kepulauan Seribu secara terpadu dan berkelanjutan yang diusulkan dalam penelitian ini adalah pengelolaan berbasis ekosistem dengan titik penekanan pada habitat dan sumberdaya ikan ekor kuning antara lain: (1) rehabilitasi habiat dengan program transplantasi coral encrusting, acropora digitate, dan coral submassive yang menjadi ciri keberadaan ikan ekor kuning pada daerah yang rusak dan (2) pengaturan upaya penangkapan dan ukuran mata jaring.Kata kunci : ekosistem terumbu karang, ikan ekor kuning, Pulau Seribu.
ANALISIS STATUS TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BAHARI DI DESA TELUK BUTON KABUPATEN NATUNA Hadi Suryanto; Fredinan Yulianda; Yusli Wardiatno
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 16 No. 2 (2009): Desember 2009
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.678 KB)

Abstract

Desa Teluk Buton merupakan pulau yang terdapat di wilayah Kabupaten Natuna, yang terletak Kota Ranai sebagai ibu kota Kabupaten Natuna. Desa Teluk Buton juga terdapat pulau-pulau kecil yang mempunyai potensi wisata bahari yang menarik seperti perairan yang jernih, terumbu karang, dan ikan karang. Permasalahan yang melatarbelakangi dalam penelitian ini adalah belum adanya pengelolaan terumbu karang untuk pengembangan wisata bahari dengan tujuan penzonasian peruntukan kawasan wisata bahari snorkeling dan selam. Metode yang digunakan yaitu Line Intercept Transect (LIT) untuk analisis terumbu karang, Underwater Visual Cencus (UVC) analisis ikan karang, Reef Check Benthic Fauna (RCBF), analisis Fauna Bentik, Indeks Kesesuaian Wisata (IKW), analisis Scenic Beauty Estimation (SBE), dan analisis Daya Dukung Kawasan (DDK). Untuk kategori IKW snorkeling dan selam, 8 stasiun masuk dalam kategori S2 (sesuai) wisata snorkeling dan selam,  sedangkan 1 stasiun masuk dalam kategori S2 (sesuai) untuk selam, dan 1 stasiun masuk kategori N (tidak sesuai) untuk dijadikan kawasan wisata bahari (snorkeling dan selam). Hasil analisis Daya Dukung Kawasan menunjukan bahwa kesesuaian kawasan satu spot untuk dua kegiatan wisata (snorkeling dan selam) mempunyai nilai DDK yang beragam, sehingga tidak bisa menetapkan nilai tertinggi dan terendah berdasarkan stasiun, dan dapat diintepretasikan bahwa semakin besar suatu kawasan, maka semakin tinggi pula nilai daya dukungnya. Demikian pula sebaliknya, semakin kecil suatu kawasan maka semakin rendah pula nilai daya dukung yang dimiliki.Kata kunci : daya dukung, kesesuaian, komunitas karang, Teluk Buton
KAJIAN KONDISI TERUMBU KARANG DAN IKAN MENGGARU (Lutjanus decussatus) DI ZONA PEMUKIMAN DAN ZONA INTI KAWASAN TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU Dedy Eka Syaputra; Yusli Wardiatno; Ario Damar
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia Vol. 16 No. 2 (2009): Desember 2009
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.139 KB)

Abstract

Ikan Menggaru (Lutjanus decussatus) adalah kelompok kakap yang hidup berasosiasi dengan terumbu karang, yang merupakan ikan konsumsi dan bernilai ekonomis penting. Populasi ikan ini di Kawasan Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu terus menurun yang disebabkan oleh berbagai hal seperti penangkapan berlebih, kerusakan habitat, dan kurangnya strategi pengelolaan kawasan yang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji kondisi terumbu karang dan ikan menggaru dan keterkaitannya sehingga strategi pengelolaan yang baik dapat ditetapkan. Empat pulau yang berlokasi di zona yang berbeda dipilih sebagai lokasi penelitian, yang di setiap masing-masing pulau dilakukan pengamatan di dua (2) titik yang berbeda (kedalaman 3-5 m). Di kawasan pemukiman, Pulau Pramuka, dan Panggang dipilih sementara pada Zona Inti, dipilih lokasi perairan sekitar Pulau Kayu Angin Bira dan Belanda Pengamatan terumbu karang dilakukan dengan menggunakan teknik Line Intercept Transect (LIT), sementara observasi ikan menggaru dengan menggunakan teknik Underwater Visual Census (UVC). Sebanyak total 41 ekor ikan menggaru ditangkap sebagai sampel. Secara umum, kondisi perairan masih dalam kondisi baik untuk mendukung kehidupan terumbu karang. Kualitas penutupan terumbu karang relatif sedang dengan persen penutupan berkisar antara 34.86% dan 39.31%. Kelimpahan ikan menggaru di zona inti relatif lebih tinggi (180 ind/ha) jika dibandingkan dengan zona pemukiman (140 ind/ha). Beberapa aspek biologi yang dihasilkan dalam studi ini yaitu bentuk pertumbuhan ikan adalah alometrik, perbandingan seksual menunjukkan jantan lebih banyak dibandingkan betina, komposisi utama makanan adalah ikan dan krustasea, dan selama bulan Juni ketika studi ini dilakukan, ikan tidak dalam kondisi musim memijah. Lebih tingginya kelimpahan ikan di zona inti diasumsikan disebabkan oleh adanya dominasi tutupan karang branching di kawasan ini. Berdasarkan studi ini direkomendasikan untuk a) memelihara kondisi kualitas air di lokasi studi; b) mempercepat penutupan karang di zona pemukiman; c) melakukan pengawasan lebih intensif dan penegakan hukum di zona inti dari penangkapan ikan; dan d) membatasi ukuran ikan yang boleh ditangkap.Kata Kunci: ikan menggaru, karang keras, kelimpahan, strategi pengelolaan, terumbu karang
Distribusi Ukuran Spasial-Temporal dan Berdasarkan Tingkat Kematangan Gonad Rajungan (Portunus pelagicus Linnaeus 1758) di Teluk Lasongko, Buton Tengah, Sulawesi Tenggara Abdul Hamid; Yusli Wardiatno; Djamar T.F. Lumban Batu; Etty Riani
Journal Omni-Akuatika Vol 12, No 2 (2016): Omni-Akuatika November
Publisher : Fisheries and Marine Science Faculty - Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (857.817 KB) | DOI: 10.20884/1.oa.2016.12.2.101

Abstract

The aim of the study was to reveal spatial-temporal distribution of the blue swimming crab(Portunus pelagicus Linnaeus 1758) in terms of size and gonad maturity stage of both male andfemale. Sampling of crab was conducted with a gill net from April 2013 until March 2014 inLasongko Bay. Of the whole population the mean size of male was smaller than that of females.Spatially smaller crabs (juveniles and young ones) inhabited mostly inner side of the bay, whilemedium size crabs occurred in the middle part of the bay. Big crabs were mostly found in theouter side of the bay. In terms of time, big sise of male and female crabs were collected inperiod of October to November and September to March, respectively. Small size of male andfemale occurred in February to September and in April, respectively. Related to gonad maturity,the sizes of both sexes with mature stages were variable. Ovigerous female (OF) was presencewidely in the bay, but the size of ovigerous females living in the shallow part of the bay wassmaller than those living in the deeper part. Keywords: blue swimming crab, size distribution, carapace width, spatial-temporal, gonadmaturity 
Co-Authors . Ahyar . Erwyansyah . Zairion Abd Saddam Mujib Abdul Hamid Abdul Hamid Abukena, Safrudin La Abukena, Safrudin La Achmad Fahrudin Achmad Fahrudin Achmad Fahrudin Achmad Fahrudin ACHMAD FARAJALLAH Achmad Selamet Aku Aditiyawan Ahmad Aditya Herry Emawan Adrian Damora Agus A Hakim Agus Alim Hakim Agus Priyono Agustinus M Samosir Ahmad Muhtadi Akhmad Solihin Akrom Muflih Ali Mahsar Ali Mashar Ali Sarong Aliati Iswantari Alpinina Yunitha Ananingtyas S Darmarini Ananingtyas S Darmarini Anggoro Prihutomo Anna Rejeki Simbolon Anna Rejeki Simbolon Arie Prabawa Asep Sahidin Asep Sahidin Athifah Nurulhafidzah Audra Ligafinza Audra Nur Ayu Annisa Kumalah Bambang Sumartono Beni Beni Charles Parningotan Haratua Simanjuntak Chikarista Irfangi Claritha Madonsa Dafit Ariyanto Dafiuddin Salim Damar, Ario Daniel Djoko Setiyanto Daniel Djoko Setiyanto, Daniel Djoko Dedi Soedharma DEDI SOEDHARMA Dedy Eka Syaputra Dewi, Nina Nurmalia Dicky Rachmanzah Diding Sudira Efendi Dietriech Geoffrey Bengen Diini Fitriani Djamar Tumpal F. Lumbanbatu Dyah Muji Rahayu Erin R Nurulhayati Estri Octora Farmelia Etty Riani F Farlina Fifi Widjaja Firman Ali Rahman Fitriana Nazar Fitriani, Diini Fitrina Nazar Forcep Rio Indaryanto Forcep Rio Indaryanto Fredinan Yulianda Fredinan Yulianda Frijona Fabiola Lokollo Gatot Yulianto Gilang Rusrita Aida Gladys Peuru Gunawan Pratama Yoga Hadi Supardi Hadi Suryanto Hamdani Rachman Harpasis S. Sanusi Hartoni . Hartoni ., Hartoni Hawis H Madduppa Hefni Effendi Hendrik Sombo Heriansyah Herman Yulianto Herry Purnomo I Wayan Nurjana I Wayan Nurjaya Ibnul Qayim Ida Bagus Jelantik Swasta Iman Rusmana Inka Destiana Sapitri Irma Minarti Harahap Irza Arnita nur Isdradjad Setyobudiandi Isdradjad Setyobudiandi Isdradjad Setyobudiandi Isdradjad Setyobudiandi Isdradjat Setyobudiandi Ismudi Muchsin Ita Sualia Iya Purnama Sari Jeane Siswitasari Mulyana Jojok Sudarso Jojok Sudarso, Jojok Joko Santoso Kadarwan Soewardi Katarina Hesty Rombe Khouw, Abraham S Khouw, Abraham S Luisa Febrina Amalo Luk luk Il Maknuun Luky Adrianto Luluk Dwi Wulan Handayani Lusi Lastria Lusita Meilana Lydia Safriyani Marpaung M Mukhlis Kamal M Zainuri M. Tahmid Made Ayu Pratiwi Majariana Krisanti Majariana Krisanti Makoto Tsuchiya Mardiansyah Mardiansyah Marfian Dwidima Putra Martin Ali Iqbal Maulid Wahid Yusuf Mennofatria Boer Mintje Wawo Mohammad Mukhlis Kamal Muhamad Radifa Muhamad Suhaemi Syawal Muhammad Aly Muhammad Eidman Muhammad Nur Arkham Muhammad Rifqi Munti Yuhana Naila K Aini NAILA KHURIL AINI Nandy Kosmaryandi Nefi Islamiati Neviaty P Zamani Neviaty P Zamani Niken T.M Pratiwi, Niken T.M Niken Tunjung Murti Pratiwi Noar Muda Satyawan Novia Indah Kintani Nurhaya Afifah Nurlisa Butet, Nurlisa Peter Funch Poppy Yulianti Qadar Hasani Rachmad Caesario Rahadiati, Ati Rahman Rahman Rahmat Kurnia Raimundus Nggajo Raimundus Nggajo Rani Nuraisah Refa Riskiana Richardus F. Kaswadji Risa Tiuria Riska Febriana Rudi Alek Wahyudin Rudi Alek Wahyudin Sambas Basuni Setyo Handayani Setyo Handayani Shelly Tutupoho Sigid Hariyadi Siti Anindita Farhani Soewardi, Kadarwan Sutaman, Sutaman Sutrisno, Dewayany Syarviddint Alustco Taryono Kodiran Taslim Arifin Totok Hestirianoto Tri Partono Tri Prartono Tridoyo Kusumastanto Tyas Dita Pramesthy VELLA NURAZIZAH DJALIL Wahyu Muzammil Woro Anggraitoningsih Woro Anggraitoningsih, Woro Yoga, Gunawan Pratama Yonvitner - Yoyok Sudarso Yudi Wahyudin Yuni Puji Hastuti Yunita Magrima Anzani Yuyun Qonita Yuyun Sri Wahyuni Zeth Parinding ZETH PARINDING Zulfikar , Zulkifli Zulkifli