Claim Missing Document
Check
Articles

THE IMPROVEMENT OF SEMEN QUALITY AND TESTOSTERONE LEVEL OF BALI CATTLE AFTER PROSTAGLANDIN F2α ADMINISTRATION Eka Meutia Sari; Satria Tanjung; Dewi Ratna Sari; Muslim Akmal; Tongku Nizwan Siregar; Cut Nila Thasmi
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 13, No 4 (2019): December
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (269.178 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v13i4.14821

Abstract

This study aimed to determine the effect of prostaglandin F2α (PGF2α) administration on improving semen quality and testosterone levels on Bali cattle. This study used 3 Bali cattle aged 2, 3.5, and 5 years old. The sample used in this study was Bali cattle semen. In this study, the Latin Square Design was used with three different treatments were administered over three time periods. The treatments performed were P1 (5 mL physiological NaCl), P2 (25 mg prostaglandin), and P3 (37.5 mg prostaglandin) while treatment period was three weeks of treatment administration, which were 1st. 2nd, and 3rd week. Blood collected through coccygea vein 30 minutes after treatment to measure testosterone levels using enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) technique. Statistical analysis showed that PGF2α administration at a dose of 25 mg and PGF2α at a dose of 37.5 mg had no effect (P0.05) on volume, color, pH, consistency, concentration, and motility of Bali cattle spermatozoa. The volume of semen obtained from P1; P2; and P3 were 6.5±0.9; 6.3±0.6; and 6.2±1.2 mL, respectively. The color of the semen in P1, P2, and P3 were beige and milky white. The pH in groups P1; P2; and P3 were 6.7±0.6; 7.1±0.2; and 6.5±0.2, respectively. Spermatozoa concentration in P1; P2; and P3 were 1,328±96.43 x 106 cells/mL; 1,354±102.19 x 106 cells/mL; and 1,353.3±88.55 x 106 cells/mL, respectively. Spermatozoa motility in P1; P2; and P3 were 73.3±2.8%; 71.6±2.8%; and 73.3±2.8%, respectively. Testosterone levels in P1 and P3 were 5.05±0.22 and 6.74±1.38 ng/mL, respectively (P0.05). Based on the results of this study, it was concluded that the administration of PGF2α does not affect semen quality but can increase the level of testosterone on Bali cattle.
PERSENTASE BERAHI DAN KEBUNTINGAN KAMBING PERANAKAN ETTAWA (PE) SETELAH PEMBERIAN BEBERAPA HORMON PROSTAGLANDIN KOMERSIAL Hafizuddin Hafizuddin; Wenny Novita Sari; Tongku Nizwan Siregar; Hamdan Hamdan
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 5, No 2 (2011): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (249.136 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v5i2.366

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan efektivitas pemberian hormon prostaglandin komersial yang berbeda terhadap persentase berahi dan kebuntingan kambing peranakan ettawa. Kambing betina yang digunakan mempunyai kriteria umur 2,5-3,5 tahun, sehat, tidak bunting, minimal 2 bulan pasca partus, sudah pernah beranak, dan mempunyai bobot badan yang relatif sama. Di samping itu digunakan 2 ekor kambing jantan untuk membantu deteksi berahi. Hewan percobaan dibagi atas 3 kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri atas 5 ekor kambing. Kelompok perlakuan I diinjeksi dengan 2,5 ml Lutalyse (dinoprost tromethamine 5 mg/ml dan benzil alkohol 1,65%), kelompok perlakuan II diinjeksi dengan 0,5 ml Prostavet (etiproston 5 mg/2 ml dan ethylen dioxy 15 mg/2 ml), dan kelompok perlakuan III diinjeksi dengan 1,5 ml Capriglandin (dinoprost tromethamine 5,5 mg/ml dan benzil alkohol 12,0 mg/ml). Penyuntikan dilakukan 2 kali secara intramuskuler dengan interval 10 hari setelah penyuntikan pertama. Kambing-kambing yang memperlihatkan gejala berahi dikawinkan secara inseminasi buatan. Diagnosis kebuntingan dilakukan dengan menggunakan USG 30 hari setelah inseminasi. Data onset berahi dianalisis menggunakan analisis varian, sedangkan persentase berahi dan kebuntingan dianalisis secara deskriptif. Onset berahi ketiga kelompok perlakuan masing-masing adalah 40,8±0,57 36,0±0,57 dan 50,4±1,52 jam (P0,05). Persentase berahi pada ketiga kelompok adalah sama yakni 100%, sedangkan persentase kebuntingan pada kelompok I, II, dan III masing-masing adalah 100, 80, dan 60%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa onset dan persentase berahi tidak dipengaruhi oleh ketiga prostaglandin komersial yang berbeda tetapi berpengaruh terhadap persentase kebuntingan kambing PE.
PROFIL HORMON ESTROGEN DAN PROGESTERON PADA SIKLUS BERAHI KAMBING LOKAL (Estrogen and Progesterone Profile in Aceh Local Goat Estrous Cycle ) Tongku Nizwan Siregar
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 3, No 2 (2009): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (123.665 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v3i2.3827

Abstract

The aim of this research was to find out the normal estrogen and progesterone profile in local goat estrous cycle.  Five female Aceh local goats which the criteria clinically in good condition, have been giving birth before, 1.5-3.0 years old, and showed minimal twice regularly estrous cycle. All samples were synchronized with 0.5 ml cloprostenol (Estrone, Bioveta) using randomly infection pattern. The data obtained were analyzed descriptively. Blood serum was collected for examination of estrogen and progesterone content on 0, 7, 14, and 21 day of estrous cycle (day 0 of estrous cycle). Hormone analysis was conducted using ELISA. The results showed that estrogen and progesterone profile on day 0, 7, 14, and 21 were 62.21; 28.61; 29.84; 79.89 pg/ml and 0.0; 8.6; 14.7; 0.0 ng/ml respectively.Keywords: estrogen, progesterone, estrous cycle, Aceh local goats
PERBANDINGAN INTENSITAS BERAHI SAPI ACEH YANG DISINKRONISASI DENGAN PROSTAGLANDIN F2 ALFA DAN BERAHI ALAMI Hafizuddin Hafizuddin; Tongku Nizwan Siregar; Muslim Akmal; Juli Melia; Husnur rizal; Teuku Armansyah
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 6, No 2 (2012): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.871 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v6i2.296

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan intensitas berahi sapi aceh antara yang disinkronisasi berahi dengan prostaglandin F2 alfa (PGF2α) dan berahi alami. Dalam penelitian ini digunakan 20 ekor sapi aceh betina yang dibagi atas dua kelompok. Kriteria sapi yang digunakan adalah umur 5-8 tahun, mempunyai bobot badan 150-250 kg, dan mempunyai minimal dua siklus reguler. Sapi yang digunakan mempunyai skor kondisi tubuh dengan kriteria baik, yaitu 3 atau 4 pada skala skor 5. Pada Kelompok I (KI) sapi disinkronisasi berahi mengunakan PGF2α sebanyak 5 mg/ml secara intramuskular. Pada kelompok II (KII) sapi dibiarkan memperlihatkan gejala berahi alami. Penilaian intensitas berahi dilakukan dengan memberi skor 1, 2, dan 3, berdasarkan kriteria yang dibuat oleh Kune dan Solihati (2007). Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan intensitas berahi sapi aceh baik yang disinkronisasi berahi dengan PGF2α dan sapi yang mengalami berahi alami dengan skor intensitas berahi masing-masing adalah 2,40±0,84 dan 2,70±0,48.
DETECTION OF SERUM MACRO MINERALS CONCENTRATION IN REPEAT BREEDING ACEH CATTLE Cut Nila Thasmi; Husnurrizal Husnurrizal; Muslim Akmal; Sri Wahyuni; Tongku Nizwan Siregar
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 14, No 2 (2020): June
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (209.373 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v14i2.16543

Abstract

The purpose of this study was to determine the macro minerals concentration in serum of repeat breeding (RB) Aceh cattle. In this study 16 Aceh cattle were examined; they consisted of 7 fertile Aceh cattle (P1) and 9 Aceh cattle with RB (P2), all of which were 3-8 years old with abody condition score (BCS) of 3-4. Serum collection was carried out for examining the level of serum minerals, including magnesium, phosphorus, sodium, potassium, chloride, and calcium. Data was analysed using T-test. The levels of magnesium, phosphorus, sodium,potassium, chloride, and calcium in P1 vs P2 were 2.18±0.60 vs. 2.20±0.34 mg/dL; 6.18±1.34 vs. 6.48±0.74 mg/dL; 142.71±5.09 vs.142.44±2.29 mmol/L; 4.81±0.76 vs. 4.76±0.51 mmol/L; 104.57±4.35 vs. 107.67±7.36 mmol/L; and 9.07±0.45 vs. 9.90 ± 0.60 mg/dL (P0.05), respectively. It was concluded that the concentration of serum macro minerals do not affect the incidence of RB in Aceh cattle.
PEMBERIAN EKSTRAK VESIKULA SEMINALIS MENINGKATKAN KUALITAS SPERMATOZOA TETAPI TIDAK MEMENGARUHI KONSENTRASI SPERMATOZOA DAN TESTOSTERON TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) Tongku Nizwan Siregar; Muslim Akmal; Sri Wahyuni; Hermawaty Tarigan; Mulyadi M; Idawati Nasution
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 8, No 2 (2014): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.635 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v8i2.2620

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian ekstrak vesikula seminalis terhadap kualitas spermatozoa dan konsentrasi testosteron tikus putih (Rattus norvegicus). Dalam penelitian ini digunakan 20 ekor tikus putih jantan dewasa, galur Wistar, berumur 3 -4 bulan, berat badan 250-300 g dan dibagi menjadi 4 kelompok (K1, K2, K3, dan K4), masing-masing kelompok berturut-turut diberikan 0,2 ml NaCl fisiologis, 25 μg cloprostenol, 0,2 ml ekstrak vesikula seminalis (EVS), dan 0,4 ml EVS secara intraperitoneal. Pada akhir perlakuan, seluruh tikus dikorbankan secara dislocatio cervicalis. Selanjutnya, kauda duktus epididimis dinekropsi untuk dikoleksi spermatozoanya. Pemeriksaan kualitas spermatozoa, meliputi motilitas dan konsentrasi spermatozoa. Pemeriksaan konsentrasi testosteron serum darah dilakukan menggunakan teknik enzymelinked immunosorbant assay (ELISA). Motilitas dan konsentrasi (x10 6 ) spermatozoa pada kelompok K1; K2; K3; dan K4 masingmasing adalah 3,00±0,00; 3,20±0,28; 2,00±0,86; dan 3,20±0,28 dan 146,60±71,90; 187,80±60,80; 124,20±64,70; dan 129,40±27,07. Konsentrasi testosteron pada kelompok K1; K2; K3; dan K4 masing-masing adalah 5,53+1,75; 4,68+4,56; 2,51+1,33; dan 2,40+1,60 ng/ml. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian EVS mampu meningkatkan motilitas spermatozoa tetapi tidak memengaruhi konsentrasi spermatozoa dan testosteron serum darah tikus putih.
DIAGNOSIS KEBUNTINGAN DINI PADA KAMBING KACANG (Capra sp.) MENGGUNAKAN ULTRASONOGRAFI TRANSKUTANEUS (Early Pregnancy Diagnosis in Dwarf Goat (Capra sp.) by Transcutaneous Ultrasonography) Arman Sayuti; Juli Melia; Ira Khubairoh Marpaung; Tongku Nizwan Siregar; Syafruddin S; Amiruddin A; Budianto Panjaitan
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 10, No 1 (2016): March
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.813 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v10i1.3373

Abstract

This research aimed to determine the optimum time for early pregnancy diagnosis in dwarf goat by trancutaneous ultrasonography and to determine ultrasonography imaging of dwarf goat pregnancy since insemination until embryo formation. Animal used in this research were 3 productive female goats with normal estrus cycle and 1male goat. The female goats were kept in separation pen from the male goat. The grasses were fed three times a day and additional feed were fed in the morning and afternoon with the water was given ad libitum. The goats were synchronized with intramuscular double injection of 1 ml estron®/each female goat with 11 days interval. The observation of estrus was examined using male goat following the second injection of estron®. The sign of estrus in female goats were characterized with standing immobile and allow the male goat to mount them. If the signs had been evident, the female goats were naturally mated. Pregnancy was determined by the presence of the embryonic vesicle by isoechogenic until hyperechogenic visualization surrounded by hypoechogenic of the embryonic fluid. The result of the transcutaneous ultrasonography in dwarf goat pregnancy showed the presence of embryonic vesicle on day 14 and embryo with isoechogenic visualization was detected on day 24 of pregnancy.Key words: dwarf goat, early pregnancy, transcutaneous ultrasonography
PENINGKATAN AKTIVITAS LUTEOLITIK SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK VESIKULA SEMINALIS SAPI PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) Rahmandi r; Tongku Nizwan Siregar; Muslim Akmal; Teuku Armansyah; Syafruddin s
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 7, No 1 (2013): March
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (466.505 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v7i1.576

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian ekstrak vesikula seminalis terhadap penurunan konsentrasi progesteron serta diameter korpus luteum pada tikus putih. Dalam penelitian ini digunakan 30 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) betina dewasa, galur Wistar, berumur 3-4 bulan dengan berat badan antara 200-250 g dan dibagi atas dua kelompok (K1 dan K2) masing-masing diberi 25 μg cloprostenol dan 0,2 cc ekstrak vesikula seminalis secara intravaginal pada hari ke-7 kebuntingan. Tiga ekor tikus masing-masing kelompok dibunuh pada jam ke-0, 3, 6, 12, dan 26. Pemeriksaan progesteron dilakukan menggunakan metode enzymelinkedimmunosorbantassay (ELISA). Konsentrasi progesteron pada kelompok perlakuan PGF2α dan ekstrak vesikula seminalis pada lima periode waktu pengukuran yakni jam ke-0, 3, 6, 12, dan 26 memperlihatkan perbedaan yang signifikan (P0,05). Ekstrak vesikula seminalis mempunyai kemampuan yang sama dengan PGF2α komersial dalam menurunkan diameter korpus luteum yang ditandai secara mikroskopis dengan berkurangnya vaskularisasi darah menuju ovarium (P0,05). Disimpulkan bahwa ekstrak vesikula seminalis mempunyai kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan PGF2α komersial dalam menurunkan konsentrasi progesteron tikus putih dan mempunyai kemampuan yang sama dengan PGF2α komersial dalam menurunkan diameter CL.
PEMBERIAN EKSTRAK EPIDIDIMIS BERPOTENSI MENINGKATKAN KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING JANTAN LOKAL Muslim Akmal; Tongku Nizwan Siregar; Sri Wahyuni; Muhammad Hambal; Sugito S; Amiruddin A; Syafruddin S; Roslizawaty R; Zainuddin Z; Mulyadi Adam; Gholib G; Cut Dahlia Iskandar; Rinidar R; Nuzul Asmilia; Hamny H; Joharsyah J; Suriadi S
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 9, No 2 (2015): September
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.3 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v9i2.2839

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian ekstrak epididimis (EE) terhadap peningkatan kualitas spermatozoa kambing jantan  lokal. Dalam penelitian ini digunakan 12 ekor kambing jantan lokal, berumur 1,5 tahun dengan bobot badan 10-15 kg dan dibagi atas empat kelompok (K0, KP1, KP2, dan KP3). Kelompok K0, hanya diinjeksi dengan NaCl fisiologis sedangkan kelompok KP1, KP2, dan KP3 diinjeksi EE masing-masing 1, 2, dan 3 ml/ekor selama 13 hari berturut-turut. Pada hari ke-14, dilakukan pengambilan semen kambing dengan elektroejakulator dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan kualitas spermatozoa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian EE dengan dosis 1 dan 3 ml/ekor EE selama 13 hari berturut-turut menyebabkan peningkatan kualitas spermatozoa dibanding kelompok kontrol. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa EE berpotensi meningkatkan kualitas spermatozoa pada kambing jantan lokal.
INHIBIN B MENURUNKAN KONSENTRASI FOLLICLE STIMULATING HORMONE (FSH) PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus): UPAYA PENGEMBANGAN KONTRASEPSI HORMON PRIA BERBASIS PEPTIDA Muslim Akmal; Aulanni’am A; M. Aris Widodo; Sutiman B. Sumitro; Basuki B. Purnomo; Tongku Nizwan Siregar; Muhammad Hambal; Amiruddin A; Syafruddin S; Dwinna Aliza; Arman Sayuti; Mulyadi Adam; T. Armansyah; Erdiansyah Rahmi
Jurnal Kedokteran Hewan Vol 9, No 1 (2015): March
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (213.745 KB) | DOI: 10.21157/j.ked.hewan.v9i1.2788

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui efek injeksi inhibin B terhadap penurunan konsentrasi follicle stimulating hormone (FSH) di dalamserum pada tikus putih (Rattus norvegicus). Dalam penelitian ini digunakan 24 ekor tikus putih berjenis kelamin jantan dengan strain Wistar berumur 4 bulan dengan bobot badan 150-200 g. Tikus-tikus dikelompokkan secara acak ke dalam 4 kelompok, yaitu KK0, KP1, KP2, dan KP3, masing-masing kelompok terdiri atas 6 ekor. Kelompok KK0 merupakan kelompok kontrol hanya diinjeksi dengan phosphate buffer saline (PBS), sedangkan kelompok KP1, KP2, dan KP3 diinjeksi dengan inhibin B dengan dosis berturut-turut 25, 50, dan 100 pg/ekor. Injeksi inhibin B dilakukan secara intraperitoneum sebanyak 5 kali selama 48 hari dengan interval waktu 12 hari. Injeksi pertama inhibin B dilarutkan dengan0,05 ml PBS dan 0,05 ml Freud’s complete adjuvant (FCA). Injeksi kedua sampai kelima, inhibin B dilarutkan dengan 0,05 ml PBS dan 0,05 ml Freud’s incomplete adjuvant (FICA). Pada hari ke-6 setelah injeksi inhibin B terakhir, tikus dikorbankan secara dislocatio cervicalis,lalu darah dikoleksi langsung dari jantung dan didiamkan hingga didapatkan serum untuk pemeriksaan konsentrasi FSH dengan menggunakan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa injeksi inhibin B dengan dosis 100 pg/ekor menurunkan konsentrasi FSH secara nyata (P0,05) bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berdasarkan hal tersebut, inhibin B berpeluang untuk dikembangkan sebagai kandidat kontrasepsi pria hormon berbasis peptida.
Co-Authors Abdul Harris Adhea Prestiya Aisyah Fadillah Tunnisa Al Azhar Al-Azhar - Amalia Sutriana Amiruddin - Amiruddin A Amiruddin A Andre Afriadi Rahman Anwar Anwar Arie Febretrisiana Aris munandar Arman Sayuti Arman Sayuti Aulanni'am, Aulanni'am Azhari A Azhari Azhari Bagus Setyawan Basuki B. Purnomo Budianto Panjaitan Budianto Panjaitan Budianto Panjaitan Budianto Panjaitan Budianto Panjaitan Citra Chyntia Helwana Cut Dahlia Iskandar Cut Nila Thasmi Cut Nila Thasmi Cut Nila Thasmi Daffa Gustia Putra Akbar Dasrul Dasrul Dasrul Dasrul Delli Lefiana Dewi Ratna Sari Dian Masyitah Dian Nurcahaya Dwinna Aliza Dwinna Aliza Eka Meutia Sari Eka Meutia Sari Elfi Satria Suryani Erdiansyah Rahmi Erdiansyah Rahmi Fadli A. Gani Farida Athaillah Fuza Khoiriah Gholib Gholib Ginta Riady Ginta Riady Hafizuddin Hafizuddin Hafizuddin Hafizuddin Hafnati Rahmatan Hamdan . Hamdan h Hamdan H Hamdan Hamdan Hamdan Hamdan Hamdan Hamdan Hamny Sofyan Hasanuddin Hasanuddin Hermawaty Tarigan Herrialfian . Herrialfian Herrialfian Husnur rizal Husnurrizal . Husnurrizal Husnurrizal Husnurrizal Husnurrizal Idawati Nasution Iin Agustina Indah Kesuma Siregar Ira Khubairoh Marpaung Jalaluddi J Jalaluddin - Joharsyah J Juli Melia Juli Melia Ketut Adnyane Mudite Khairil Khairil Lilis Suryani M. Aris Widodo Mahdi Abrar Mahdi Abrar Mauridatun Ramli Mefrianti Efendi Muhammad Adlim Muhammad Hambal Muhammad Hambal Muhammad Jalaluddin Muhammad Rifki Mulkan Mulkan Mulyadi Adam Mulyadi Adam Mulyadi Adam Mulyadi Adam Mulyadi M Muslim Akmal Muslim Akmal Muslim Akmal Muslim Akmal Nanda Yulian Syah Nazaruddin Nazaruddin Nellita Meutia Novi Afriani Nur Afriani Nur Novika Ayuni Rambe Nuzul Asmilia R Roslizawaty Rahmandi r Raihatul Jannah Rasmaidar . Rasmaidar Rasmaidar Razali Daud Razali Daud Razali Razali Reni Ayunanda Riani Desky Rinidar R Roslizawaty R Roslizawaty Roslizawaty Rusli Sulaiman S Syafrudddin S Syafruddin Saifan Nur Satria Tanjung Siti Rizki Hardyana Siregar Sri Wahyuni Sri Wahyuni Sri Wahyuni Sri Wahyuni Sri Wahyuni Srihadi Agungpriyono Sugito Sugito Sugito Sugito Suriadi S Susi Darmayanti Sutiman B. Sumitro Syafruddin - Syafruddin S Syafruddin S Syafruddin Syafruddin Syafruddin Syafruddin Syafruddin Syafruddin T. Armansyah T. Armansyah Teuku Armansyah Teuku Armansyah Tria Deviana Putri Wahyuni, Sri Wenny Novita Sari Wida Puspita Arum Yezi Gita Rahayu Yusmadi Yusmadi YUSRA YUSRA Zainuddin Z ZK Abdurahman Baizal Zuhrawati Zuhrawati Zulkifli Z Zuraidawati -