Latar Belakang :Rehabilitas NAPZA adalah rehabilitasi yang meliputi pembinaan fisik, mental, sosial, pelatihan keterampilan, dan resosialisasi serta pembinaan lanjut bagi para mantan pengguna NAPZA agar mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Pelayanan rehabilitasi dirancang untuk meningkatkan proses perbaikanklien yang mengalami gangguan mental dalam mengontrol gejala yang ditimbulkan. Tujuan : Mengetahui bagaimana gambaran mekanisme koping pecandu NAPZA yang menjalani rehabilitasi di Wisma Sirih Rumah Sakit Khusus Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2013 Metode Penelitian:Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dimana data diperoleh menggunakan pedoman wawancara (in depth interview) dengan jumlah partisipan tiga orang yang sesuai dengan kriteria inklusi. Hasil wawancara akan dikategorikan sehingga terbentuklah tema-tema. Hasil Penelitian : Hasil dan pembahasan penelitian yaitu partisipan berjumlah tiga orang menunjukan beberapa faktor yang mempengeruhi koping seperti dukungan keluarga, dukungan konselor dan dukungan orang lain serta lingkungan sekitarnya. Mekanisme koping yang digunakan oleh ketiga partisipan yaitu denial dan proyeksi. Hal ini terlihat dari penolakan dan rasa marah saat pertama kali berada di wisma dan setelah proses rehabilitasi berjalan ketiga partisipan mampu menjalani proses rehabilitasi. Kesimpulan : Dengan adanya dukungan keluarga, konselor, orang lain dan lingkungan, akan menciptakan koping yang adaptif, sehingga selama partisipan menjalani rehabilitasi semakin efektif dan efisien.