Articles
PENGEMBANGAN MICRO SKILLS SEBAGAI PENGUATAN KOMPETENSI PENDIDIK SEBAYA DAN KOSELOR SEBAYA PIK-KRR
Istiqomah, Istiqomah
INSIGHT: JURNAL PEMIKIRAN DAN PENELITIAN PSIKOLOGI Vol 11, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1207.889 KB)
|
DOI: 10.32528/ins.v11i1.306
Salah satu peran dan tugas PIK-M adalah memberikan layanan konseling.Pendidik sebaya diharapkan memiliki keterampilan berkomunikasi yang tujuannyadapat memberikan penyuluhan atau melakukan edukasi kepada remaja. Konselorsebaya, selain memiliki keterampilan komunikasi, juga diharapkan telah memilikiketerampilan konseling. Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh anggotaPIK-M menjadi salah satu indikator untuk membantu tugas anggota PIK-M dalammemberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan remaja, sehinggadiharapkan dapat berdampak kepada perilaku remaja dalam menjaga kesehatanreproduksi mereka.Pelatihan micro skills ini mengacu pada program basic attending skillsyang merupakan metode untuk mengajarkan cara-cara membangun hubungandengan orang lain. Basic attending skills didesain untuk memfasilitasi konselordengan pemahaman dan kompetensi fundamental untuk konselor pemula.Kompetensi-kompetensi dasar tersebut adalah: 1) Attending behavior, 2) Openinvitation to talk, 3) Minimal encourage, 4) Paraphrase, 5) Responding to feelingsand emotion, 6) Summarization, 7) Leading (indirect leading, direct leading,focussing).
LAYANAN KESEHATAN MENTAL DI PUSKESMAS : APAKAH DIBUTUHKAN?
Mawarpury, Marty;
Sari, Kartika;
Safrina, Lely
INSIGHT: JURNAL PEMIKIRAN DAN PENELITIAN PSIKOLOGI Vol 13, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (172.731 KB)
|
DOI: 10.32528/ins.v13i1.578
Pada masa berlakunya konflik di Aceh, terutama masyarakat yang langsung bersentuhan dengan konflik mengalami kekerasan dalam berbagai bentuk. Konflik selama lebih dari tiga dekade telah menunjukkan adanya ekses terhadap gangguan mental penyintas konflik. Salah satu rekomendasi dari hasil temuan pada penelitian asesmen kebutuhan psikosisal masyarakat Aceh tahun 2007 adalah kebutuhan investasi berkelanjutan dalam pengembangan jangka panjang sistem kesehatan dan kesehatan mental di Aceh. Kesehatan psikologis menjadi kebutuhan masyarakat, mengingat kesehatan fisik dan psikis menentukan kualitas hidup dan produktivitas individu. Kebutuhan ini telah dianalisis dan dilaksanakan oleh beberapa kota besar di Indonesia, salah satunya Yogyakarta dengan menempatkan layanan psikologi pada pusat layanan kesehatan dasar (Puskesmas), sehingga jangkauan pelayanan kesehatan mental semakin luas serta sistem rujukan dan diagnosis pasien dapat sesuai dengan tahapan seperti pada pelayanan kesehatan fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah dalam pelayanan kesehatan mental masyarakat di Aceh. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, penelitian ini berlokasi di Aceh Utara. Pengambilan data dilakukan dengan interview petugas kesehatan di puskesmas dan diskusi kelompok pada masyarakat. Analisis data menghasilkan gambaran layanan kesehatan mental di Puskesmas.Kata kunci: Pelayanan kesehatan mental, Puskesmas, Aceh Utara
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP BUDAYA ORGANISASI DENGAN KECENDERUNGAN MUNCULNYA ORGANIZATION CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) DI STASIUN BESAR B JEMBER PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAOP IX JEMBER
Widayanti, Ari;
Noervita, Lilla
INSIGHT: JURNAL PEMIKIRAN DAN PENELITIAN PSIKOLOGI Vol 9, No 2 (2013)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (957.957 KB)
|
DOI: 10.32528/ins.v9i2.287
Persepsi karyawan terhadap budaya organisasi adalah suatu proses yangdilakukan individu untuk menafsirkan dan memberikan makna atau kesannyaterhadap serangkaian nilai-nilai, norma, dan kebiasaan yang dianut olehorganisasi. Individu dalam organisasi memungkinkan untuk memiliki 2 macampersepsi yaitu persepsi positif dan persepsi negatif. Organization CitizenshipBehavior (OCB) merupakan kontribusi yang mendalam dari individu yangmelebihi tuntutan peran di tempat kerja. Organization Citizenship Behavior(OCB) melibatkan perilaku meliputi perilaku menolong orang lain, menjadivolunteer untuk tugas-tugas ekstra, patuh terhadap aturan dan prosedur di tempatkerja.Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubunganantara persepsi karyawan terhadap budaya organisasi dengan kecenderunganmunculnya OCB pada PT. KAI (Persero) DAOP IX Stasiun B Jember. Jumlahpopulasi sebanyak 60 karyawan, sebanyak 30 sampel digunakan dalam proses ujicoba, dan sisanya sebanyak 30 sampel digunakan untuk pengambilan datapenelitian.Berdasarkan analisis korelasi dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0for windows menunjukkan bahwa koefisien korelasi (rxy) = 0,393 dan p = 0,032,berarti hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa âada hubungan yangsignifikan antara persepsi budaya organisasi dengan kecenderungan munculnyaOCBâ dapat diterima. Hasil analisis korelasi r = 0,393 dapat diartikan bahwaterdapat hubungan yang agak rendah antara persepsi budaya organisasi dengankecenderungan munculnya OCB.
SPIRITUALITAS PEREMPUAN DALAM PENJARA
Istiqomah, Istiqomah
INSIGHT: JURNAL PEMIKIRAN DAN PENELITIAN PSIKOLOGI Vol 11, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1142.084 KB)
|
DOI: 10.32528/ins.v11i2.315
Lapas sebagai satu sistem sosial pada akhirnya, menjadi sistem sosial yangpaling pincang, disalahpahami, dan tak terlihat. Khususnya terkait perempuandalam penjara. Oleh karenanya tatanan hukum penting ditata ulang untukmenemukan kebutuhan dasar perempuan dalam penjara, yang pada dasarnyacukup berbeda dengan kebutuhan dasar laki-laki.Penelitian ini bertujuan menggambarkan sebuah kasus terkait spiritualitasperempuan di penjara. Metode pengumpulan mempergunakan wawancara semiterstruktur, observasi, dokumen kasus, dan catatan lapangan. Subjek penelitianadalah perempuan, menikah dengan dua orang anak, dan tengah menjalani vonispenggelapan selama 7 bulan penjara. Studi kasus ini digambarkan denganmenggunakan kerangkan teori perkembangan psikologis perempuan (Theorys ofWomen Psychological Development).Nilai-nilai spiritualitas pada subjek dapat digambarkan dalam munculnyakesadaran bahwa hukuman merupakan pelajaran dari Allah SWT. Pelajaranmendasar yang dirasakan adalah pentingnya tanggungjawab dan kejujuran. Subjekmulai mengembangkan hubungan yang lebih terbuka dan kepekaan yangmutualistik dengan suaminya. Hal ini dapat menjadi landasan bagi psychologicalwell-being subjek kedepan.
PSYCHOLOGICAL NEEDS DAN PARENTAL ATTITUDES PADA IBU MUDA YANG MENIKAH DINI
Istiqomah, Istiqomah
INSIGHT: JURNAL PEMIKIRAN DAN PENELITIAN PSIKOLOGI Vol 12, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.32528/ins.v12i1.329
Pemenuhan kebutuhan psikologis yang tidak optimal dapat berpengaruhpada sikap orangtua terhadap anak mereka. Kurang optimalnya proses pengasuhanakan mengakibatkan konsekuensi negatif di kedua sisi, ibu dan anak, bahkankeluarga.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemenuhankebutuhan psikologis terhadap pengembangan sikap orangtua pada perempuanyang menikah dini. Penelitian yang dilakukan di Kabupaten Kalisat Jember.Datamengumpulkan dengan menggunakan BNS dan FIQ kuesioner. Teknik analisisyang digunakan dalam penelitian ini, analisis regresi linear.Uji hipotesis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pemenuhankebutuhan psikologis sikap orangtua dari ibu-ibu muda yang menikah dini di DesaKalisat (F = 1,967, p <0,000). Sumbangan efektif pemenuhan kebutuhanpsikologis terhadap sikap orangtua sebesar 2,9%.Hasil ini menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan psikologis ibu-ibumuda yang menikah dini berpengaruh sebesar 2,9% pada pengembangan sikaporangtua terhadap anak-anak mereka, utamanya dalam proses pengasuhan.
PERAN PARENTING BERBASIS MASYARAKAT DALAM MENGEMBANGKAN KESIAPAN SEKOLAH ANAK
Istiqomah, Istiqomah
INSIGHT: JURNAL PEMIKIRAN DAN PENELITIAN PSIKOLOGI Vol 10, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (954.63 KB)
|
DOI: 10.32528/ins.v10i2.295
Kesiapan sekolah pada anak membutuhkan adanya kesiapan pada tigakomponen, yaitu: 1) kesiapan anak; 2) kesiapan sekolah untuk anak-anak; dan 3)kesiapan keluarga dan lingkungan mereka. Komponen kesiapan pada keluargadan lingkungan secara potensial dapat dilakukan oleh keluarga khususnya sertaperan serta dari PAUD dan POSYANDU. Permasalahan yang ditemui di DusunSumber Ayem adalah: 1) proses komunikasi guru, kader, dan orang tua terkaitparenting belum dimasukkan dalam kegiatan, karena ketiadaan tenaga terlatih; 2)kader kesehatan dan guru PAUD belum terlatih dalam hal pengembanganketerampilan parenting maupun keterampilan untuk mendampingi, melatih, danberkomunikasi dengan orang tua terkait proses parenting untuk menyiapkan anakmatang secara sosio-emosional saat masuk sekolah; 3) belum ada wadahpengembangan pengetahuan dan keterampilan tentang parenting baik bagi orangtua, kader, maupun guru. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk memfasilitasipembentukan program pengasuhan berbasis masyarakat. Tujuan dari pelatihanadalah: 1) tenaga kesehatan dan guru dilatih untuk membantu orang tua dalamproses pengasuhan; 2) sosialisasi bagi orang tua mengenai pemahaman tentangkesiapan sekolah anak; 3) tersedianya wadah di masyarakat yang mandiri dapatmengembangkan keterampilan orang tua. Metode yang digunakan adalahpelatihan bagi orang tua, guru, dan kader. Pelaksanaan pelatihan dilakukan dalambeberapa tahap dengan hasil sebagai berikut: 1) tersosialisasinya caraberkomunikasi yang efektif antara anak, orang tua, dan guru gunamengembangkan kesiapan sekolah pada anak; 2) tersusunnya programpembelajaran berbasis kesiapan sekolah pada PAUD; 3) terbentuk tiga kelompokkelas parenting di Posyandu.
PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN IBU REMAJA MELALUI PENGUATAN KELOMPOK PENDUKUNG/SWA BANTU
Istiqomah, Istiqomah
INSIGHT: JURNAL PEMIKIRAN DAN PENELITIAN PSIKOLOGI Vol 12, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (559.492 KB)
|
DOI: 10.32528/ins.v12i2.335
Ibu remaja sejatinya masih berada dalam rentang usia menuntaskanpengembangan kemandirian sebagai seorang remaja. Namun peran baru sebagaiseorang ibu pada akhirnya memaksa mereka untuk menyegerakan proses ini.Tidak jarang proses adaptasi ini mengalami ketidakberhasilan untuk penuhi. Padaakhirnya peran sebagai ibu dialihkan kepada nenek atau keluarga besar. Hal inilahyang menjadi persoalan yang penting untuk dipahami dalam penelitian ini.Berdasarkan gambaran persoalan yang dihadapi ibu remaja terkaitkemandirian, kegiatan ini bertujuan: 1) Membantu ibu remaja mengenali levelkemandiriannya, khususnya dalam merencanakan arah pengembangan diri., 2)Membantu ibu remaja mengenali dampak kemandiriannya dalam prosespengasuhan.Pelaksanaan kelompok swa bantu pada ibu remaja ini dilakukan olehseorang konselor dan 2 (dua) orang ko-konselor. Sasaran kegiatan ini adalah ibuiburemaja di Kecamatan Kalisat yang aktif dalam kegiatan Posyandu di desamereka. Kegiatan Posyandu di Kecamatan Kalisat masih belum menyentuh aspeksosio-emosional masyarakat, mengingat kondisi latar belakang pendidikan,maraknya pernikahan dini, dan kurangnya tenaga terlatih. Kegiatan kelompok swabantu dilakukan di Posyandu Dahlia 28, Dusun Jambuan Desa Plalangan.Posyandu Dahlia 28 dpilih berdasarkan masukan dari Bidan dan kader, karenakader setempat yang masih kurang terampil dalam berkomunikasi, sehingga masihmembutuhkan pendampingan dalam memberikan informasi kepada ibu remaja.Pada akhir kegiatan ibu remaja menyampaikan bahwa mereka menjadimengerti keterkaitan antara kedekatan yang terbangun dengan anak akanmendasari pengembangan kemandirian pada kedua belah pihak, baik ibu remajamaupun anak mereka sejalan dengan tumbuh kembangnya. Sementara dari pihakbidan dan kader menyampaikan kegiatan ini penting dilakukan, mengingatpermasalahan kemandirian memang dirasakan berdampak negatif terhadap prosespenyuluhan maupun pembinaan ibu remaja dalam kegiatan Posyandu.
PENGARUH LAYANAN KONSELING KELOMPOK TERHADAP RELIGIUSITAS SISWA MTsN ARJASA JEMBER
Mulyadi, Mulyadi;
Istiqomah, Istiqomah
INSIGHT: JURNAL PEMIKIRAN DAN PENELITIAN PSIKOLOGI Vol 13, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (193.763 KB)
|
DOI: 10.32528/ins.v13i1.582
Penelitian ini dilakukan di MTsN Arjasa Jember. Masalah yang dikaji adalah upaya sekolah dalam meningkatkan religiusitas siswa MTsN Arjasa melalui layanan konseling kelompok. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh layanan konseling kelompok sebagai upaya sekolah untuk meningkatkan religiusitas siswa.Metode pengumpulan data yang digunakan adalah skala psikologi, yaitu skala konseling kelompok dan skala religiusitas siswa dengan jenis skala Summerated Rating, atau lebih dikenal dengan skala Likert. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 75 siswa kelas VII dan VIII. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi sederhana untuk mengetahui pengaruh konseling kelompok terhadap religiusitas siswa.Berdasarkan analisa data penelitian ditemukan adanya pengaruh layanan konseling kelompok terhadap religiusitas siswa dengan kontribusi sebesar 8,8%. Serta terdapat faktor lain yang berpengaruh cukup besar terhadap religiusitas remaja diantaranya, yaitu: faktor keluarga merupakan faktor paling dominan mempengaruhi religiusitas remaja. Selain itu, faktor pengalaman dan faktor kebutuhan terhadap agama juga dapat berpengaruh dalam mengembangkan religiusitas siswa. Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data diketahui tingkat religiusitas yang dimiliki siswa MTsN Arjasa tergolong tinggi yaitu sebesar 78,7% sedangkan siswa yang memiliki tingkat religiusitas sedang sebesar 21,3%. Temuan lain dalam penelitian ini adalah bahwa remaja dapat lebih mengembangkan religiusitas mereka, diantaranya dengan memperdalam ilmu agama, bersungguh-sungguh dalam kegiatan keagamaan, seperti pengajian dan sholat berjamaah.Kata Kunci: Konseling kelompok, religiusitas siswa.
MENGEMBANGKAN KEPEKAAN SCHOOL READINESS PADA GURU PAUD
Istiqomah, Istiqomah
INSIGHT: JURNAL PEMIKIRAN DAN PENELITIAN PSIKOLOGI Vol 10, No 1 (2014)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1165.155 KB)
|
DOI: 10.32528/ins.v10i1.291
Pola komunikasi antara guru dan siswa adalah pola komunikasi antarpribadi atau interpersonal communication. Hal ini sesuai dengan yangdiungkapkan oleh Pace bahwa âinterpersonal communication is communicationinvolving two or more people in a face to face settingâ. Jadi dalam settingpendidikan sekalipun, kemampuan komunikasi interpersonal menjadi sangatpenting untuk dapat dipahami dan dikuasai oleh mereka yang mempunyai profesiyang berhubungan dengan orang lain, misalnya seorang pendidik atau guru(Rozaq, 2012).Mencermati permasalahan diatas, penting untuk kemudian mendapatkangambaran pemahaman guru tentang kesiapan sekolah (school readiness).Berangkat dari gambaran pemahaman tersebut, kita dapat mengembangkanbentuk intervensi yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan pemahaman danketerampilan guru dalam mendampingi anak menjadi siap sekolah (schoolreadiness).Pelatihan ini bertujuan untuk: 1) Meningkatkan pemahaman guru tentangkesiapan sekolah (school rediness) pada siswa TK; 2) Meningkatkan komitmenguru untuk mengembangkan sekolah ramah anak. Kegiatan dilakukan dalambentuk Pelatihan Kesiapan Sekolah (School Readiness) bagi Guru TK ABA seKabupaten Jember. Pelatihan dilakukan dalam beberapa tahapan: 1) TahapEksplorasi Masalah; 2) Mengenal kesiapan masuk SD pada anak; 3) KomitmenSekolah Siap Anak.Pelatihan menghasilkan capaian berikut ini: 1) Guru terkendala dalammembangun komunikasi dengan orang tua. Komunikasi cenderung berlangsungsatu arah; 2) Guru memahami perlu adanya komunikasi yang sinergi antara guru,anak, dan orang tua; 3) berdasarkan pemahaman tentang komunikasi yangsinergis, guru membentuk forum komunikasi antara guru dan orang tua. Forum inididukung oleh kebijakan PDM mengenai sekolah siap anak pada TK ABA seKabupaten Jember.